Setelah menonton, biasanya kita punya kesan tersendiri terhadap film tersebut, apakah film itu bagus atau bahkan samasekali buruk. Selain itu, kalau kita terkesan dengan salahsatu karakter film, kita pasti mencari tau siapa sih aktor/ aktris yang memerankan karakter tersebut. Itu juga terjadi pada saya. Waktu saya berumur 16 tahun, saya nonton film Zathura (ya saya tahu itu usia yang sudah sangat terlambat untuk nonton film tersebut), film yang saya tau punya premis yang sama dengan Jumanji yang juga film kesukaan saya. Tapi pada saat pertama kali nonton Zathura, saya tidak menonton film tersebut sampai akhir alias terpotong di tengah-tengah karna saya nonton di HBO dan kala itu, tv kabel saya mengalami gangguan hingga akhirnya saya terpaksa meninggalkan film tersebut di tengah keseruan menonton.Saya selalu diliputi rasa penasaran akan film tersebut. Bagaimana tidak? Namanya lagi seru-serunya nonton terus kepotong di tengah kan ngeselin banget ya. Kemudian ketika pada hari lain film tersebut tayang lagi, saya tidak pernah bisa menonton. Entah itu karna sekolah atau acara lainnya, saya tidak pernah bisa menonton sampai akhir.
Kicking and Screaming |
Sampai akhirnya suatu hari, saya nonton film Kicking and Screaming, film yang dibintangi Will Ferrel. Saya selalu suka film-film Will Ferrel karna walaupun peran-perannya terlihat bodoh, I always laugh at him. Di film tersebut saya melihat ada satu anak yang begitu familiar. Ya, anak tersebut adalah anak yang juga bermain di Zathura. Saya juga ingat saya pernah melihat dia di cuplikan trailer film RV. Saya berpikir, anak sekecil ini sudah banyak sekali bermain film, entah di masa depan di seperti apa, tapi kalau dia bisa mempertahankan aktingnya dan lebih memilih peran, dia akan bisa bertahan. Dari satu setengah film yang saya tonton (Kicking and Screaming dan Zathura), saya merasa anak ini sangat menggemaskan dan akting cukup meyakinkan. Walaupun peran yang dia mainkan tidak begitu kompleks, tapi saya merasa dia menyatu dengan karakter.
Selanjutnya saya membaca majalah film dan lagi-lagi saya melihat anak ini di artikel mengenai film Bridge to Terabithia, film yang tidak diperhitungkan di box office namun ternyata banyak dipuji kritikus karna chemistry yang dia bangun bersama lawan mainnya (AnnaSophia Robb) sangat baik. Saat itu, saya sangat penasaran dengan film tersebut. Saya berpikir bahwa kemampuan akting anak ini pasti berkembang. Kemudian di lain waktu saya juga melihat wajah anak ini di poster film Little Manhattan. Dia terlihat lebih muda dibandingkan ketika saya menyaksikan film Kicking and Screaming. Lalu saya juga melihat dia di poster dan trailer film Journey to the Center of the World. Kecuali Kicking and Screaming dan Zathura, saya belum pernah nonton film lain yang sudah saya sebutkan. Saya makin penasaran dan berpikir, kalau dia dipercaya untuk memerankan film sebanyak ini, berarti Hollywood memperhitungkannya. Hingga akhirnya saya menonton sebuah film yang berjudul Firehouse Dog di StarMovies dan tebak, saya melihat anak ini lagi!
Zathura: A Space Adventure |
Dihantui semua rasa penasaran akan film-film anak ini, saya bertekad saya harus menamatkan film Zathura. Akhirnya saya menemukan waktu yang tepat dan berhasil menonton hingga akhir. Percaya tidak percaya, saya sangat terkesan dengan film ini, chemistry kakak beradik yang dimainkan anak ini dengan Jonah Bobo dan Kristen Stewart (ya, Bella Swan) begitu berkesan. Efeknya juga tidak mengecewakan untuk sebuah film keluarga. Film ini masih berkesan buat saya sampai sekarang dan menjadi salahsatu film favorit saya yang diperankan oleh anak ini.
Bridge to Terabithia |
Beberapa tahun kemudian, saya berkesempatan menonton film Bridge to Terabithia di televisi (budget saya untuk nonton tidak ada, maklum anak sekolah. Lagian bioskop di kota saya juga belum se-update sekarang). Efek yang saya dapat setelah nonton film tersebut adalah, LUAR BIASA! Betapa persahabatan digambarkan dengan baik oleh anak itu dan AnnaSophia Robb begitu berkesan dan menyentuh, bahkan membuat saya sempat meneteskan air mata. Saya terpaksa setuju dengan pendapat kritikus yang pernah saya baca, bahwa chemistry yang dibangun disini sangat baik dan meyakinkan. Ini juga menjadi film favorit saya sampai sekarang.
Little Manhattan |
Lain waktu, saya mendapati teman sekamar saya memiliki DVD Little Manhattan dan dia bilang film ini sangat bagus. Dia tidak percaya saya belum pernah menontonnya (dia tau saya sudah nonton ratusan film dan bisa seharian saya duduk di depan tivi hanya untuk nonton film) dan mengajak saya nonton film tersebut. Lagi-lagi saya terkesan. Lagi-lagi chemistry yang dibangun anak ini dengan Charlie Ray yang membuat saya terkesan. Bagaimana sosok anak-anak yang innocent jatuh cinta digambarkan dengan baik dan meyakinkan. Keterikatan antara Gabe yang naksir pada Rosemary begitu lucu dan menyenangkan untuk ditonton. Seketika itu juga saya jatuh cinta pada anak ini.
Pada film-film lainnya, seperti Journey to the Center of the World, walaupun akting anak ini tidak begitu menonjol, tapi saya tetap suka film ini karna begitu menghibur. Setidaknya jika sudah terlalu penat, film ini akan sangat menghibur untuk ditonton. Hal ini juga saya rasakan saat menonton film RV. Tapi tetap, saya merasa anak ini akan menjadi salahsatu alasan saya menonton film-filmnya. Apapun filmnya, asal yang main anak ini, saya pasti akan nonton.
Journey to the Center of the World |
Sampai suatu saat, saya asyik browsing di internet tentang film Bridge to Terabithia dan ingat akan anak ini. Iseng saya membuka project filmnya dan tercantum film yang berjudul The Kids Are All Right. Saya menonton trailer film tersebut dan, betapa terkejutnya saya, anak tersebut sudah tumbuh dewasa menjadi sosok yang, WOW! Saya mengikuti perkembangan anak ini sejak kecil dan tidak menyangka kalau waktu sudah begitu cepat berlalu. Anak ini, dia tidak bisa disebut anak lagi, dia sudah remaja. Dia begitu menarik secara fisik dan jelas punya potensi untuk menjadi heartthrob. Ya, saya memang suka sejak lama dengannya karna dia begitu imut dan lucu, tapi sekarang? Dia tidak imut lagi, dia... menarik! And ever since, I realize a had a crush on him.
The Kids are All Right |
Saya begitu sulit mencari DVD film The Kids Are All Right (sepertinya ini film indie), karna saya sangat ingin menonton film tersebut, apalagi mengetahui kenyataan bahwa film ini masuk nominasi Oscar kategori Best Picture, saya semakin gencar mencarinya. Alasan lain adalah tidak lain dan tidak bukan, melihat anak ini. Jelas kan? Saya sudah bilang saya akan menonton semua filmnya seburuk apapun film tersebut. Bahkan ketika melihat cuplikan iklan tentang film Cirque du Freak: The Vampire Assistant, begitu saya tahu yang bermain di film tersebut adalah dia, tanpa pikir panjang saya menonton film tersebut. Walaupun saya merasa ada beberapa yang miscast (saya masih sulit melihat atau bahkan merasa karisma dari tokoh yang diperankan oleh John C. Reilly), tapi saya tidak peduli. Saya menonton film ini demi anak itu, well dia memang bukan anak-anak lagi.
Journey 2: The Mysterious Island |
Saya rasa kita semua sudah tau siapa anak yang saya maksud dari awal saya bercerita. Ya, dia adalah Josh Hutcherson. Semua film yang saya sebut film ini adalah filmnya yang sudah saya tonton. Oh iya, saya lupa menyebut film The Polar Express, dia pengisi suara anak pemeran utama di film tersebut.
The Hunger Games |
Di review saya tentang film The Hunger Games pada post sebelumnya, saya menyebutkan kalo saya suka banget sama Josh Hutcherson, pemeran Peeta Mellark, sejak lama. Dan saya juga menyebutkan saya akan cerita lain kali tentang gimana saya bisa suka sama Josh. Well, I know this story isn't worth enough. Tapi kadang aktor yang bermain dalam film bisa menjadi salahsatu acuan saya mengenai penting tidaknya sebuah film itu ditonton. Oleh karna itu, saya yang emang gak tahu apa-apa tentang The Hunger Games dan segala tetek bengeknya (termasuk novelnya), nekad nonton premiere film ini walopun modal pengetahuan saya tentang cerita ini sangat sedikit (cuma modal browsing dari Internet doang), sampai akhirnya sekarang saya jadi jatuh cinta sama film itu, download novelnya (keliatan kurang modal ya? maklum budget buat beli novel-novel emang terbatas) dan sekarang sedang dalam proses pembacaan. Well, keliatan kan gimana faktor aktor/ aktris yang memerankan film sangat berpengaruh terhadap ingin tidaknya saya nonton film tersebut. Karna itulah, saya merasa harus cerita tentang awal mulanya hingga sekarang saya sangat mempertimbangkan film-film Josh Hutcherson untuk ditonton.
Well, inilah kenapa saya rela nonton The Hunger Games di bioskop walaupun dia tidak tau apa-apa soal ceritanya. Walaupun saya tidak nonton film Journey 2: The Mysterious Island di bioskop, tapi, yah ini curang dan ilegal, saya mendownload filmnya di internet dan sudah nonton filmnya. Filmnya sebenarnya biasa saja, kecuali 3Dnya yang saya yakin pasti bagus. Akan saya bahas lain waktu mengenai review film-film yang sudah saya sebutkan di post ini.
Well, inilah kenapa saya rela nonton The Hunger Games di bioskop walaupun dia tidak tau apa-apa soal ceritanya. Walaupun saya tidak nonton film Journey 2: The Mysterious Island di bioskop, tapi, yah ini curang dan ilegal, saya mendownload filmnya di internet dan sudah nonton filmnya. Filmnya sebenarnya biasa saja, kecuali 3Dnya yang saya yakin pasti bagus. Akan saya bahas lain waktu mengenai review film-film yang sudah saya sebutkan di post ini.
Ya, inilah saya yang sampai kapanpun akan selalu menunggu-nunggu film Josh Hutcherson, tidak peduli apa kata kritikus.You may hate him, but I'll always had a crush on him. :)
No comments:
Post a Comment