"Fear is not real. It is a product of thoughts you create. Do not misunderstand me. Danger is very real. But fear is a choice"
Beberapa tahun terakhir, karya-karya M. Night Shyamalan lebih banyak dicaci dibanding dipuji. Padahal dulu, M. Night Shayamalan banyak mendapat pujian, terutama dari The Sixth Sense, yang hingga saat ini masih diakui sebagai film dengan plot twist yang cerdas. The Unbreakable yang walaupun tidak sampai melampaui The Sixth Sense, namun tidak sampai terjerembab karena masih terbilang standar. Begitu pula The Sign dan The Village, terutama The Village yang twist-nya cukup membuat saya tertawa karena merasa dibodohi in a good way. Namun setelah itu, semenjak Lady in the Water, The Happening hingga The Last Airbender, kualitasnya jauh menurun dibanding karya-karya Shyamalan sebelumnya. Meskipun begitu, Shyamalan tidak patah semangat. Ia terus berkarya dan membuat film. Tahun ini ada satu film Shyamalan yang cukup menarik perhatian, karna berhasil membawa duet ayah-anak Will Smith dan Jaden Smith, yang berjudul After Earth. Promo yang bisa dibilang cukup besar, ditambah animo masyarakat yang ingin melihat kembali duet Will-Jaden Smith setelah berhasil mengharu biru di The Pursuit of Happyness, menjadikan film ini mendapat cukup banyak sorotan. Ditambah lagi sutradaranya adalah M. Night Shyamalan, publik ingin membuktikan apakah Shyamalan berhasil kembali ke masa-masa kejayaannya dahulu melalui film ini.
1000 tahun dari sekarang, Bumi sudah tidak layak dihuni oleh manusia. Ras manusia telah mengungsi sepenuhnya ke sebuah lokasi di tata surya yang bernama Nova Prime. Namun manusia tidak terbebas begitu saja dari teror, karena ada ras monster bernama Ursa, yang diciptakan khusus oleh penduduk lokal untuk memburu manusia. Ursa sebenarnya buta, namun mampu mengendus feromon yang dikeluarkan manusia ketika ketakutan. Cypher Raige (Will Smith) adalah seorang jenderal Ranger Corps tangguh yang terkenal dengan keahlian ‘ghosting’, dimana Ursa tidak mampu mengendus kehadirannya karena ia tidak kenal takut. Dalam sebuah misi pelatihan, ia membawa anaknya Kitai Raige (Jaden Smith) yang sehari sebelumnya mengalami kegagalan dalam tes menjadi seorang Ranger. Sayangnya, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kerusakan setelah terkena badai asteroid dan harus mendarat darurat di Bumi, planet yang termasuk kategori Class-1 Quarantined Planet. Pada saat pendaratan, hanya Cypher dan Kitai yang berhasil selamat. Karena beacon (suar) di pesawat utama rusak, maka Cypher dan Kitai tidak bisa meminta bantuan ke Nova Prime. Mau tidak mau, mereka harus mengambil beacon lain yang terdapat di bagian ekor pesawat, yang terjatuh puluhan kilometer dari badan pesawat. Cypher terluka parah, sehingga hanya Kitailah satu-satunya harapan. Berbekal perlengkapan yang tersisa, Kitai harus menempuh perjalanan untuk mengambil beacon. Bagi Kitai pribadi, misi ini bukan sekedar misi biasa, karena ia harus mengembalikan kepercayaan ayahnya kepadanya. Seolah lingkungan Bumi belum cukup berbahaya, masih ada ancaman dari Ursa yang dibawa oleh pesawat mereka yang lolos ketika pesawat mendarat darurat, dan itu semua harus dihadapi Kitai sendirian.
Dengan template yang hampir sama persis dengan Oblivion, sebenarnya After Earth tidak menawarkan sesuatu yang baru. Tidak ada twist, tidak ada kejutan. Tidak ada yang spesial dari jalan ceritanya. Jadi, apa yang bisa diharapkan dari film ini? Entahlah, saya juga tidak tahu. Sedikit berharap, mungkin daya tariknya lebih kepada efek yang seperti di kebanyakan film sci fi, mengundang decak kagum. Namun sayangnya, I don't see anything special in the VFX presentation. Atau mungkin kita sudah keduluan menikmati efek yang outstanding dari Oblivion atau Star Trek Into Darkness, jadi rasanya efek yang disajikan di After Earth tidak spesial, cenderung ketinggalan jaman. Didominasi suasana hening seperti kebanyakan film-film Shyamalan, yang harusnya bisa membangun ketegangan, sayangnya film ini malah hanya berjalan ke satu arah, yaitu kata 'membosankan'. Script garapan M. Night Shyamalan dengan Gary Whitta sempat berhasil membuat saya berpikir, terutama mengenai filosofi 'fear' dan 'danger'-nya yang cukup berdengung di teliga saya, tapi sayangnya cuma itu yang berkesan, karena sisanya sangat-sangat monoton, datar, dan tanpa rasa. Oke, ketegangan baru sedikit terasa ketika film sudah mendekati ending, namun dengan tensi yang sangat rendah, sehingga tidak mampu menutupi keseluruhan tampilan film yang membosankan.
Seandainya saja semua hal tersebut bisa ditutupi dengan penampilan Will Smith dan Jaden Smith sebagai tonggak utama film ini. Sayangnya, duet ayah anak ini tidak berhasil mengulangi kesuksesan The Pursuit of Happyness. Will Smith tampil sangat sangat sangat kaku. Bisa dimaklumi mengingat karakternya adalah seorang jenderal sekaligus ayah yang mengalami trauma. Namun menurut saya, Will Smith sebenarnya bisa tampil jauh lebih baik dari ini. Seolah belum cukup, Jaden Smith tampil sama kikuknya. Tidak ada karisma yang dipancarkan olehnya sebagai leading role. Karakternya gagal membuat saya simpati. Kalau akting Will terlihat tidak maksimal, Jaden malah terlihat berlebihan. Akibatnya, akting keduanya tidak berhasil mencapai titik temu. Hubungan ayah-anak yang memang digambarkan kaku sama kakunya dengan penampilan Will-Jaden. Chemistry yang hadir juga sayangnya sangat lemah, tertutup kekakuan yang ada. Malah saya menikmati penampilan Zoe Kravitz yang tampil sebagai Senshi dalam memori Cypher dan Kitai. Meski tampil sekilas, Zoe Kravitz-lah yang penampilannya paling bersinar, jauh lebih baik ketimbang The Smiths.
Sayang sekali M. Night Shyamalan harus kembali menerima kritik pedas setelah kegagalan terbesarnya lewat The Last Airbender. Entah kenapa Shyamalan terlihat seperti loses his power these years. Atau mungkin penonton yang terlalu banyak berharap kalau film-film Shyamalan akan sebombastis The Sixth Sense. Entahlah, tapi bagi saya, After Earth tidak mampu mengembalikan citra Shyamalan sebagai salahsatu sutradara yang pernah menerima nominasi Oscar. Sebagai film keluarga, mungkin film ini akan menghibur. Tapi bagi orang dewasa yang sudah menyaksikan cukup banyak film sci fi, film ini tergolong membosankan dan jauh dari kata menghibur. Sekali lagi, lower your expectation, karena dari apa yang sudah saya alami, walaupun sudah meminimasikan ekspektasi saya, still, I'm disappointed with this movie.
Rating: 5.5/ 10
No comments:
Post a Comment