"You can torture us, bomb us, or burn our district to the ground. But do you see that? Fire is catching. If we burn, you burn with us!"
Pasca Quarter Quell yang membuat Capitol murka, Katniss (Jennifer Lawrence) dibawa ke Distrik 13, yang ternyata masih ada, dimana Katniss diminta oleh Plutarch Heavensbee (Phillip Seymour Hoffman) dan Presiden Alma Coin (Julianne Moore) untuk menjadi simbol pemberontakan, sang Mockingjay. Sementara Katniss tidak bisa mempedulikan hal lain selain keadaan Peeta (Josh Hutcherson) yang pada akhir Quarter Quell ditangkap Capitol. Semangat pemberontakan sudah berkobar di berbagai distrik semenjak Katniss menembakkan panahnya ke langit arena Hunger Games ke-75 dan setelah Katniss menyaksikan sendiri kebiadaban Capitol yang tanpa pandang bulu menghancurkan distrik demi distrik, termasuk distrik 12, yang dianggap menentang, ia akhirnya setuju menjadi sang Mockingjay. Malangnya, Presiden Snow (Donald Sutherland) yang jelas tidak suka dengan munculnya harapan lewat Katniss di tengah teror yang dia sebarkan, punya senjata ampuh untuk memukul mundur kelompok pemberontak dan jelas merupakan kelemahan Katniss, yakni Peeta yang berada di bawah pengaruh Capitol.
Memasuki Mockingjay sama seperti memasuki fase yang lebih dewasa. Tidak ada lagi 24 remaja dikumpulkan dalam satu arena untuk saling membunuh demi kesenangan Capitol. Mockingjay telah lahir dan menyulut semangat pemberontakan. Propaganda disebarkan dengan satu tujuan, mengajak seluruh rakyat Panem bersatu demi menggulingkan Capitol. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cerita seperti ini. Apa yang membuat orang merasa bosan adalah minimnya aksi dan ya, tidak banyak aksi-aksi mengejutkan yang membuat film ini lebih ke arah drama. Pada tahap ini tentu saja semua orang menganggap, buat apa dipecah jadi dua film kalau hasilnya cuma seperti ini saja? Untuk menjawab pertanyaan ini saya sedikit tercabik antara setuju dan tidak setuju. Setuju, karna memang jatuhnya film ini jadi membosankan. Tidak setuju, karna perjuangan Katniss pantas mendapat porsi screen time yang lebih banyak. Beruntung film ini masih diselipi sedikit humor yang mampu menghibur di tengah alurnya yang begitu serius. Sisi teknisnya masih sama bagusnya seperti film sebelumnya. Dan syukurlah, film ini diakhiri di bagian yang tepat. Endingnya tentu saja membuat penonton yang bukan pembaca novelnya tercabik iba dan tidak sabar menunggu kelanjutannya.
Beruntungnya film ini punya Jennifer Lawrence. Entah apa jadinya film ini tanpa dia, karnanya sejatinya ialah pemberi nyawa dalam seri ini. Aktingnya sebagai Katniss masih sama bagusnya seperti sebelumnya, masih menawan. Ia mampu berakting sebagai sang revolusioner yang mampu membakar semangat siapapun yang melihatnya, selain itu ia juga mampu menunjukkan betapa rapuhnya seorang Katniss ketika sudah berhubungan dengan yang namanya Peeta. Kelebihan lain, suara Jennifer Lawrence ternyata juga bagus. Meskipun sebenarnya Jennifer Lawrence pernah bernyanyi sedikit di film pertama, tapi di film ini porsinya lebih besar. Hanging Tree yang dia nyanyikan rasanya punya efek 'haunted' di kepala. Julianne Moore yang datang sebagai 'pemain baru' juga, tidak perlu diragukan, berakting dengan bagus sebagai Presiden Alma Coin tanpa menutupi kilaunya sang Mockingjay. Karakternya belum terlalu nampak di Part 1 ini, mungkin kita akan melihat lebih di Part 2. Dan tentu saja ada Donald Sutherland yang semakin kesini aktingnya semakin 'dingin' sebagai Presiden Snow.
Part 1 mungkin rasanya serba tanggung dan bertele-tele, meskipun diakhiri di titik yang tepat dengan ending yang miris. Namun penggambaran soal pemberontakan di tiap distrik cukup memuaskan meskipun minim aksi. Perjuangan belum sepenuhnya dijalankan, yang mungkin akan disimpan untuk Part 2 nanti. Bukan film yang buruk, tapi Mockingjay Part 1 jelas bukan bagian terbaik dari keseluruhan seri ini. Dan yang pasti, perlu jeda waktu setahun untuk menunggu Katniss melanjutkan perjalanannya sampai akhir.
Rating: 7/ 10
Rating: 7/ 10
No comments:
Post a Comment