Jan 31, 2014

Sherlock Season 3 Review

"Oh, do your research. I'm not a hero, I'm a high-functioning sociopath"
Terbayar sudah penantian panjang para Sherlockian. Setelah dua tahun lalu miniseri ini berakhir dengan misteri lolosnya Sherlock dari maut, awal tahun ini akhirnya Sherlock Holmes kembali! Kesibukan dua pemeran utamanya, yakni Benedict Cumberbatch dan Martin Freeman membuat miniseri ini harus mengalami hiatus panjang. Bayangkan saja, di tahun 2013, ada 5 film Benedict Cumberbatch yang dirilis, sedangkan Martin Freeman punya 3 film yang dirilis. Selain itu keduanya sama-sama terlibat dalam proyek besar Peter Jackson dalam trilogi The Hobbit. Maka wajarlah kalau harus ada jeda dua tahun. Ironisnya, penantian panjang dua tahun itu hanya dibayar dengan 3 episode, dan kemudian Sherlockian harus menunggu lagi hingga waktu yang belum ditentukan untuk mengetahui kelanjutannya, karena hingga saat ini belum ada kepastian mengenai air date season 4. Karena memang saya adalah salahsatu dari jutaan warga dunia yang menanti kembalinya Sherlock, maka saya kembali tumpahkan apa yang ada di dalam kepala saya disini, dan karena hanya 3 episode, I'll give a very quick and short review per episode as following below. Spoiler alert!


Mengambil waktu dua tahun setelah ending The Reichenbach Fall, The Empty Hearse membahas seputar kembalinya Sherlock serta reuni Sherlock Holmes dan John Watson. Tapi yang paling menarik disimak dalam episode ini adalah teori-teori bagaimana Sherlock bisa selamat. Ada tiga teori, namun hanya satu yang benar-benar masuk akal, meskipun tidak dijelaskan secara langsung bahwa teori tersebut adalah yang benar-benar terjadi. Kasus yang ada dalam episode ini juga tidak begitu rumit, karena memang episode ini punya fokus mengenai comeback-nya sang detektif dan teori selamatnya Sherlock. Ada sedikit clue mengenai musuh baru yang akan dihadapi Sherlock season ini.

Rating: 8/10


Episode ini bagi saya adalah episode paling menarik di season 3. Benedict Cumberbatch banyak melakukan monolog cepat sebagai Sherlock pertunjukan deduksi. Kasusnya sendiri ada dua, yang pertama disebut John sebagai The Bloody Guardsman, sedangkan kasus lainnya disebut The Mayfly Man. Kedua kasus rumit ini rupanya saling berkaitan dan hal ini dipecahkan oleh Sherlock di acara penikahan John dan Mary. Banyak hal-hal yang fun di episode ini, termasuk bagaimana hubungan Sherlock dan John. Ini merupakan episode yang paling saya suka di season ini. Yang paling menarik adalah dimana Sherlock menampilkan kemampuan deduksinya di tengah sambutannya sebagai best man. Best piece in this episode.

Rating: 8.5/10


Episode ini menampilkan musuh Sherlock yang baru, Charles Augustus Magnussen, dimana karakter ini berdasarkan karakter original rekaan Sir Arthur Conan Doyle, Charles Augustus Milverton. Meskipun mungkin level jahat Magnussen tidak seperti Moriarty, tapi cukup mengerikan mengingat ia meneror orang-orang yang ia ketahui rahasianya. Ada banyak kejutan di episode ini, termasuk tentang sosok Mary yang memang tidak banyak diketahui, bahkan oleh John sekalipun. Tapi tidak ada yang lebih mengejutkan selain endingnya sendiri, the return of Sherlock's arch nemesis.

Rating: 8.3/ 10

No comments:

Post a Comment