Jan 31, 2014

The Secret Life of Walter Mitty Review


"To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, draw closer, to find each other, and to feel. That is the purpose of life"

Diangkat dari short story berjudul sama karangan James Thurber di tahun 1939, ini adalah kali keduanya kisah si Walter Mitty diangkat ke layar lebar. Pertama kali diangkat ke sebuah film tahun 1947, kali ini Ben Stiller yang mencoba peruntungan dengan menyutradarai, memproduseri dan membintangi sendiri film ini. Pengembangan proyek remake film ini sebenarnya sudah mengemuka sejak tahun 1994, namun pergantian sutradara, penulis naskah hingga pemeran utamanya membuat proyek ini tak kunjung usai. Akhirnya setelah panjangnya proses, terpilihlah Ben Stiller sebagai sutradara sekaligus bintang utamanya, sementara naskahnya sendiri dikerjakan oleh Steve Conrad, orang yang sama yang pernah menulis naskah The Pursuit of Happyness. Nama Ben Stiller mungkin tidak begitu populer sebagai sutradara, padahal sebelumnya ia pernah menyutradarai beberapa film, diantaranya Reality Bites, The Cable Guy, Zoolander hingga Tropic Thunder.

Walter Mitty (Ben Stiller) adalah seorang negative assets manager (pengelola klise foto) di majalah Life. Mitty punya kebiasaan ber-daydreaming level akut tanpa pernah berani mewujudkan impiannya tersebut, termasuk ketika ia naksir salah satu karyawan lain di majalah Life, Cheryl (Kristen Wiig). Ketika petinggi Life memutuskan untuk menghentikan produksi cetak majalah dan mengubahnya ke sistem online, Mitty diserahi tanggung jawab untuk menyiapkan negative sebagai cover untuk edisi cetak terakhir. Kebetulan Sean O'Connell (Sean Penn) sudah mengirimkan negative terbaiknya ke Mitty, termasuk negative no. 25 yang dianggapnya sebagai "Quintessence of Life". Sayangnya, Mitty tidak bisa menemukan negative tersebut, sementara manager baru Life Ted Hendricks (Adam Scott) menginginkan negative tersebut secepatnya. Demi mempertahankan pekerjaannya, ia harus bertemu dengan Sean untuk menemukan negative no. 25, sementara Sean adalah seorang old-school photographer tanpa alat komunikasi digital yang senang berpetualang, sehingga sulit untuk menemukan keberadaannya. Maka dimulailah petualang seorang Walter Mitty, hanya saja ini adalah dunia nyata yang tidak seperti mimpi-mimpinya.


Tidak segila film-film Stiller sebelumnya, kegilaan dalam The Secret Life of Walter Mitty hadir dalam bentuk lain. Kegilaan disini adalah ketika Ben Stiller membawa kita menelusuri separuh Bumi, mulai dari kejar-keajran aneh penuh aksi New York ke Greenland melawan hiu, lari dari erupsi gunung berapi di Islandia hingga mengejar macan di Himalaya. belum lagi sisipan daydreaming yang menggelikan sekaligus keren. Masih disempali dengan komedi-komedi yang tetap membuat kita tersenyum simpul, film ini juga diimbangi dengan filosofi-filosofi hidup yang mengenai seorang pekerja kerah putih dalam menemukan keberanian dalam hidupnya. Didukung visual-visual cantik dari sinematografer Stuart Dryburgh, petualangan Walter Mitty menjadi terasa lebih hidup, seolah kita dibawa ikut berpetualang. 

Masuk ke dalamnya, ada begitu banyak kutipan-kutipan keren soal hidup dalam film ini, salahsatu yang paling saya suka adalah motto dari majalah Life itu sendiri, yang mampu membuat siapa saja yang punya kedekatan dengan karakter Mitty tersentuh. Naskah garapan Steven Conrad memang tidak begitu serius, bahkan masih cenderung ringan. Namun bukan berarti lantas esensi dari film ini hilang begitu saja.  Ditambah lagu-lagu (terutama lagu "Major Tom") yang tidak kalah okenya menambah indahnya film ini. Ben Stiller memang tidak memberikan akting kelas Oscar dalam memerankan Walter Mitty, namun tetap saja ia mampu membawakan karakter Mitty yang kaku dan terlalu takut menghadapi kenyataan dengan baik. Sementara Kristen Wiig tampil sesuai porsinya sebagai Cheryl yang manis dan pemberi motivasi. Sean Penn pun juga mampu memberikan kesan dalam karakternya meskipun porsi tampilnya sangat sedikit.


Terlepas dari mixed review dari kalangan kritikus, saya pribadi menyukai film ini. Film ini punya kekuatan dari sisi visual serta filmnya sendiri punya narasi yang ringan tanpa kehilangan esensinya mengenai hidup. Scene-scene daydreaming Mitty pun juga fresh dan tetap kocak. Pun petualangannya juga tak kalah heboh dari mimpi-mimpi Mitty. Dan endingnya adalah ending yang sempurna sekaligus menyentuh untuk menutup film ini.

Rating: 7.5/ 10

No comments:

Post a Comment