Aug 17, 2014

The Amazing Spider-Man 2 Review

"Everyone has a part of themselves they hide. Even from the people they love"
Setelah di tahun 2012 Sony Pictures sukses me-reboot kisah superhero berkuatan laba-laba, tahun ini Sony kembali melanjutkan kisah pahlawan berkostum merah biru tersebut. Dengan amunisi yang sama dimana Marc Webb memegang kursi sutradara, sementara Andrew Garfield dan Emma Stone juga kembali memerankan Peter Parker dan Gwen Stacy. Tidak hanya sampai disitu, film ini kedatangan Dane DeHaan, Jamie Foxx, hingga Paul Giamatti dan Felicity Jones. Bahkan film ini juga berhasil menggaet Shailene Woodley sebagai Mary Jane Watson sebelum akhirnya diputuskan untuk menghilangkan semua adegan yang melibatkan Mary Jane dengan alasan karakter Mary Jane akan disimpan untuk film berikutnya meskipun kemungkinan besar Woodley tidak akan kembali memerankan Mary Jane karna jadwalnya yang padat. Semua bintang-bintang ini seharusnya sudah cukup membuat orang-orang rela mengantri untuk film ini selain nama besar Spider-Man yang memang luar biasa.

Masih bersambung dari film sebelumnya, Peter Parker (Andrew Garfield) masih menjalin hubungan dengan Gwen Stacy (Emma Stone) meskipun ayah Gwen sudah mengingatkan Peter untuk menjauhi Gwen. Sementara itu seorang pekerja Oscorp Max Dillon (Jamie Foxx) adalah seorang penyendiri yang dianggap invicible dan mendewakan Spider-Man, mengalami kecelakaan kerja yang mengubahnya menjadi Elektro. Di lain sisi, Peter kembali mempertanyakan alasan kedua orang tuanya pergi meninggalkannya sendiri setelah Gwen juga memutuskannya dan pelan-pelan mulai mencari kebenaran mengenai kedua orangtuanya. Sementara itu, Harry Osborne (Dane DeHaan) yang kembali setelah sekian lama pergi, menemukan dirinya terinfeksi penyakit dan beranggapan darah Spider-Man mampu menyembuhkannya. Spider-Man tidak hanya berhadapan dengan musuh nyata Elektro, namun juga konflik hubungannya bersama Gwen yang akan pergi ke Inggris serta sahabatnya Harry yang menghiba untuk membantunya menemui Spider-Man yang berujung tragis bagi kehidupan Peter sendiri.



Marc Webb yang sudah kita ketahui bersama, adalah pakarnya drama, meskipun sebelumnya ia adalah sutradara video klip dari dari puluhan band dan penyanyi ternama. Ia mampu menampilkan drama dalam Spider-Man tanpa terlihat berlebihan, baik mengenai masa lalu kedua orang tua Peter ataupun hubungan Peter dengan Gwen. Tapi film ini berbeda. Lewat naskah garapan Alex Kurtzman, Roberto Orci dan Jeff Pinkner, film ini punya konflik yang begitu padat dan harus dijejalkan dalam sebuah film berdurasi 142 menit. Bayangkan saja, musuhnya sendiri saja ada tiga yakni Elektro, Green Goblin dan Rhino. Dan syukurlah Webb tidak menjejalkan ketiganya dalam satu scene melainkan masing-masing punya jatah penampilan sendiri meskipun tetap saja Elektro punya jatah paling besar ketimbang yang lain dan Green Goblin punya peranan dalam merusak psikologi Peter. Ya, ending film ini begitu heart-breaking, para fanboy pasti tahu apa yang terjadi.

Apalagi yang luar biasa dari film ini? Spesial efeknya yang begitu wow sebagai penunjang adegan aksinya dimana Elektro dan Spider-Man saling berkonfrontasi, bergelayutan dari satu gedung ke gedung lainnya, hingga mass destruction sebagai hasil konfrontasi mereka berdua. Tidak seperti film pertamanya yang memang lebih berat di drama, di film ini porsi actionnya setidaknya berimbang dengan porsi dramanya. 


Dari segi akting, Andrew Garfield dan Emma Stone masih sama menawannya seperti sebelumnya, memberikan penampilan sekaligus chemistry yang luar biasa sebagai Peter dan Gwen melalui dialog-dialog penuh humor namun tetap terasa sisi romantisnya. Dane DeHaan pun mampu memberikan warna baru sebagai Harry Osborne/ Green Goblin yang menakutkan. Atau Jamie Foxx dengan penampilannya sebagai Max Dillon yang terlihat tidak berbahaya di awal namun berakhir menjadi sosok Elektro yang begitu mengerikan. Bahkan Sally Field juga ikut memberi hati dalm film ini lewat aktingnya sebagai Aunt May. Sayangnya Paul Giamatti yang memerankan Aleksei Sytsevich/ Rhino dan Felicity Jones sebagai Felicia dapat jatah penampilan yang begitu minim, meskipun mungkin hanya memperparah alur cerita jika keduanya diberi porsi yang lebih besar. 

Pendapat pribadi saya, film ini mengalami peningkatan yang jauh lebih baik dibanding film sebelumnya. Konfliknya meskipun banyak tapi berhasil dipresentasikan oleh Marc Webb secara runut tanpa terlihat membingungkan. Taburan aktornya pun juga tidak memberikan akting yang mengecewakan. Meskipun mungkin film ini bisa jadi punya hasil yang berbeda tanpa Andrew Garfield dan Emma Stone. Chemistry mereka berdua seperti nyawa dalam film ini. 

Rating: 8/ 10

No comments:

Post a Comment