"When you loose someone you love, they move into a special place in your heart"
Tidak banyak sutradara yang
seberani Tim Burton. Ia berani menciptakan karakter-karakter unik bahkan
menambah unsur eksentrik dalam tokoh-tokoh popular plus nuansa dark gothic di hampir setiap karyanya.
Lihat saja Charlie and The Chocolate Factory atau Alice in Wonderland versi
Burton yang warna-warni terang. Atau karakter-karakter memorable yang ia ciptakan seperti Edward Scissorhand atau Jack
dari Nightmare Before Christmas. Atau bahkan Batman versi Burton yang sebenarnya punya kualitas yang bagus
walaupun mungkin masih kalah popularitas dengan versi Nolan. Well, setidaknya hingga saat ini, nama
Tim Burton masih punya daya jual tinggi, apalagi sutradara ini kerap kali
melakukan kerja sama dengan Johnny Deep yang notabene adalah aktor yang
memiliki daya jual setara Brad Pitt. Untuk urusan film animasi, Tim Burton
selalu menggunakan teknik stop motion layaknya Corpse Bride yang rilis tahun
2005. Tahun 2012 lalu, Tim Burton merilis satu film animasi stop motion berjudul Frankenweenie. A lil bit remind you to Frankenstein? You’re
not wrong, because Burton made this movie as an honor to that legendary monster.
Victor Frankenstein (Charlie
Tahan) adalah seorang anak laki-laki yang sulit bergaul. Sehari-hari ia hanya
bermain dengan Sparky, anjing kesayangannya. Bahkan Victor banyak membuat film
monster dengan Sparky sebagai bintang utamanya. Hingga suatu hari hari, Sparky
mati tertabrak mobil. Victor menderita lahir batin karena kehilangan teman
bermainnya. Hingga gurunya Mr. RzykurskI (Martin Landau) menjelaskan soal
science bahwa kekuatan petir atau listrik yang sangat besar dapat menggerakkan
otot makhluk hidup yang sudah mati. Dari situlah akhirnya ia melakukan
eksperimen untuk menghidupkan kembali Sparky. Ajaibnya, eksperimennya berhasil
dan ia berhasil menghidupkan kembali Sparky. Victor mulanya menyembunyikan
kembalinya Sparky dari kematian, namun lambat laun banyak orang mengetahuinya
dan melakukan eksperimen sendiri-sendiri tanpa tahu konsekuensinya yang
membahayakan seluruh kota New Holland.
Sebuah karya Tim Burton memang
tidak pernah mengecewakan, at least for
me. Mengambil kisah hubungan antara seorang anak dan peliharaannya (yang
banyak diinsprisai dengan kisah Burton dan anjing peliharaannya waktu kecil)
sedikit banyak akan me-recall memori
lama kita dan mengingat-ngingat hubungan kita dengan binatang peliharaan kita
sewaktu kecil. Dengan tampilan visual yang gothic,
yang sangat sesuai dengan kisahnya sendiri yang cukup kelam namun tetap
lucu dan heart-warming dengan
kehadiran tokoh-tokoh lainnya. Kisahnya sempat berjalan pelan di awal film,
sedikit memancing kebosanan, namun tensi berhasil kembali naik ketika Sparky
mati sehingga, syukurlah, penonton tidak sempat bosan. Masih bekerja sama dengan komposer favoritnya, Danny Elfman, semakin menguatkan kesan misteri ala Burton seperti biasa.
Adegan-adegannya sendiri akan
sedikit banyak mengingatkan kita dengan film-film monster macam Godzilla
ataupun Frankenstein. Bahkan ada karakter-karakter yang mengingatkan kita
dengan sosok mummy dan Gremlins. Ya,
ini memang semacam surat cinta Burton terhadap film-film monster favoritnya. Berbeda
dengan Corpse Bride, yang memiliki cukup banyak kesamaan dalam hal kisah,
Frankenweenie mengusung format hitam putih. Percaya tidak percaya, format hitam
putih ini sama sekali tidak membuat kita merasa jadul, penonton akan tetap
merasa nyaman dan menikmati cerita yang memang pondasi kisahnya sudah kuat, walaupun mungkin akan sangat sulit bagi anak-anak menikmati film dengan format hitam putih.
Pengisi suaranya memang tidak banyak yang familiar, namun para pengisi suara, termasuk Winona Ryder dan
Catherine O’hara, tetap memberikan nyawa melalui suara mereka dalam
karakter-karakter film ini.
Yah, lagi-lagi Burton berhasil memberikan
sajian tontonan yang menarik dengan kisah dan tampilan yang sederhana. Tanpa
perlu menampilkan efek luar biasa, Burton mampu menyentuh hati penonton lewat
kisah persahabatan manusia dan peliharaannya. Dibalik kesederhanaannya, justru
film ini mampu menyentuh penonton. Not
much to say, this movie is undeniably good.
Rating: 8/10
No comments:
Post a Comment