"...sometimes you need to do something bad to stop you from doing something worse"
Pernah nonton Oldboy? Kalau sudah
pernah nonton, pasti tau seberapa gilanya Oldboy. Kalau belum, segerakan
menonton, sebelum Hollywood merusak versi Koreanya dengan proyek
remake-nya. Adalah Park Chan-Wook yang
bertanggung jawab dibalik layar Oldboy yang sukses membuat pecinta film
thriller menganga. Ya, kesuksesan trilogi Vengeance mengangkat namanya menjadi
salahsatu sutradara asal negeri gingseng yang layak memperoleh pertimbangan di
kancah perfilman internasional. Kali ini ia diberi kesempatan menyutradarai
film Hollywood pertamanya yang berjudul Stoker. Sedikit mengingatkan dengan
Bram Stoker Dracula? Yap, penulis naskahnya, Wentworth Miller yang dulu sempat
dikenal sebagai aktor dalam serial Prison Break, memang mengatakan bahwa ada
sedikit influence dari kisah drakula
tersebut (walaupun film ini tanpa drakula sama sekali) dan Shadow of A Doubt
karya Hitchcock. Maka lengkaplah sudah segala macam unsur di atas semakin
mempertinggi ekspektasi penonton, included
me.
Film ini bercerita tentang keluarga
Stoker dengan segala misterinya. India (Mia Wasikowska) adalah seorang
gadis remaja misterius yang harus kehilangan ayahnya, Richard (Dermot
Mulroney) di hari ulang tahunnya yang ke-18 tahun. Padahal India dan ayahnya sangat dekat.
Ibunya, Evelyn (Nicole Kidman) yang cenderung labil, tiba-tiba memperkenalkan
Charlie (Matthew Goode) yang disebut-sebut sebagai pamannya. Padahal, India
tidak pernah mendengar sama sekali mengenai pamannya ini sampai
upacara pemakaman ayahnya. India yang mulanya menghindari kedekatannya dengan
Charlie yang misterius, lama kelamaan mulai dekat dengan sang paman sambil terus menyelami masa lalu dan sisi gelap Charlie.
Sebagai permulaan, let’s talk about the good side of Stoker.
Sejak awal film ini dimulai, kita sudah dibuat ternganga dengan
pemandangan-pemandangan yang luar biasa indah sekaligus unik. Membawa
Chung-Chung-Hoon sebagai Director of
Photography adalah keputusan yang tepat. Keindahan visual, kombinasi
warna-warni yang berpadu, sekaligus sudut pengambilan gambar Chan-Wook yang
unik sangat memanjakan mata. Detail desain produksinya juga apik, baik dari
kostum maupun setting-nya, melebur
menjadi satu dalam scene-scene luar
biasa menarik. Editing-nya pun
terlihat unik dan rapi, perpindahan adegan yang tidak membusankan, menjadikan Stoker sebuah pengalaman visual yang
menyenangkan. Plus, Chan-Wook dengan suksesnya menyisipkan hidden climax tanpa adanya explisit sexual content. Dan oh, adegan permainan piano duet antara Charlie dan India
dengan musik garapan Phillip Glass benar-benar berhasil memberikan nuansa
tekanan yang intens. Now it’s
time to talk about the disappointing side. Sayangnya untuk film dengan level visual
yang luar biasa cantik, ceritanya tergolong serba tanggung. Tidak ada sesuatu
yang mengejutkan muncul. Memang rasanya terlalu naïf jika berharap film ini
akan semenonjok Oldboy. But hey,
everybody can dream about what they want, right? I admit I expect a lot,
terutama dari Chan Wook. Yah, saya harus kecewa dengan skrip buatan Wentworth
Miller. Bukan karena skripnya jelek dan dipenuhi dialog murahan, namun skripnya
lemah dan pendalaman karakternya yang tanggung sehingga menyisakan beberapa plot hole.
Well, enough about that. Walaupun skripnya kurang kuat, tapi
beruntung Stoker punya deretan pemain yang luar biasa. Akting Mia Wasikowska
semakin matang disini. Sejak awal kemunculannya dalam Alice in Wonderland, Mia
memang banyak bermain dalam film-film berkualitas. Hadir sebagai India, Mia
berhasil menggambarkan gadis misterius dengan segala keluguan sekaligus rasa
ingin tahu yang tinggi. Apalagi cara Mia memandang, ada rasa penasaran
sekaligus misterius yang menarik. Nicole Kidman masih sama berbakatnya seperti
dulu. Ia berhasil menggambarkan Evelyn sebagai sosok ibu yang labil dan tampak
kekanak-kanakan. Yang mengejutkan adalah Matthew Goode. Setelah sebelumnya
selalu hadir sebagai charming guy
lewat film komedi romantis semacam Chasing Liberty dan Leap Year, kali ini ia
tampil sangat baik sebagai Charlie. Ia berhasil memberikan kesan
kemisteriusannya dalam sosok Charlie dibalik parasnya yang tampan sekaligus
senyumnya yang menawan, yang kemudian malah menghadirkan kesan menakutkan dari
sosok Charlie. Mia, Nicole dan Matthew memberikan chemistry yang luar biasa misterius sebagai sebuah keluarga disfungsional.
Well, dibalik semua kekurangan yang ada, tidak bisa dipungkiri
Chan-Wook berhasil mempertahankan kekhasannya lewat Stoker. Menyisipkan unsur
Hitchcock dalam beberapa scene-nya,
membuat film ini masih layak untuk disimak. Meskipun Stoker bukanlah sebuah
drama thriller dengan cerita yang
kuat, tapi visualnya yang cantik berhasil meninggalkan bekas di ingatan
penonton. Kalau Anda berharap ini akan seperti Oldboy, lupakanlah sebelum Anda kecewa. Stoker is an unsual coming-of-age drama. For me, watching Stoker is like
having a visual orgasm, it’s
undeniably beautiful.
Rating: 7.5/ 10
No comments:
Post a Comment