May 26, 2013

The Great Gatsby Review

"So we beat on, boats against the current, borne back ceaselessly into the past"
Semenjak trailer pertamanya rilis nyaris setahun yang lalu, I already put this movie on my must-watch movie list. Sayangnya, film ini mengalami penundaan rilis, yang mulanya dijadwalkan rilis Desember 2012, diundur hingga Mei 2013. Melihat trailernya, sebenarnya kita sudah dibuat silau dengan gemerlap warna-warni khas Baz Luhrman plus deretan cast yang luar biasa. Kombinasi Leonardo DiCaprio, Carey Mulligan, Tobey Maguire, Joel Edgerton dan Isla Fisher menjadi semacam paket yang susah ditolak. Apalagi ini adalah film yang diangkat dari novel klasik Amerika karya F. Scott Fitzgerald dan pernah beberapa kali diadaptasi ke layar lebar. Namun versi yang paling populer adalah versi tahun 1974 dengan Robert Redford dan Mia Farrow sebagai Jay Gatsby dan Daisy Buchanan. Maka ketika mendengar kabar bahwa film ini akhirnya mendapat jadwal rilis, it's hard to not being excited as hell, apalagi saya bisa dibilang suka dengan Romeo + Juliet dan Moulin Rouge!

Nick Carraway (Tobey Maguire) adalah seorang pemuda lulusan Yale yang baru pindah dari Midwest ke New York pada musim panas 1922. Disana, ia diajak oleh Tom Buchanan (Joel Edgerton), teman sekaligus suami dari sepupunya Daisy Buchanan (Carey Mulligan), yang kaya untuk berpesta bersama seorang gadis bernama Jordan Baker (Elizabeth Debicki) yang sedang Daisy usahakan untuk dijodohkan dengan Nick. Pada saat itulah dia mengetahui bahwa Tom punya mistress yang bernama Myrtle Wilson (Isla Fisher), seorang wanita dari kalangan bawah yang juga istri dari George Wilson (Jason Clarke) yang merupakan seorang mekanik. Nick yang tinggal di West Egg kebetulan bertetangga dengan seorang pria misterius yang kaya luar biasa bernama Jay Gatsby (Leonardo DiCaprio) yang setiap minggu mengadakan pesta besar-besaran. Tanpa diduga, Nick diundang oleh Gatsby untuk datang ke pestanya. Meskipun tamu pesta tersebut ada ratusan, tidak seorang pun yang pernah bertemu dengan Jay Gatsby, sehingga banyak yang berspekulasi mengenai sosoknya. Ketika Nick akhirnya bertemu dengan Jay Gatsby, terungkaplah siapa dan apa motif Gatsby hingga akhirnya Nick harus terlibat dalam konflik pelik antara Gatsby dan rumah tangga sepupunya, and tragedy awaits them.
 

So you know it's a tragic love story, and it's directed by Baz Luhrman. Dengan durasi yang sangat panjang untuk genre drama, yakni 142 menit, like it or not, it will remind you to Moulin Rouge! and Romeo + Juliet versi Baz Luhrman. Kisah cinta tragis dalam balutan visual yang luar biasa cantik seolah menjadi trade mark Luhrman, juga ditemukan dalam film ini. Desain produksi garapan Catherine Martin benar-benar luar biasa. Mulai dari kostum hingga setting-nya yang sangat-sangat detil memang benar-benar menjadi jualan utama film ini. Ditambah dengan sinematografi karya Simon Duggan, beberapa scene  terlihat luar biasa cantik, mulai dari gemerlap pesta, fireworks hingga gemerlap lampu kota, semuanya terlihat menawan. Apalagi deretan musik yang dihadirkan Craig Armstrong selaku sosok dibalik original music-nya juga tak kalah bagusnya. Kombinasi antara Jazz, R n B. Hip Hop hingga Pop mewarnai sepanjang film, dan ada lagu 'Young and Beautiful' yang dibawakan dengan suara mendayu khas Lana Del Rey yang bagi saya merupakan puncak dari semua musik yang dihadirkan. Sayangnya, detail visual dan musik yang dihadirkan ini malah membuat filmnya terasa kosong dan hampa, sama seperti kehidupan Gatsby. Padahal script yang dibuat Baz Luhrman dan Craig Pearce juga bukan script kacangan. Dialognya pun rapi. Entah kenapa penonton tidak merasakan apa-apa dengan kisahnya.  Terhipnotis? Tentu. Tapi terikat? Tidak.

No, kesalahan bukan pada casting-nya. Semua casting tampil maksimal. Tidak perlu diragukan lagi, Leonardo DiCaprio tampil sempurna sebagai Jay Gatsby, who is mysterious on the other side and vulnerable on another. Emosi yang meletup-letup hingga perasaan yang tak tersampaikan mampu dibawakan Leo DiCaprio dengan baik. Bahkan dari cara DiCaprio memandang Daisy saja, I already know that he's in deeply in love with her.  Di sisi lain, ada Tobey Maguire yang masih terasa aura 'Peter Parker'-nya, juga tampil baik membawakan keseluruhan cerita sekaligus pengait kisah, meskipun tidak sekuat Leonardo DiCaprio. Joel Edgerton-lah yang paling mampu menjadi penyeimbang DiCaprio sebagai suami Daisy yang berwatak keras. Bahkan Isla Fisher dan Elizabeth Debicki (dimana film ini adalah debut pertamanya) juga tampil mencuri perhatian. Mungkin yang paling lemah adalah Carey Mulligan. Bukan jelek, hanya paling lemah, karena saya tidak merasakan chemistry yang kuat antara Mulligan dan DiCaprio. Istilahnya, DiCaprio sudah berusaha mati-matian tapi Carey Mulligan hanya menunjukkan apa adanya. Entah memang seperti itukah karakter Daisy di novel atau hanya pembawaan Mulligan saja, yang jelas saya jadi tidak simpati dengan karakter Daisy.



Terlepas dari banyaknya kritik negatif yang dilayangkan terhadap film ini, kredit khusus masih tetap harus disematkan ke tim desain produksi yang sudah habis-habisan dalam membangun setiap detilnya. Sebuah tragic love story yang dibawakan dengan taburan casting yang mengkilap beserta segala ciri khas Baz Luhrman yang mampu memanjakan mata, namun sayangnya tidak dapat menjangkau hati penonton. Apalagi ini adalah film bergenre drama dengan durasi yang cukup panjang, yang sangat beresiko membuat penonton terkantuk-kantuk. But above all, I love Leonardo DiCaprio's performance and I think it's time for him to get some recognition from Oscar jury.

Rating: 7/ 10

No comments:

Post a Comment