May 9, 2013

The Perks of Being a Wallflower Review


"We accept the love we think we deserve"
Sebenarnya film ini sudah cukup lama rilis di US, sekitar bulan Oktober 2012. Namun entah karena alasan apa (pertimbangan profit, mungkin?) film ini baru tayang (midnight show) sekitar bulan Maret 2013 di Indonesia. Sayang sekali, apalagi filmnya mendapat banyak pujian. Film ini diangkat dari sebuah novel berjudul sama karangan Stephen Chbosky. Uniknya, Stephen Chbosky pulalah yang mengangkat novelnya ke layar lebar. Ia merangkap sutradara, penulis naskah dan executive producer sekaligus. So, tentunya Stephen Chbosky tahu hal-hal esensial yang perlu dimasukkan ke dalam versi layar lebarnya. Sebagai tambahan kredit, film ini dibintangi oleh tiga bintang muda berbakat yaitu Logan Lerman, Emma Watson dan Ezra Miller.

Charlie (Logan Lerman) adalah seorang wallflower (orang yang sulit bergaul dengan dengan lingkungan sekitarnya) yang baru masuk SMA. Baginya, SMA adalah dunia yang kejam. Satu-satunya orang yang berhasil diajak berteman di hari pertama sekolahnya adalah guru Bahasa Inggrisnya, Bill (Paul Rudd). Charlie menumpahkan segala perasaanya melalui tulisan-tulisan, sampai akhirnya ia bertemu dengan Patrick (Ezra Miller), senior yang humoris dan mudah bergaul. Dari situlah kemudian ia berkenalan dengan Sam (Emma Watson), saudari tiri Patrick yang merupakan seorang social butterfly. Kenyataan tentang masa lalu Charlie mengenai sahabat terdekatnya membuat Patrick dan Sam prihatin dan memutuskan untuk membantu Charlie.  Bersama Patrick dan Sam, Charlie melalui hari-hari di tahun pertama SMA sambil terus dibayang-bayangi trauma masa kecilnya mengenai bibinya.


Sekilas, film ini akan mengingatkan kita dengan film-film remaja tahun 80an seperti The Breakfast Club ataupun Sixteen Candles. Atmosfer dari film tahun 80-90an sangat terasa di film. Masuk akal mengingat film ini bersetting tahun 90an. Meskipun terlihat jadul, tapi justru itulah yang membuat film ini terasa lebih hangat. Berbagai macam masalah remaja menjadi konflik film ini, mulai dari bullying, sexual orientation, self confidence, childhood trauma hingga love triangle. Namun meskipun film ini disesaki berbagai macam konflik, Stephen Chbosky mampu mengatur porsinya secara pas tanpa terkesan menumpuk. Ditambah lagi soundtracknya super enak didengar. Untuk mempertegas suasana, beberapa lagu-lagu yang berasal dari tahun 80-90an juga turut hadir mewarnai sepanjang filmnya. Hasilnya adalah sebuah film drama remaja yang menyentuh dan terasa sangat dekat dengan kita.

Kalau berbicara soal akting, ketiga pemeran utama sangat-sangat baik berakting. Logan Lerman memberikan penampilan yang lebih baik dibandingkan saat menjadi Percy Jackson. Emosi Charlie berhasil dipancarkan oleh Logan Lerman. Emma Watson hadir dengan short haircut yang fresh dan aksen Amerika plus akting yang bagus sebagai Sam. Pemuncaknya adalah Ezra Miller. Kita semua tahu ia sudah bermain bagus di film We Need to Talk About Kevin. Kali ini Ezra Miller seolah melebur dengan karakter Patrick yang periang, namun di sisi lain juga vurnerable. Logan, Emma dan Ezra memberikan chemistry yang bagus sehingga membuat kita betah menyaksikan konflik-konflik yang dihadirkan. Pelengkapnya, ada aktor/ aktris seperti Paul Rudd, Kate Walsh, Dylan McDermott, Nina Dobrev hingga Joan Cusack hadir sesuai porsinya masing-masing.
 

Lagi-lagi sebuah film sederhana namun tetap tajam dan berkesan. The Perks of Being a Wallflower mungkin bagi sebagian orang akan terlihat garing. Tapi bagi saya, film ini terasa sangat nyata walaupun sederhana. Kehadiran tiga bintang utama (terutama Ezra Miller) yang cemerlang plus pelengkap lagu-lagu nostalgia yang membuat film ini terasa sweet dibalik Charlie’s bitter life. Apalagi pribadi Charlie terasa sangat dekat dengan saya (sepertinya saya juga seperti Charlie, wallflower but minus childhood trauma), jadilah film ini hampir seperti cermin buat saya.  The Perks of Being a Wallflower merupakan sebuah coming of age drama sederhana yang dibuat sepenuh hati oleh Stephen Chbosky. Hasilnya adalah sebuah film yang terasa ringan namun di satu sisi tidak terasa cheesy. One of the best teenage dramas released in 2012.

Rating: 8.5/ 10

2 comments:

  1. ini keren pembahasannya. dibahas juga dong soundtrack2 filmnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah makasiiihh >.< saya jarang bener2 ngebahas soundtrack, kecuali emang lagunya cocok di kuping. Tapi bisa jadi masukan nih buat next time, makasih yaa :)

      Delete