Jul 21, 2013

Despicable Me 2 Review

 
"Just because everybody hates it doesn't mean it's not good"
 Tahun 2010 merupakan tahun besar bagi Illumination Entertainment, karena tidak ada yang pernah menduga bahwa salahsatu film produksi mereka yang berjudul Despicable Me kala itu menjadi kuda hitam dan bisa sukses luar biasa, terutama dalam raihan box office. Memang kisah yang dibawa Despicable Me yang tergolong unik, yang menceritakan seorang super villain yang merencanakan pencurian bulan. Kisah yang fresh, humor plus tentu saja kehadiran minions yang sangat mencuri perhatian ketimbang karakter utamanya, membuat film ini disukai baik anak-anak dan juga orang dewasa. Maka imbasnya sudah sama-sama kita ketahui, sebuah sekuel. Dan tentu saja, spin-off. Yap, tahun depan akan ada film berjudul Minions yang bercerita tentang... tentu saja minion-minion kocak tersebut. Sambil menunggu, tahun ini Gru bersama Margo, Edith dan Agnes kembali hadir lewat Despicable Me 2. Seluruh pengisi suara dari karakter utama di film pertama kembali hadir dan siap mengulang kesuksesan film pertamanya. Apalagi para minions yang memang menjadi senjata utama franchise ini juga kembali, bahkan hingga ke penjualan merchandise yang luar biasa.

Sebuah laboratorium yang sedang melakukan ujicoba pembuatan bahan kimia yang bisa membuat makhluk hidup berubah menjadi kuat dan jahat di Arctic hilang secara misterius karena ditarik oleh sebuah pesawat magnet. The Anti-Villain League (AVL) yang diketuai oleh Silas Ramsbottom (Steve Coogan) berusaha menyelidiki kasus ini dengan merekrut Gru (Steve Carell) karena mereka beranggapan bahwa "to catch a illain, we need an ex-villain". Sementara itu, Gru yang sudah bertobat sedang disibukkan menjadi seorang ayah dari tiga anak angkatnya yakni Margo (Miranda Cosgrove), Edith (Dana Gaier) dan Agnes (Elsie Fisher) serta menjalani usaha pembuatan jelly dengan Dr. Nefario (Russel Brand) dan para minions. Ketika Dr. Nefario memutuskan untuk berhenti karena "misses being bad", akhirnya Gru menerima tawaran AVL. Akhirnya Gru pun dipasangkan dengan Agen Lucy Wilde (Kristen Wiig) untuk menyelidiki orang-orang yang dicurigai sebagai pencuri bahan kimia tersebut. Kecurigaan Gru langsung tertuju pada Eduardo (Benjamin Bratt), pemilik restoran Meksiko yang bagi Gru begitu mirip dengan El-Macho, seorang kriminal yang diduga telah tewas bertahun-tahun lalu. Sedangkan AVL lebih mencurigai Floyd Eagle-san (Ken Jeong). Maka Gru dan Lucy terus melakukan penyelidikan, hingga mereka mulai menyadari mereka memiliki perasaan satu sama lain.


So, you know all the characters. Keuntungan sebuah sekuel adalah tidak perlu lagi membuang-buang waktu untuk pengenalan karakter utama. Kita sudah tahu seperti apa Gru (yang hatinya sudah meleleh ketika berurusan dengan Margo Edith dan Agnes), bahkan hingga para minions. Keunggulan, dan mungkin juga kelemahan Despicable Me 2 adalah minions. Ya, minions masih mendominasi film ini. Pierre Coffin dan Chris Renaud tahu betul bahwa minions adalah kekuatan utama dalam Despicable Me, sehingga bahkan kali ini minions mendapat porsi besar dalam urusan cerita. Penulis naskah Cinco Paul dan Ken Daurio menempatkan peran para minion dalam storyline dengan cukup pintar. Hal ini bisa dibilang efektif untuk memancing tawa. Namun inilah yang menjadi kelemahan Despicable Me 2. Ketika minions mencuri perhatian, karakter manusianya seolah terlupakan, sehingga Gru dan kawan-kawan seperti hanya figuran dalam film ini. Oke, mungkin tidak segitu parahnya, tapi tetap saja porsi human character di film ini lebih minim ketimbang minionnya. Belum lagi kualitas ceritanya yang menurun dan tidak sekuat film pertamanya, malah beralih jalur ke tema spy movie yang sudah sering dijumpai, sehingga ceritanya tidak lagi spesial bagi orang dewasa. Beruntung film ini masih punya visual yang sama menakjubkannya seperti film pendahulunya. Gimmick 3D-nya tampil maksimal. Dan tentu saja, sekali lagi, minions yang super kocak dengan dialog aneh dan plesetan-plesetan yang ada habisnya.

Untuk urusan pengisi suara, Steve Carell masih mengisi suara Gru dengan aksen Eropa Timur (is it?) yang cukup aneh namun Carell tetap membawa karakter Gru sama baiknya seperti dulu. Begitu pula dengan Kristen Wiig yang kembali namun dengan karakter berbeda. Karakter Lucy Wilde yang periang berhasil disuarakan Wiig dengan baik. Tri Miranda Cosgrove, Dana Gaier dan Elsie Fisher juga masih memberikan suara mereka bertiga ke tiga anak angkat Gru, Margo Edith dan Agnes dengan sama menggemaskannya, terutama karakter Agnes. Sayang sekali, Al Pacino yang seharusnya mengisi suara Eduardo harus mundur hanya dua bulan sebelum filmnya dirilis karena perbedaan kreatifitas, sehingga digantikan oleh Benjamin Bratt. Meskipun karakter suara Benjamin Bratt tidak sekuat Al Pacino, namun cukup untuk menggambarkan karakter Eduardo yang misterius. Sedangkan karakter minions yang disuarakan langsung oleh Pierre Coffin dan Chris Renaud masih sama menggemaskannya seperti dulu. The point is, semua pengisi suara tampil baik, namun tidak luar biasa.


Sekali lagi, minions steal the spotlight from Gru and his family. Pihak produser tahu benar bahwa kunci kesuksesan  ini ada pada minions dengan gumaman tak jelas ketika berbicara. Maka dimaksimalkanlah peran minions yang malah membuat Gru dan kawan-kawan tampil tidak memorable. Apalagi berbagai lelucon yang dibawakan minions mampu membuat penonton tertawa. Apalagi ketika memasuki ending, lagu "I Swear" yang diplesetkan menjadi "Underwear" itu benar-benar mampu membuat penonton terhibur. Ya, tingkah laku minions inilah yang menyelamatkan film ini. Gru tidak mampu berbuat banyak melawan minionnya sendiri. Meskipun visual yang ditampilkan Despicable Me 2 sangat luar biasa untuk ukuran studio sebesar Illumination Entertainment, tetap saja, jika tanpa minions, mungkin film ini tidak akan mampu berbicara banyak baik di mata kritikus dan box office.

Rating: 7/10

No comments:

Post a Comment