Jul 5, 2013

Spring Breakers Review

"..we'll always remember this trip. Something so amazing, magical. Something so beautiful. Feels as if the world is perfect. Like it's never gonna end."
Film yang dipenuhi gadis-gadis muda dalam balutan bikini? It's like every man's dreams come true. Itulah mungkin yang terlintas di pikiran ketika melihat poster Spring Breakers. Dan mungkin sebagian besar orang-orang akan menganggap ini film cuma seputar komedi hura-hura khas remaja, apalagi ada dua putri Disney, Selena Gomez dan Vanessa Hudgens, yang seolah ingin melepaskan image remajanya lewat peran mereka dalam film ini. Padahal kalau tahu soal track record sutradaranya, yakni Harmony Korine, mungkin tidak akan ada anggapan semacam itu. Oke, saya juga sebelumnya belum pernah mendengar nama Harmony Korine sampai film ini dirilis. Korine adalah tipikal sutradara yang kebanyakan berkutat seputar film indie, bukan film mainstream. Namun sebagian besar karyanya sudah memperoleh pengakuan. Jadi wajar saja kalau banyak yang belum familiar dengan namanya. Jujur saja, daya tarik film ini tentu saja ada pada segerombolan gadis-gadis berbikini warna-warni, diantaranya Selena Gomez dan Vanessa Hudgens serta James Franco dalam deretan cast-nya.

Empat gadis remaja yang bersahabat sejak kecil, yakni Brit (Ashley Benson), Candy (Vanessa Hudgens), Cotty (Rachel Korine) dan Faith (Selena Gomez) adalah sekelompok remaja yang menuntut kebebasan dari rutinitas sekolah sehari-hari yang bagi mereka membosankan. Maka disusunlah rencana untuk memanfaatkan liburan spring break mereka ke Florida. Namun uang yang mereka kumpulkan rupanya tidak cukup untuk membiayai rencana tersebut. Dengan tekad bulat agar tetap dapat melaksanakan spring break mereka, Brit, Candy dan Cotty nekad merampok sebuah restoran demi membiayai liburan impian mereka. Semua nampak sempurna, mereka berhasil dan menghabiskan uang hasil rampokan untuk berpesta pora, sampai akhirnya mereka berempat ditangkap polisi. Segalanya berubah ketika mereka berempat dibebaskan dengan uang jaminan oleh seorang rapper kulit putih yang mengaku bernama Alien (James Franco) yang sama sekali tidak mereka kenal.  Dan tentu saja Alien tidak membebaskan mereka secara cuma-cuma, karena ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kebebasan.


Sejak awal, kita sudah disuguhi dengan gaya hidup bebas remaja masa kini, terutama remaja Amerika. Suka tidak suka,  meskipun terlihat sangat mengeksploitasi wanita dengan vulgar, tapi begitulah kenyataannya yang ada. Justru adegan-adegan tersebut nampak sangat real menggambarkan kehidupan remaja Amerika. Kemudian kita dibawa ke dalam kehidupan Brit, Candy, Cotty dan Faith yang nampak begitu tergoda dengan kebebasan. Dibatasi kemampuan finansial dan bermodal kenekatan, kehidupan gadis-gadis ini disajikan Harmony Korine sebagai penulis naskah sekaligus sutradara dengan pace yang cukup lambat. Namun disitulah serunya. Menelusuri perlahan naik turunnya kehidupan para gadis di tengah pesta pora dan kemerosotan moral menuju pendewasaan yang salah. Dilatari narasi yang kebanyakan repetitif, Korine memberikan gambar-gambar yang memikat, terutama pemilihan tampilan visual dengan neon lighting yang nantinya juga akan dikombinasikan dengan warna-warni bikini, jujur saja saya suka dengan yang ditampilkan sinematografer BenoĆ®t Debie. Potongan-potongan adegan diambil dari sudut pandang yang cukup unik, terutama ketika gadis-gadis tersebut saling mencurahkan isi hatinya. Belum lagi dentaman musik yang ternyata digarap oleh Cliff Martinez, Skrillex dan Gucci Mane juga sangat asyik di telinga. Itu belum dihitung dengan lagu 'Everytime' Britney Spears yang mengalun di tengah violent scene yang di-slow motion. Douglas Crise dan Adam Robinson benar-benar melaksanakan tugas editing dengan sangat baik.

Gaya penceritaan Korine yang menyenangkan ini dilengkapi dengan karakter-karakter yang mixed, mulai dari karakter yang mengalami kegoyahan iman, hingga karakter yang total bitch. Selena Gomez, sesuai nama karakternya Faith, digambarkan mengalami keraguan. Hatinya terbelah antara ingin bersenang-senang dengan batasan agama yang dipelajari. Dan ini dibawakan dengan cukup baik oleh Gomez. Tapi penampilan Gomez tidak ada apa-apanya dibandingkan Rachel Korine, Ashley Benson dan yang paling mengejutkan, Vanessa Hudgens, tampil begitu mengesankan sebagai girls gone wild. Chemistry mereka begitu meyakinkan. Ketiganya tampil all-out sebagai gadis liar yang dibutakan oleh senang-senang. Khusus untuk Hudgens, saya pribadi tidak pernah menyangka ia akan tampil selepas itu. Plus penampilan James Franco yang terlihat cukup annoying, namun sama mengesankannya dengan para gadis. Bahkan meskipun hampir selalu terlihat cengengesan, karakter Alien tetap menakutkan. Karakter-karakter tersebut berpadu hingga klimaks yag meskipun tidak begitu 'wah' namun begitu impresif.


Clearly Spring Breakers is very segmented, karena tidak semua orang bisa menikmati film ini, dan kebetulan saya salah satu dari orang-orang yang senang dengan film ini. Di balik penceritaan yang bagi sebagian orang membosankan, Spring Breakers merupakan sebuah presentasi unik seputar kehidupan remaja yang tidak lepas dari beer, boost and boobs dalam sebuah drama coming-of-age yang yang begitu artsy. Sebuah film yang sejak menit pertama sudah terlihat akan menjadi sebuah constant cult. "Spring Break forever, bitch!"

Rating: 8/ 10 

3 comments:

  1. udah release kah ini nen....???

    ini yg ku tunggu2....wakkakakaka XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. rilis udah lama di US, cuma gak mungkin kan masuk bioskop Indonesia? udah ada donlotannya kok pin. Segera donlot!

      Delete
  2. nnti laah nen ku donlot, soalnya mau puasa, kan bahaya nnti klo di tonton.....wakakkakaka :p

    ReplyDelete