Jul 19, 2013

The Lone Ranger Review

"There come a time, when good man must wear mask"
Johnny Depp, Gore Verbinski dan Jerry Bruckheimer. Tiga orang inilah yang berada dibalik kesuksesan trilogi Pirates of Carribean. Dan mereka sekali lagi melakukan team up demi mengulang kesuksesan di masa lalu dalam sebuah film berjudul The Lone Ranger. Maybe most of you didn't familiar with this Ranger. Jauh sebelum diangkat ke layar lebar tahun 2013, The Lone Ranger adalah sebuah drama seri radio yang mengudara sejak 1933. Pernah diangkat ke serial TV dan juga pernah diangkat ke layar lebar tahun 1956. Kali ini Gore Verbinski yang mencoba peruntungan dengan membawa Armie Hammer sebagai sang Ranger dan Johnny Depp sebagai sidekick-nya, Tonto. But as you know, punya nama besar seperti Johnny Depp tentu menenggelamkan sang pemeran tokoh utama, dalam hal ini adalah Armie Hammer, yang meskipun punya CV yang cukup mengkilap, tetap saja tenggelam dengan nama besar Johnny Deep sebagai sidekick-nya. Well, sebenarnya ini strategi yang cukup jitu, mengingat banyak orang yang sudah jatuh hati dengan Johnny Depp baik dari segi fisik ataupun kemampuan aktingnya. Jadilah daya tarik utamanya bukan lagi sang Ranger, melainkan sang Indian, Tonto.

Diceritakan oleh older version of Tonto, John Reid (Armie Hammer) adalah seorang pemuda yang menunjung tinggi keadilan yang pulang ke kotanya di Colby, Texas, setelah mengenyam sekolah hukum. John sedang tidak beruntung, karena ia satu kereta dengan Butch Cavendish (William Fitchner), seorang kriminal yang akan dihukum gantung dan Tonto (Johnny Depp) yang ditangkap dengan alasan 'for being an Indian'. Tanpa diketahui, kaki tangan Butch sedang berusaha membantu Butch melarikan diri, dan John yang mengetahui hal tersebut berusaha menghalangi. Namun usaha John gagal karena ia malah terjebak dan harus berusaha menyelamatkan diri bersama Tonto. Butch yang berhasil lolos membuat Ranger setempat, Dan Reid (James Badge Dale), yang juga merupakan kakak John, harus mengejar kawanan Butch. Reid Brothers sendiri sebenarnya memiliki masalah pribadi, karena mereka berdua jatuh cinta pada wanita yang sama, yakni Rebecca (Ruth Wilson). Namun Dan lebih beruntung karena ia berhasil menikahi Rebecca. Singkat cerita, misi gagal dan Dan terbunuh, sedangkan John tak sadarkan diri. Menganggap seluruh kawanan Ranger tersebut sudah mati, Tonto yang menemukan mereka berencana menguburkan kawanan tersebut. Ketika seekor kuda putih yang dianggap suku Indian sebagai spirit horse berhenti tepat di depan tubuh John, Tonto percaya bahwa John adalah spirit walker, orang yang kembali dari alam baka. Maka ketika John sadar, Tonto menceritakan semuanya dan mengajaknya membalaskan dendam ke Butch Cavendish yang sudah membunuh kakaknya. John yang begitu mempercayai keadilan setuju, dan dimulailah petualangan mereka berdua mengejar Butch Cavendish diwarnai konflik kepentingan pribadi dari John dan Tonto yang bertentangan.


No, saya juga tidak pernah mengenal The Lone Ranger sebelum versi 2013 ini, so I don't know much about it either. Tapi satu hal yang jelas, kali ini Disney mengambil resiko dengan lebih menampilkan sosok Tonto dibanding John Reid sendiri. Dengan durasi yang cukup panjang, yakni 149 menit, Gore Verbinski berusaha mengenalkan ke penonton awam mengenai duo pahlawan ini. Usaha ini cukup berhasil. Latar belakang John Reid dan Tonto berhasil dikupas hingga konflik dari dua karakter yang berbeda latar belakang tersebut. Tapi sayangnya hal ini malah mengakibatkan durasi yang panjang, yang akhirnya malah membuat kisah film ini nampak sangat draggy dan bertele-tele, sehingga sangat beresiko jadi membosankan. Oke, mungkin skenario yang digarap oleh Justin Haythe, Ted Elliot dan Terry Rossio sudah sebisa mungkin menghindarkan kebosanan lewat humor-humor di hampir di sepanjang film. Tapi entahlah, mungkin kita sudah sangat bosan dengan gaya penceritaan yang seperti ini, karena hasil akhirnya malah jadi sangat mirip dengan Pirates of Carribean. Entah itu disengaja atau tidak, tapi ini seperti menyaksikan Captain Jack Sparrow in wild west. Beruntung, The Lone Ranger has a lot of beautiful shots. Dengan sinematografi garapan Bojan Bozelli, nuansa old wild west begitu terasa. Belum lagi detail desain produksinya yang juga menambah atmosfer serupa. Adegan action-nya pun juga sangat menghibur, dilengkapi beberapa adegan slow motion yang menambah dramatisasi dan iringan musik garapan Hans Zimmer. It was all fun.

Dan ketika semua mata tertuju kepada Johnny Depp dengan burung gagak dan make up anehnya, Armie Hammer mampu tampil mengimbangi Johnny Depp yang jelas punya star power lebih besar ketimbang dirinya. Meskipun pendekatan akting yang digunakan Hammer hampir sama ketika ia berperan sebagai Pangeran Andrew di Mirror Mirror, tapi setidaknya itu cukup untuk mengimbangi akting Johnny Depp yang seperti biasa, nyeleneh on his own way. Ya, meskipun mungkin kita sudah jenuh dengan peran-peran Depp yang seperti Tonto ini, tapi Depp jelas punya pesona unik dimana meskipun perannya antara yang satu dengan yang lainnya hampir mirip, kita tetap bisa melupakan fakta bahwa itu adalah Johnny Depp. Ia mampu meleburkan dirinya dalam setiap karakter yang ia perankan. Chemistry keduanya pun meskipun tidak begitu intens dan beberapa nampak kaku (bisa dimaklumi mengingat pada mulanya mereka adalah dua karakter yang bertentangan), tapi secara comedic tetap menyenangkan dan asyik untuk ditonton. William Fichtner yang berperan sebagai Butch Cavendish pun tampil begitu mengerikan tidak hanya secara fisik namun juga aktingnya. Bahkan Fichtner hampir tidak dapat dikenali karena make up-nya itu. Tom Wilkinson pun bermain sama baiknya sebagai Latham Cole yang karakternya sejak awal terlihat licik. Di sisi leading actress, Ruth Wilson sebagai Rebecca mungkin tidak mampu berbuat banyak jika dibandingkan dengan penampilan Helena Bonham-Carter sebagai Red Harrington yang meskipun porsi tampilnya sedikit, namun mampu mencuri perhatian, sama seperti James Badge Dale yang juga mencuri perhatian di minimnya  penampilan sebagai Dan Reid.


So, meskipun The Lone Ranger sempat terseok-seok dalam penceritaan yang begitu bertele-tele dan durasi yang cukup panjang, namun setidaknya film ini masih fun dan menghibur, terutama action di seperempat akhir film. Memang jokes-nya masih dengan pakem yang sama dengan Pirates of Carribean, namun setidaknya Gore Verbinski masih bisa dibilang berhasil mengenalkan duo sang Ranger dan Tonto, bahkan pengenalan catchphrase "Kemosabe" dan "Hi-yo, Silver! Away!" yang sudah duluan populer. So if you do like Pirates of Carribean, you'll probably like this one too. Tapi mungkin kita sudah cukup jenuh dengan akting Johnny Depp yang nyeleneh disertai jokes yang hampir serupa. Memang saat ini masih menghibur, namun pada satu titik, one day we will be bored.

Rating: 7/ 10

No comments:

Post a Comment