Jul 28, 2013

The Conjuring Review

"God brought us together for a reason. This is it..."
Nama James Wan saat ini seolah menjadi sebuah ciri khas untuk film horor. Setelah membuat impresif penonton lewat Saw, Dead Silence, Death Sentence dan Insidious yang menghebohkan, sutradara asal Malaysia ini kembali lewat sebuah film horor yang sama menghebohkannya, The Conjuring. Lewat sebuah viral marketing yang menyatakan telah disediakan pastur untuk mengantisipasi efek setelah menonton film ini karena filmnya terlalu menyeramkan, hingga insiden dimana ada penonton yang pingsan saat menonton film ini sempat menghebohkan dunia maya, terutama social media, membuat film ini cukup menyita perhatian publik. Jadi jangan heran jika penonton film ini membludak dan meraih posisi #1 di box office US. Sedangkan tahun ini ada dua film horor karya James Wan, yakni The Conjuring dan Insidious: Chapter 2 yang akan dirilis bulan Oktober 2013. Well, sambil menunggu kelanjutan Insidious, tak ada salahnya untuk menyaksikan film yang juga dibintangi Patrick Wilson ini.

Bersetting tahun 1971, Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine  Warren (Vera Farmiga)  adalah dua orang yang dikenal sebagai paranormal investigators dan membantu banyak kasus yang berhubungan dengan hal-hal bersifat demonic. Di tempat lain, keluarga Perron baru saja pindah ke rumah baru di Harrisville, Rhode Island. Awalnya Roger (Ron Livingston) dan Carolyn (Lili Taylor) tidak merasakan apa-apa, hingga anak-anaknya yang bermain hide-and-clap tanpa sengaja menemukan sebuah ruang bawah tanah. Gangguan-gangguan kecil mulai bermunculan seperti seluruh jam yang serentak mati pukul 3.07 a.m. Gangguan yang mulanya kecil berubah menjadi bencana ketika Andrea (Shanley Caswell), Nancy (Hayley McFarland), Christine (Joey King), Cindy (Mackenzie Foy) dan April (Kyla Deaver) mendapati bahwa semua gangguan ini mulai mengancam kehidupan mereka. Carolyn yang kebetulan sedang menyaksikan presentasi Ed dan Loraine Warren tentang ritual pengusiran setan, meminta mereka berdua untuk memeriksa rumahnya. Apa yang ditemukan Ed dan Lorraine lebih dari yang mereka duga karena kekuatan yang sangat jahat telah menyelubungi keluarga tersebut dan meminta korban, maka Ed dan Lorraine harus berusaha ekstra untuk membantu keluarga Perron. Yang mengerikan adalah roh jahat tersebut juga mengancam kehidupan Ed dan Lorraine.


Semenjak film dimulai, James Wan sudah membangun nuansa horornya dengan sangat baik. Diawali dengan drama dengan disisipi adegan-adegan horor, tensi film semakin lama semakin merangkak hingga mendekati akhir, seolah James Wan memberikan waktu untuk penonton bernafas, karena nantinya seperti tidak ada kesempatan untuk menarik nafas. Sebagian besar adegan didominasi dengan kegelapan dan penerangan seadanya. Beberapa adegan diambil dengan sorotan kamera ala found footage semakin menambah ketegangan. James Wan juga tahu benar bagaimana cara kamera bergerak, yang semakin menambah feel creepy-nya dan efektif menakuti penonton. Ditambah label 'based on true story' film ini semakin berhasil membuat merinding. Belum lagi kemunculan sosok-sosok yang mulanya tampak malu-malu kucing dan makin lama makin 'banci tampil' dengan luar biasa seramnya dan lebih sering muncul tiba-tiba makin membuat penonton berteriak. Melalui script garapan Chad dan Carey Hayes, semua adegan dibangun Wan dengan pace yang sangat rapi dan nuansa spooky yang sungguh terasa. Hal ini juga didukung dengan scoring yang sangat annoying dari Joseph Bishara. Belum lagi kerja keras production dan costume design dalam menghadirkan nuansa 70's yang begitu detil. Semua tersinkronisasi dengan baik.

Semua hal teknis yang digarap Wan dengan baik masih didukung dengan casts yang solid. Ada Patrick Wilson yang kembali bekerja sama dengan Wan setelah Insidious sebagai Ed Warren dengan sangat baik. Begitu pula dengan Vera Farmiga sebagai pasangannya, Lorraine Warren, dengan akting yang super bagus, terutama dalam hal mengekspresikan ketakutannya, setelah terakhir kali kita melihatnya berteriak ketakutan dalam Orphan. Keduanya nampak menyatu dalam chemistry yang apik sebagai paranormal investigators. Tidak hanya itu, pemeran keluarga Perron pun tampil sangat baik, terutama akting Lili Taylor yang begitu maksimal. Ron Livingston sebagai Roger juga cukup baik. Melengkapi keluarga Perron, pemeran anak-anaknya, terutama Joey King (little girl from White House Down) dan Mackezie Foy (remember Renesmee?) serta Kyla Deaver tampil mencuri perhatian sebagai gadis-gadis kecil Perron yang paling banyak menerima teror. Sempalan komedi di tengah-tengah nuansa horor yang dibawakan oleh Shannon Kook sebagai Drew dan John Brotherton sebagai Officer Brad cukup memberikan kesegaran diantara ketegangan.


Setelah Insidious, lagi-lagi James Wan berhasil membuat penonton ketakutan. Sebuah film horror bernuansa old school yang begitu menyeramkan, terutama bagi claustrophobic, membuat kita sperti menonton film horror tahun 70-80an yang memang sama menyeramkannya. Sentuhan Wan begitu terasa di film ini. Meskipun endingnya agak kurang 'nendang' karena penyelesaian yang tidak tuntas, namun sepanjang film Wan berhasil membuat penonton berteriak. Terlepas dari klaim beberapa orang bahwa film ini adalah the scariest horror of all time yang pro dan kontra, film ini jelas merupakan salahsatu film horor terbaik tahun ini. The strongest contender-nya mungkin hanya Insidious: Chapter 2 yang juga disutradarai oleh James Wan. We'll see.

Rating: 8/ 10

No comments:

Post a Comment