"I don't want to talk about time travel because if we start talking about it then we're going to be here all day talking about it, making diagrams with straws."
Film yang ditulis sekaligus
disutradarai oleh Rian Johnson ini berkisah tentang Joe, seorang looper di tahun 2044. Looper adalah
seseorang yang ditugaskan untuk membunuh seseorang yang dikirim dari masa depan
melalui mesin waktu, biasanya dikirim oleh gangster atau mafia untuk menghabisi
musuhnya. Namun apa jadinya jika yang dikirim dari masa depan adalah dirinya
sendiri di masa depan? Itulah yang dialami Joe, yang mengumpulkan batangan emas
dengan membunuh orang kiriman dari masa depan. Suatu hari, dia melanggar aturan
dan membuka pembungkus kepala korbannya, dan melihat dirinya sendiri di masa
tua (Bruce Willis) yang ternyata adalah orang yang harus dia bunuh. Joe yang
tidak mampu membunuh dirinya sendiri akhirnya menjadi buronan karena membiarkan
calon korbannya melarikan diri. Ketika Joe muda dan Joe tua memiliki ego
masing-masing, mereka saling berpacu untuk mengubah masa depan melalui cara
mereka masing-masing, yang membawa mereka bertemu dengan Sara (Emily Blunt)
yang tanpa disangka memegang peranan penting dalam kehidupan Joe di masa depan.
Membingungkan. Mungkin saja. Bagi saya pribadi, menonton film sci-fi bertema time travel memang tidak mudah. Setting waktu yang berputar itu-itu saja. Satu kejadian yang ternyata bisa mengubah masa depan yang sudah terjadi. Semua terasa membingungkan. Maka kunci utama adalah konsentrasi dan tentunya sedikit berpikir untuk menikmatinya. Namun, secara ide, buah pikiran Rian Johnson ini sangat menarik dan kreatif. Penggambaran masa depan versi Rian Johnson pun begitu menarik. Lupakan masa depan yang serba instan seperti yang ditampilkan oleh Back to the Future II, masa depan yang digambarkan di film ini luar biasa suram karena seringnya terjadi konflik di masa depan. Time Machine-nya juga lebih mirip Torture Machine, karena orang yang dimasukkan ke mesin itu adalah orang yang sedang menghadapi ajalnya. Belum lagi konflik ego masing-masing Joe, dimana yang satu memiliki alasan untuk bertahan yang berbeda dengan yang lainnya. Emosi mulai dikoyak di tengah film. Benarkah kita membunuh seseorang yang tidak tahu apa-apa di masa kini, padahal di masa depan dia adalah seseorang yang luar biasa kejam, hanya untuk kepentingan kita sendiri? Konflik dua Joe ini bagi saya adalah konflik yang menarik dibalik perjalanan antar waktu ini.
Yah, seperti biasa sang masa
depan Hollywood Joseph Gordon-Levitt mampu tampil memukau melalui aktingnya
sebagai Joe muda, walaupun melihat make up-nya di film ini agak sedikit
menyiksa saya. Namun di balik itu, JGL mampu mempersonifikasikan Bruce Willis
ke dirinya hampir sempurna, sesempurna Josh Broslin meniru Tommy Lee Jones yang
begitu mirip di MIB III. Pun begitu dengan Bruce Willis, aktingnya cukup
memuaskan, bahkan ada beberapa adegan yang benar-benar membuat saya takut
dengan Joe di masa tua. Dan tentunya si cantik Emily Blunt tidak pernah
mengecewakan. Aktingnya sebagai Sara yang kuat dan rentan di saat yang
bersamaan sebagai seorang ibu muda sangat menyentuh. Kombinasi akting dari ketiganya
sudah sangat memberi nyawa pada film ini.
Jangan terlalu banyak berpikir ketika membaca tulisan ini. Dan jangan juga terlalu banyak berpikir untuk menyaksikan film ini. Nama JGL adalah sebuah jaminan film bermutu. Berpikirlah ketika sudah menyaksikan film ini. Dan minimkanlah mencari tahu tentang film ini, karena itu dapat merusak kesenangan di ending film. Ya, ending film ini akan terasa flat jika sudah terlalu banyak spoiler yang dibaca. Oleh karena itu, saya harus menutup tulisan ini sebelum saya memuntahkan kata-kata yang mengandung spoiler. Dan saya menutup tulisan ini dengan kalimat “Looper is the best sci-fi movie in 2012. It might be a cult someday. Well, who knows?”
Rating: 8.5/10
No comments:
Post a Comment