"I've never thanked you for this extraordinary life"
Tidak
bisa dipungkiri, Twilight telah menjadi salahsatu kisah cinta yang tidak akan
mudah dilupakan begitu saja, setidaknya hingga 10 tahun mendatang. Kisah cinta
vampire dan manusia yang diangkat dari novel karya Stephanie Meyers ini telah
memikat sebagian remaja modern. Bahkan filmnya mengorbitkan nama Robert
Pattinson dan Kristen Stewart as the new heartthrob. Selama 5 tahun terakhir, 4
film telah dirilis secara berturut-turut setiap tahunnya dan akhirnya di tahun
2012 ini, kisah ini mencapai akhir melalui Breaking Dawn Part 2 (Yes, the
finale was split into two movies). Pertama kali muncul tahun 2008, Twilight
memang bukanlah film yang diunggulkan. Tidak ada yang menyangka jika film
berbudget rendah tersebut berhasil memperoleh raihan box office sepuluh kali
lipat lebih besar dibanding budgetnya. Chemistry antara Pattinson dengan
Stewart mampu menyelamatkan film ini, sederhana dengan score yang tepat
sehingga terasa begitu romantis. Namun, kualitas yang cukup baik yang dibangun
Catherine Hardwicke di Twilight seolah-olah dihempaskan begitu saja oleh Chris
Weitz melalui New Moon yang begitu flat. David Slade yang didapuk menyutradarai
film ketiganya Eclipse, juga tak mampu membawa performa film ini kembali ke
awal. Hingga akhirnya Bill Condon dipercaya meyutradarai film pamungkasnya.
Diceritakan
secara langsung bersambung dengan film Breaking Dawn Part 1, diceritakan Bella Swan (Kristen Stewart)
yang berjuang melahirkan bayi hasil hubungannya dengan Edward Cullen (Robert Pattinson) berhasil selamat
karena Edward telah mengubahnya menjadi vampir. Maka kehidupan Bella yang baru
sebagai makhluk penghisap darah dimulai. Mulai dari usahanya menahan untuk
tidak membunuh manusia hingga menyembunyikan kehidupan barunya dari ayahnya.
Jacob (Taylor Lautner) dan Edward pun nampaknya sudah melupakan permusuhannya di masa lalu karena
Jacob telah mengikat dirinya dengan Renesmee (Mackezie Foy). Namun masalah sebenarnya datang
ketika Volturi mendengar soal Renesmee dan menganggap Renesmee adalah immortal
child yang secara hukum Volturi harus dimusnahkan. Maka dimulailah usaha
keluarga Cullen mengumpulkan vampir dari seluruh dunia guna membuktikan bahwa
Renesmee bukanlah immortal child seperti yang dianggap Volturi.
Pembaca
novelnya tentu tahu bagaimana kisah ini berakhir. Namun tetap saja, menyaksikan
filmnya secara utuh adalah mutlak sebuah keharusan, terutama bagi Twihards.
Saga yang secara critical reception
lebih banyak menerima cemoohan ini masih membawa suasana yang sama. Beruntung Bill
Condon tahu bagaimana mengakhiri saga ini Adegan pertempuran yang merupakan
adegan pamungkas benar-benar menjadi kunci utama yang mengangkat keseluruhan
film. Padahal semenjak awal film, ada banyak sekali adegan-adegan tidak penting
yang jelas digunakan untuk mengisi running
time saja. Belum lagi bayi Renesmee yang CGI-nya sangat terlihat. Namun
Part 2 ini nampak lebih padat dibanding Part 1 yang sangat bertele-tele di
awal. Untungnya karakter yang begitu banyak ditampilkan dengan porsi
masing-masing yang pas sehingga tidak tidak ada penumpukan karakter baru.Berbagai karakter vampir (mulai dari Inggris, Canada, Amazon, hingga Mesir) mendapat porsi cerita walaupun scene yang dihadirkan sangat sedikit.
Tidak
ada perkembangan akting dari Kristen Stewart dan Robert Pattinson, walaupun
mereka kembali menghadirkan chemistry
yang di film keduanya sempat hilang. Pun
begitu dengan Taylor Lautner yang hadir dengan akting yang sama seperti
film-film sebelumnya. Michael Sheen cukup menjadi penyelamat sebagai Aro yang gila dan begitu obsesif. Dialognya pun sempat terasa sangat datar di awal, walaupun
makin lama makin baik seiring durasi. Setidaknya Condon membuka film ini dengan
sinematografi yang bagus walaupun sedikit membosankan, sehingga Condon masih
mampu menghadirkan aura Twilight versi Hardwicke yang gagal ditampilkan oleh
Weitz dan Slade. Ditambah dengan kembalinya Carter Burwell sebagai komposer
(yang bagi saya adalah kunci suksesnya Twilight) serta kembalinya Christina
Perri dengan A Thousand Years Pt 2 yang memang harus diakui punya tingkat
keromantisan yang tinggi pada liriknya. Dan lagi-lagi harus saya katakan bahwa
film ini berhasil diselamatkan dengan adegan final battle yang bisa dibilang sedikit twist bagi penonton non reader.
Secara keseluruhan, saga ini berhasil ditutup
oleh Condon dengan film yang, syukurlah, berhasil menaikkan kembali derajat
saga ini di mata penonton non reader.
Tidak epic untuk sebuah finale, namun cukup baik untuk mengakhiri saga yang
hampir selalu menerima cercaan dari kritikus.
Rating: 6.5/10
No comments:
Post a Comment