"Forgive us and let us get it over with"
Rasanya sudah cukup lama saya tidak
menulis di blog ini, padahal banyak sekali film yang saya tonton di bioskop.
Untuk saat-saat ini saya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menulis di
blog. Bahkan waktu untuk menonton film pun rasanya sedikit sekali. Yah apa
boleh buat, ada kegiatan lain yang lebih mendesak yang harus dikerjakan. Tapi
saya juga tidak mau meninggalkan blog ini begitu saja. Jadi walaupun terlambat
(karena ini film 6 bulan yang lalu dan cuma Titanic yang bisa bertahan selama
itu di bioskop) maka dengan penuh tekad saya tetap menulis di blog ini, tak
peduli sudah sejauh apa saya ketinggalan.
Sesuai
dengan judul tulisan ini, maka saya mulai dengan review film The Cabin in the
Woods. Mungkin dari judulnya saja tidak akan menarik bagi siapapun. Mungkin
judulnya sudah menggambarkan isi ceritanya. Mungkin ketika melihat trailer-nya
pun juga akan mudah ditebak, sekelompok anak muda yang melakukan vacation ke tengah hutan kemudian
terjebak oleh terror yang entah apa itu kemudian satu per satu dari mereka akan
mati. Sebuah premis yang sangat klise, walaupun bagi saya trailer-nya cukup
menyeramkan. Lalu apa yang membuat saya tertarik menonton film ini? Tidak lain
dan tidak bukan adalah reaksi para kritikus setelah menonton film ini. Ada
banyak sekali reaksi positif dari para kritikus, betapa luar biasa sebuah film
horror remaja bisa mendapat pujian dari kritikus karena sebagian besar film
horror remaja tidak pernah memakai otak untuk menontonnya.
Ceritanya
sangat simple. Lima anak muda yaitu Curt (Chris Hemsworth), Jules (Anna
Hutchinson), Dana (Kristen Connolly), Holden (Jesse Williams) serta Marty (Fran
Kranz) berencana berlibur di sebuah kabin milik saudara sepupu Curt di tengah
hutan (cliché, huh?). Masing-masing dari mereka pun memiliki sifat yang sangat
stereotype, Curt adalah olahragawan yang tampan (The Athlete), Jules adalah
pacar Curt yang cantik dan seksi (The Whore), Dana yang polos serta lugu (The
Virgin) , Holden yang smart dan juga rupawan, yang dalam rencana Curt akan
dijodohkan dengan Dana (The Scholar) serta Marty yang terlihat bodoh karna
hampir selalu berada di bawah pengaruh alkohol maupun ganja (The Fool). Tanpa
mereka sadari liburan yang mereka lakukan untuk bersenang-senang malah berubah
jadi bencana ketika masing-masing dari mereka harus berusaha bertahan hidup.
Lantas
apa yang membuat film ini begitu spesial? Dari awal film saja kita sudah dibuat
bingung dengan dialog antara Richard Jenkins dan Bradley Whitford yang sama
sekali tidak ada hubungannya dengan kelima pemuda tersebut. Dugaan awal sudah
mulai kabur dengan dialog di adegan awal film. Lalu apa dugaan selanjutnya?
Pelan-pelan penonton akan dibawa ke potongan-potongan adegan dari dua setting
berbeda yang akan terlihat membingungkan hingga akhirnya semua adegan itu
menuju ke sebuah konklusi berlapis. Mengapa berlapis? Karena dari kenyataan
awal, muncul kenyataan lain di baliknya.
Tenang
saja, bagi mereka yang belum menonton film ini, saya tidak akan membongkar isi
ceritanya, tidak akan ada spoiler dalam tulisan ini. Saya hanya ingin membagi
pengalaman saya ketika menonton film ini. Kenyataan bahwa film ini
menjungkirbalikkan dugaan awal saya terbukti telah membuat film ini telah
mendapat tempat di hati saya. Keluar dari bioskop saya tak henti-hentinya
membahas bagaimana arah cerita dalam film ini begitu tak terduga. Joss Whedon
dan Drew Goddard terbukti cukup gila ketika menulis skenario film ini dengan
menembus batas khayalan tertinggi mereka. Mungkin rasanya agak berlebihan
ketika saya menulis tulisan ini, tetapi filmnya sendiri sudah cukup gila, lalu
bagaimana dengan penulis ceritanya? Pasti lebih gila. Belum lagi sumpalan
komedi yang jelas menambah kesegaran film ini. Di sela-sela ketika penonton
berpikir, penonton dibawa tertawa sejenak melalui beberapa dialog maupun
adegan. Walaupun ada beberapa plot hole
yang saya rasakan di beberapa bagian, atau mungkin plot hole itu muncul karena saya kurang cermat ketika menyaksikan
filmnya, entahlah. Tapi film ini jelas jauh lebih baik dari film horror remaja
lainnya. Percayalah, sepintas pasti ketika di beberapa adegan awal, film ini
terlihat sekali seperti horror remaja murahan, namun adegan berikutnya,
silahkan pelan-pelan biasakan otak anda untuk berpikir.
Kita
akhiri saja tulisan ini dengan sebuah kesimpulan, film horror ini mungkin film
horror terbaik sepanjang tahun 2012 bagi saya (mengingat ketika film ini
dirilis saya belum ada menonton film horror lain yang rilis tahun ini), bahkan
melampaui harapan saya sebelum menyaksikan film ini. Bagi anda yang belum
menonton film ini, saya sangat menyarankan untuk menonton film ini,
bagaimanapun caranya untuk merasakan pengalaman yang berbeda dan jauh lebih
baik ketika menonton film horror remaja sebelumnya.
Rating:
8.5/ 10
review filmnya bagus :) yang mau baca review film terbaru, bisa langsung ke http://www.gostrim.com selamat membaca :)
ReplyDelete