Aug 5, 2013

Before Midnight Review

"Like sunlight, sunset, we appear, we disappear. We are so important to some, but we are just passing through"
Masih ingat Before Sunrise karya Richard Linklater yang dirilis tahun 1995? Atau Before Sunset yang dirilis tahun 2004? Yang sudah pernah menyaksikan film tersebut tentu tidak mungkin melupakan begitu saja. Ya, setelah terakhir kali kita dibuat penasaran dengan ending Before Sunset, tahun ini Richard Linklater beserta Ethan Hawke dan Julie Delpy kembali, kali ini dengan judul Before Midnight. Uniknya, film ini selalu mengambil time range yang sama, yakni sembilan tahun. Sayangnya, film yang sempat direncanakan bakal tayang di Indonesia gagal karena adanya scene yang mengandung unsur nudity dan tidak memungkinkan disensor karena akan mengganggu kesinambungan cerita. Well, kita tahu kisah Jesse dan Celine ini punya kekuatan dari sisi dialog, jadi memotong adegan dalam film ini sama saja seperti mengurangi esensi cerita. Jadi terpaksa penggemar trilogi Before ini harus gigit jari. Padahal di luar negeri, film ini sudah tayang sejak Juli 2013 and got a very good responses from critics.

Sembilan tahun berlalu sejak pertemuan antara Jesse (Ethan Hawke) dan Celine (Julie Delpy) di Paris, Perancis yang berakhir dengan sebuah tanda tanya besar, akhirnya terjawab. Jesse dan Celine berakhir seperti yang semua orang inginkan semenjak pertemuan pertama mereka di Vienna delapan belas tahun lalu. Kali ini mereka menghabiskan liburan musim panas bersama dua putri kembar mereka di Yunani. Namun, mereka bukan lagi remaja naif yang jatuh cinta. Jesse baru saja menghabiskan liburan musim panas bersama Hank, putranya dari pernikahan sebelumnya. Ia mulai khawatir mengenai pertumbuhan Hank tanpa kehadiran dirinya sebagai ayah, sehingga mempertimbangkan untuk pindah ke Chicago. Sedangkan Celine bimbang karena ia mendapatkan tawaran pekerjaan di Pemerintah di Paris. Kedua hal tersebut menyebabkan adu argumen antara Jesse dan Celine. Mereka harus mampu menyampingkan ego mereka dan mengambil jalan tengah agar tetap bisa mempertahankan hubungan mereka.


Pertama kali kita menyaksikan Jesse dan Celine bertemu di Vienna dengan jiwa muda yang meletup-letup dalam Before Sunrise. Kemudian, kita dipertemukan lagi dengan mereka 9 tahun kemudian, tepatnya di tahun 2004, dalam Before Sunset yang berlatarkan kota Paris, namun dengan pendewasaan dari masing-masing karakter tapi dengan perasaan yang masih sama. Kali ini, dengan latar Semenanjung Peloponnese di Yunani, Jesse dan Celine jauh lebih dewasa dalam Before Midnight. Begitu pula dengan percakapan yang terjadi dalam film ini yang juga mengalami pendewasaan. Inti ceritanya bergeser dari soal cinta, ke sesuatu yang lebih serius, yakni komitmen. Dengan naskah yang ditulis oleh Richard Linklater bersama Ethan Hawke dan Julie Delpy ini, seperti sebelumnya, kita seperti tidak menyaksikan sebuah film, melainkan sebuah kehidupan  nyata. Percakapannya mengalir begitu santai layaknya obrolan-obrolan seru di kehidupan nyata. Perbincangan mengenai kehidupan yang melibatkan Skype, seks hingga komitmen jangka panjang dalam sebuah hubungan, seperti biasa diambil dalam sebuah long take tanpa jeda (bahkan hingga 20 menit tanpa jeda) yang begitu mengagumkan.

Sama seperti kebanyakan hubungan yang sudah melibatkan waktu selama delapan belas tahun, terjadi benturan-benturan ego dari masing-masing pribadi. Inilah yang menjadi sajian utama yang ingin diangkat Linklater dalam Before Midnight. Bukan hanya sisi menyenangkan atau passion diantara mereka berdua, tapi juga keinginan pribadi Jesse dan Celine yangbertentangan tetapi terpendam begitu lama, tinggal bagaimana kedua pribadi tersebut menyatukannya. Dan beruntungnya, Ethan Hawke dan Julie Delpy mungkin sudah saling mengenal satu sama lain, atau mungkin malah terlalu mengenal antara satu sama lain, karena tidak ada sedikitpun kecacatan dalam chemistry yang mereka tampilkan di film ini. They look like a real couple. Film ini jelas punya skrip dimana mereka berdua ikut menulisnya, namun Hawke dan Delpy seolah spontan dalam melakukan semua percakapan. Tidak hanya dalam obrolan-obrolan yang santai atau nostalgia masa lalu, namun juga dalam sebuah pertengkaran panjang yang menjadi klimaks film ini. Semua dilakoni Hawke dan Delpy masih dengan sangat natural, seperti dalam Before Sunrise dan Before Sunset dulu. 


So three times the charms. Masih seperti dua film pendahulunya, film ini masih berisi seputar Jesee dan Celine yang berdiskusi, like they never run out of conversation. Dan Before Midnight masih konsisten dan belum kehilangan daya magisnya, dibungkus dengan sama menariknya seperti dulu. Apalagi Ethan Hawke dan Julie Delpy masih seperti dulu, begitu pintar dalam mengkondisikan karakter masing-masing.  Tidak peduli bahwa film ini dipenuhi ocehan di sana-sini, namun ketika ocehan itu begitu cerdas dan dekat dengan kehidupan nyata, yang bahkan terlihat nyata, kita seolah terhipnotis dan lupa untuk merasa bosan. Jadi apakah tahun 2022 kita akan kembali menyaksikan obrolan panjang Jesse dan Celine yang memikat? Well, who knows.

Rating: 9/10

No comments:

Post a Comment