"There are two things you can't take back on this job: bullets out of your gun and words out of your mouth"
Puluhan tahun lalu, The Godfather dirilis dan masih memukau hingga saat ini. Film yang berkisah tentang keluarga mafia ini masih tetap menjadi favorit banyak orang. Setelah kesuksesan The Godfather, banyak bermunculan film-film sejenis, mulai
dari Once Upon a Time in America, Goodfellas, Untouchables, hingga L.A Confidential. Era 80-an dan 90-an
merupakan era kejayaan film dengan tema mafia. Sebagian besar film tersebut memiliki tingkat kualitas yang sudah diakui. Rupanya Ruben
Fleischer ingin mengembalikan kejayaan film gangster sehingga menghadirkan film
yang bertaburan bintang-bintang ternama ini. Penundaan rilis karena adanya adegan penembakan di bioskop yang
sedikit banyak mengingatkan pada insiden Aurora, sehingga membuat Warner Bros
mengundur jadwal rilis dari September 2012 ke Januari 2013 untuk menghapus
adegan tersebut membuat penonton kembali harus menunggu untuk menyaksikan film ini. Tidak bisa dipungkiri, banyak yang menaruh harapan pada film ini.
Dikisahkan pada tahun1949, Mickey
Cohen (Sean Penn), seorang bos mafia sekaligus mantan petinju yang menguasai
kota Brooklyn. Usaha kotor yang dijalani dari perjudian, penjualan narkoba
hingga prostitusi membuatnya memperoleh keuntungan yang besar dan ditakuti oleh
sebagian besar penduduk. Bahkan para
penegak hukum pun mampu disuap oleh Cohen sehingga tidak ada yang berani
memenjarakannya. Ketika Chief Parker (Nick Nolte) sudah muak dengan segala tingkah laku
Mickey Cohen, ia memerintahkan John O’Mara (Josh Broslin), seorang polisi yang
jujur dalam memberantas kejahatan, untuk membentuk sebuah tim yang bertujuan
untuk menjatuhkan kekuasaan Cohen secara gerilya. Maka O’Mara pun meminta Jerry
Wooters (Ryan Gosling), Conway Keller (Giovanni Ribisi), Max Kennard (Robert Patrick), Coleman Harris (Anthony Mackie) dan Navidad Ramirez (Michael Pena) untuk bergabung
dengannya dan membentuk Gangster Squad untuk pelan-pelan menghancurkan berbagai
macam bisnis Cohen. Masalah bertambah ketika Wooters jatuh hati kepada Grace
Faraday (Emma Stone) which is Cohen's girl.
Melihat jajaran cast yang mentereng di posternya, ditambah
lagi trailernya yang menjanjikan, mau tidak mau sedikit banyak akan
mengingatkan kita ke masa-masa kejayaan film mafia dimana sebagian besar
film-film dengan intrik serupa biasanya punya kualitas yang bagus, mengingat
film bertema gangster sudah sangat jarang diproduksi akhir-akhir ini. Apalagi
ada Ryan Gosling yang tahun lalu bermain
gemilang di The Ides of March dan juga Drive, maka rasanya sulit untuk tidak
memasang ekspektasi yang tinggi. Namun sayangnya film ini jauh memiliki
kualitas yang jauh di bawah pendahulunya. Mungkin harusnya saya
mempertimbangkan Ruben Fleischer yang sebelumnya menghasilkan film Zombieland
yang sarat akan unsur komedi. Begitu pulalah yang terjadi di Gangster Squad. Film
ini dihujani jokes yang entah kenapa
terasa berlebihan. Padahal setengah jam awal film terlihat menjanjikan dengan
kekejaman-kekejaman khas mafia yang tak kenal rasa kasihan. Namun makin lama
film ini terasa semakin lama-semakin mengendur dan dapat ditebak. Script-nya
sendiri memang tidak luar biasa. Alur
ceritanya ringan dan tidak bertele-tele.
Good versus evil. Tapi jokes non sense-lah yang malah membuat
film ini seperti kehilangan ketajamannya. Tensi ketegangan baru
terasa kental ketika gunfight head-to-head
antara John O’Mara dan Mickey Cohen dalam adegan puncaknya. Beruntung, sinematografi film ini cukup mengobati luka karena kombinasi antara humor dan violence yang ridiculous. Dion Beebe, an Oscar winner in Best Cinematography, memberikan penampilan visual yang sangat eye-catching, walaupun tidak begitu impresif.
Jajaran cast yang luar biasa pun rasanya
tersia-siakan begitu saja. Padahal Sean Penn telah menampilkan kemampuannya
sebagai Mickey Cohen yang kejam, walaupun ekspresinya seringkali terlihat aneh
dibanding mengerikan. Josh Broslin mampu tampil baik dengan ekspresinya yang
kesannya tidak kenal rasa humor. Yang mengecewakan malah Ryan Gosling yang
sepertinya membuang-buang waktunya di film ini. Sebanyak apapun humor yang
dimuntahkan Ryan Gosling dari bibir menawannya itu, sedikitpun tidak ada yang
mampu membuat saya tertawa, yang ada malah membuat saya tersenyum sinis.
Emosinya juga seolah tertahan sehingga aktingnya terasa hambar. Begitu pula
dengan Emma Stone yang sama flat-nya. Chemistry apik yang sebelumnya pernah mereka
tampilkan dalam Crazy, Stupid, Love malah terasa kurang kuat di film ini.
Pesona keduanya which usually amaze me, malah tidak berefek apa-apa. Kalaupun ada karakter yang unik, mungkin itu adalah karakter penembak jitu yang
diperankan oleh Robert Patrick. Sisanya tidak begitu istimewa.
Gangster Squad hadir sebagai
sebuah sajian baru dalam film bertema gangster di tengah gencarnya remake,
reboot dan sekuel yang dihadirkan Hollywood. Sebuah usaha yang patut
diapresiasi, walaupun sayangnya film ini kurang maksimal sehingga hasilnya
cukup mengecewakan dan sangat jauh dibandingkan film-film gangster yang sudah melegenda. Gangster Squad
menjadi sebuah sajian ringan dan lagi-lagi harus sekedar melintas di ingatan
penonton.
Rating: 6,8/10
No comments:
Post a Comment