"What's wrong with me? I just want to connect. Why can't I connect with people? Oh, right, it's because I'm dead"
Lima tahun kita sudah disuguhi kisah
cinta terlarang antara vampir dan manusia, dan ketika franchise film tersebut berakhir, Summit berusaha mencari pengganti
sumber uang mereka. Maka tahun ini Summit merilis film yang diangkat dari novel
karya Isaac Marion yang berjudul Warm Bodies. Kalau Twilight berkisah antara
cinta manusia dan vampire, Warm Bodies mengangkat kisah zombie-manusia. Huh? Seriously? Zombie? Yep, it is.
Banyak orang mencibir lebih dulu, karena berbeda dengan vampire yang memang
sering ditampilkan sebagai sosok yang memiliki sex appeal tinggi (seperti yang ditampilkan Bram Stoker’s Dracula,
From Dusk Till Dawn hingga True Blood Series), zombie justru tampil sebaliknya.
Lusuh, bau busuk, bahkan tidak bisa berpikir dan hanya bisa menggeram, karena dasarnya memang mayat hidup. Lalu
apa sih yang coba ditampilkan oleh Jonathan Levine yang sebelumnya pernah
membesut All The Boys Love Mandy Lane dan 50/50 ini?
Dengan setting post-apocalypse dimana kondisi setengah penduduk dunia
terserang virus, R (Nicholas Hoult) adalah salah satu dari sekian banyak zombie
yang berkeliaran di bandara. Ia tidak ingat siapa namanya, berapa umurnya, apa
pekerjaannya, bahkan bagaimana ia bisa mati. Ia berusaha kembali menemukan sisi
humanisnya, walaupun jelas tidak bisa karena insting berburu makannya lebih
keras. Belum lagi adanya Bonies, semacam
zombie tingkat lanjut yang tidak hanya memakan otak mangsanya, melainkan juga
jantungnya yang berebut makanan dengan zombie. Ketika mencari ‘makan’ bersama
sahabatnya M (Rob Corddory), saat itulah ia bertemu dengan Julie (Teresa Palmer),
yang bersama kelompoknya sedang mencari persediaan obat, membuat R merasakan
sesuatu yang berdenyut di dadanya. Sebuah insiden tak bisa terhindarkan ketika
R harus menyerang tunangan Julie, Perry (Dave Franco) dan ia berusaha
menyelamatkan Julie dari serangan kawan-kawan zombie-nya dengan membawanya ke
kediamannya. Setelah bertemu Julie, R pelan-pelan berubah dan menemukan kembali
sisi humanisnya. Namun bagaimanapun mereka adalah dua hal yang bertentangan
yang sulit bersatu. Belum lagi kenyataan bahwa ayah Julie, General Grigio (John
Malkovich) adalah pemimpin kelompok manusia yang akan melakukan apa saja untuk
memberantas kaum zombie. Maka R dan Julie berusaha meyakinkan ayahnya sekaligus
kabur dari kejaran Bonies yang mulai
sadar akan perubahan R.
Sebuah cara yang unik dipilih
oleh Jonathan Levine. Alih-alih bercerita dengan tokoh utama wanita (which is too mainstream), Levine memilih
untuk menceritakan semuanya dari sudut pandang R, si zombie itu sendiri. Kita
dibawa untuk menyelami isi pikiran seorang zombie, yang bahkan tidak pernah
kita tahu apa yang dipikirkan oleh zombie sebelumnya. Hal ini menjadikan penjabaran
kisah ini bertambah unik. Bukan mengedepankan interaksi keduanya sebagai pasangan,
melainkan pendekatan dua pribadi yang bertentangan. Zombie-zombie juga
digambarkan layaknya binatang buas yang tidak mengenal motif untuk menyerang
mangsanya. Bahkan komunikasi keduanya tidak dipaksakan harus romantis, namun apa
adanya layaknya korban dan pemangsa, sayangnya intensitasnya makin menurun dan berubah
menjadi klise menjelang akhir. Humor-humor yang disajikan cukup menghibur dan
tidak membosankan. Dan satu lagi, sepanjang film kita disuguhi lagu-lagu asyik
yang beberapa tahun lalu sangat akrab di telinga kita, terutama generasi 90-an
akan melonjak kegirangan lagu-lagu rock favorit mereka diputar. Meskipun
begitu, saya yakin generasi sekarang juga akan menikmati lagu-lagu
tersebut.
Di jajaran casting, Nicholas Hoult yang memerankan R berhasil menampilkan
sosok zombie yang kaku sekaligus menyeramkan, walau bagaimanapun akan susah
menyingkirkan imej adorable dari
Hoult yang konon kabarnya kesulitan ketika memerankan R yang sama sekali tidak
berkedip. Lawannya, Teresa Palmer, yang dalam beberapa adegan terlihat mirip
Kristen Stewart, tidak memberikan penampilan spesial sebagai Julie. Walaupun
begitu karakter Julie jauh terlihat lebih tangguh dibandingkan Bella. Sayangnya
Hoult dan Palmer kurang mengeksplor chemistry
mereka sebagai pasangan. Beberapa penampilan mereka memang lucu, namun hubungan
keduanya nampak kurang kuat. Penampilan yang mencuri perhatian justru hadir
dari Rob Corddory dan Analeigh Tipton yang lucu dan mengundang tawa, baik dari mimik
wajah maupun dialog mereka. Sedangkan bintang besar John Malkovich sayangnya
kurang mendapat porsi, sehingga penampilannya kurang tereksplor.
Secara keseluruhan, sulit untuk tidak
membandingkan film ini dengan Twilight. Meskipun begitu, Warm Bodies tampil
sebagai sebuah suguhan yang unik. Meski tidak sebesar Twilight, namun film yang
merupakan adaptasi bebas dari kisah Shakespeare’s
Romeo and Juliet ini tetap menarik karena memiliki porsi romance
yang tidak berlebihan. This movie will make your body (and your heart) warm.
Rating: 7.5/ 10
No comments:
Post a Comment