Berapa banyak kisah dongeng yang
mengalami modifikasi maupun retelling oleh Hollywood? Banyak sekali. Ketika Hollywood mulai kehabisan ide, maka sasarannya adalah mengangkat dongeng anak-anak populer dengan sedikit unsur dewasa. Mulai dari
Beastly yang merupakan adaptasi bebas dari Beauty and The Beast, Red Riding
Hood yang dimodifikasi dengan unsur Twilight, Mirror Mirror dan Snow White and
The Huntsman yang diadaptasi dari Snow White hingga kombinasi antara Jack the
Beanstalk dan Jack the Giant Killer yang menjadi Jack and the Giant Slayer dan
masih banyak lagi kisah dongeng yang rencananya akan diangkat ke layar lebar
seperti Cinderella ataupun Maleficent yang merupakan adaptasi dari Sleeping
Beauty. Begitu pula dengan Hansel and Gretel: Witch Hunter ini yang mengangkat
kisah kakak beradik karangan Brothers Grimm.
Bersetting puluhan tahun setelah
Hansel dan Gretel lolos dari jebakan rumah permen milik penyihir jahat seperti
dongeng yang kita kenal, Hansel (Jeremy Renner) dan Gretel (Gemma Artenton)
kini telah dewasa dan menjadi pemburu penyihir jahat bayaran. Seiring
berjalannya waktu, Hansel dan Gretel semakin banyak membunuh penyihir jahat
yang berdampak pada reputasi mereka sebagai pemburu penyihir yang paling hebat.
Walaupun mereka bertarung dengan puluhan bahkan ratusan penyihir, mereka secara
misterius tak pernah terkalahkan. Hingga suatu saat mereka berdua disewa oleh
walikota Augsburg untuk membereskan masalah di kota, dimana terjadi penculikan
atas anak-anak yang ternyata dilakukan oleh penyihir hitam Muriel (Famke
Jansen). Rupanya Muriel berniat untuk mengorbankan anak-anak yang telah
diculiknya di malam Blood Moon, sehingga para penyihir tidak mempan lagi
dibakar. Dalam penyelidikan ini, Hansel dan Gretel harus bersaing dengan
Sheriff Berringer (Peter Stormare) yang sama sekali tidak percaya dengan Hansel
dan Gretel.
Sekilas mengenai sutradaranya,
adalah Tom Wirkola, sutradara asal Norwegia yang sebelumnya telah membesut film
Dead Snow, sebuah film zombie yang kabarnya penuh dengan kesadisan. Begitu pula
dengan film ini, penuh dengan adegan kekerasan tingkat tinggi. Dirilis dengan
rating R, yang berarti film ini khusus dewasa, film ini memang menampilkan violence and nudity yang tanpa disangka
lulus sensor. Sebagai film dengan genre action
fantasy, film ini cukup berhasil menunaikan tugasnya. Film ini hadir dengan
adegan aksi yang sarat dengan kekerasan. Beragam adegan pertarungan, mulai dari
senjata api hingga senjata tradisional, bahkan dengan tangan kosong, tampil
dengan memukau dan berhasil memacu adrenalin. Pemanfaatan teknologi 3D yang
walaupun secara keseluruhan tidak begitu terasa, namun dalam beberapa adegan
berhasil menampilkan adegan pop-out yang cukup menghibur. Yang tak kalah
mengerikan adalah berbagai kekerasan yang hadir di film ini, mulai dari hidung
yang remuk hingga organ tubuh yang berceceran, membuat film ini seperti lepas
dalam penceritaan gaya Wirkola. Nampak sekali bahwa Wirkola bersenang-senang
ketika menggarap film ini. Setting
waktu di film ini yang nampaknya sengaja dikaburkan mungkin membuat sebagian
penonton bingung. Gaya sekaligus pemandangan yang ada terlihat klasik, namun
senjata yang digunakan sangat modern (adanya penggunaan senjata api). Walaupun
tidak terlalu mengganggu keseluruhan cerita, tapi sedikit banyak ini
mempengaruhi pikiran penonton.
Dari segi casting, Jeremy Renner tidak menunjukkan suatu hal yang istimewa
sebagai Hansel. Beruntung ia bisa menghadirkan sedikit chemistry dengan Gemma Artenton sebagai Gretel. Berbanding terbalik
dengan Renner, Artenton disini tampil memukau, terutama dalam beberapa adegan
aksinya. Entah memang Gretel memang mendapat porsi lebih dibanding Hansel atau
Gemma Artenton yang berhasil mencuri perhatian, yang jelas Gretel lebih
menonjol ketimbang Hansel. Famke Jansen pun tampil sedikit di atas rata-rata.
Perannya sebagai Muriel terasa begitu menakutkan di beberapa scene awal film, walaupun semakin lama
intensitasnya semakin berkurang. Selebihnya untuk aktor pendukung, tidak ada yang begitu sanggup mencuri perhatian.
Hansel and Gretel: Witch Hunter
memang sebuah film hiburan, tidak lebih. Tom Wirkola berani keluar jalur dan
bersenang-senang dalam film ini. Hasilnya adalah film yang tidak tanggung, terlebih dari segi violence-nya. As an entertainment, this movie successfully
finishes its job, to entertain. Kalau mencari sebuah tontonan yang
serius, lupakan film ini. But if you
wanna have fun and watch movie without really thinking, you should try this
movie. I think it’s still worth it. And you better not watch it with kids, because
it contains violence and nudity. Yeah, nudity. Well you shouldn't think, just enjoy it.
Rating: 6.5/ 10
No comments:
Post a Comment