"There's always gonna be a part of me that's slutty and dirty but I like that with all the other parts of myself"
Cinta adalah suatu hal yang tak
kasat mata yang selalu menarik untuk dibahas. Mulai dari cinta monyet hingga
cinta kakek-nenek, selalu menarik untuk dibahas. Namun bagaimana jika dua
karakter yang mengalami ketertarikan antara satu dan lainnya ini adalah dua
orang yang rapuh secara psikologis? Kisah inilah yang coba diangkat ke layar
lebar. Karya teranyar dari David O. Russel yang pada tahun 2010 sukses dengan
The Fighter yang mengantarkan Christian Bale ke Piala Oscar, juga mengangkat
kisah cinta. Film ini juga bisa dibilang unggul karena telah memenangkan
penghargaan Audience Award di Toronto International Film Festival. Curious? I am. Apalagi bisa dibilang saya adalah fans berat Jennifer Lawrence.
Pat Solatano Jr. (Bradley Cooper)
adalah pria yang didiagnosa menderita bipolar disorder setelah melihat
perselingkuhan istrinya dengan rekan kerjanya dan nyaris
membunuh ‘teman selingkuh’ istrinya. Setelah delapan bulan menjalani ‘treatment’ di sebuah rumah sakit jiwa,
ia dibebaskan dengan jaminan oleh ibunya dan mendapat pengawasan. Keluarga Pat
sendiri juga bukan keluarga yang sempurna karna ayahnya, Pat Solatano Sr.
(Robert De Niro) menderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Mengaku masih
memiliki rasa terhadap Nikki istrinya, Pat berusaha sebaik mungkin untuk
sembuh, mulai dari jogging dan membaca buku-buku kesukaan Nikki. Ia percaya bahwa akan menemukan 'silver linings' dan bisa mengembalikan Nikki ke sisinya. Ketika diundang oleh kawan lamanya, Ronnie (John Ortiz) dan istrinya Veronica (Julia Stiles), untuk
makan malam, Pat bertemu dengan Tiffany (Jennifer Lawrence) seorang janda yang
juga mengalami psychological damage
setelah ditinggal mati suaminya. Mereka
berdua membuat kesepakatan, yakni Tiffany akan membantu memberikan surat-surat
Pat kepada Nikki, asal Pat berjanji untuk menjadi partner dansanya dan
mengikuti kompetisi dansa local. Sama-sama rapuh karena masa lalu, dua pribadi
ini menjalani hubungan yang unik ketika mereka juga dihadapkan oleh sebuah
taruhan besar yang melibatkan seluruh harta keluarga Solatano.
Film ini sebenarnya bisa dibilang
sebuah cerita biasa, andai karakter-karakternya tidak memiliki kerumitan di
setiap pribadinya. Bagaimana dua orang yang sama-sama rapuh, yang juga
dikelilingi oleh pribadi yang unik, maka akan menjadi sebuah cerita yang
menarik. Hal itulah yang membuat cerita film ini istimewa. Diangkat dari novel
berjudul sama karya Matthew Quick, David O. Russel yang memegang posisi director and scriptwriter mampu menggali
emosi dari masing-masing karakter untuk ditampilkan dalam adegan-adegan yang lucu
sekaligus lugas. Tidak perlu efek yang luar biasa, cukup interaksi antar
karakter yang memang unik diiringi dialog-dialog yang cerdas, membuat film ini
menjadi sajian yang manis tanpa ada sedikitpun rasa bosan ketika menikmatinya.
Karakter yang unik tentunya bukan
apa-apa tanpa pemeran yang memiliki kualitas. Beruntung film ini dibanjiri
dengan performer yang luar biasa. Ada Bradley Cooper, yang keluar dari jalur
aktingnya yang biasa, tampil sangat luar biasa sebagai Pat yang mentally vulnerable namun meledak-ledak.
I never thought that Bradley Cooper could
give such a brilliant performance . Di sisi lainnya, Jennifer Lawrence
tampil sangat-sangat memukau sebagai Tiffany, janda yang bitchy dan hobi berbicara apa adanya. Aktris yang sudah mengantongi
satu nominasi Oscar ini bermain dengan sangat luwes, apalagi ketika adegan adu
argumentasi, baik dengan Bradley Cooper maupun Robert De Niro. Jennifer
Lawrence menunjukkan kemampuan terbaiknya. Di usianya yang masih tergolong
muda, ia mampu memerankan karakter yang usianya jauh lebih tua. Di jajaran supporting cast, ada Robert De Niro masih
memiliki kekuatan akting yang mempesona sebagai ayah Pat. Sedangkan Jacki
Weaver juga bermain apik sebagai ibu Pat, Dolores yang harus banyak bersabar
menghadapi keluarganya. Bahkan tanpa diduga, Chris Tucker yang cenderung annoying di trilogi Rush Hour, bahkan
bermain bagus sebagai teman Pat, Danny yang sama-sama ‘menginap’ di rumah sakit
jiwa.
Silver Linings Playbook adalah
sebuah film drama romantis yang unusual,
bahwa setiap orang layak mendapat kesempatan kedua untuk mencintai, betapapun
untuk pribadi yang kondisi jiwanya unstable.
Jangan heran jika film ini jadi kandidat kuat Oscar, karena memang film ini
layak mendapat penghargaan. Film ini punya cerita bagus, karakter yang unik,
dialog yang lugas dan akting yang luar biasa kuat. So what else do you need? This
brilliant movie will simply make your heart warm.
Rating: 9/ 10
No comments:
Post a Comment