May 12, 2013

Pee Mak Review

"I just wanna be with the one I love"
 Thailand sejak lama memang memiliki kualitas film di atas negara kita. Bisa dibilang dari kawasan Asia Tenggara, Thailand merupakan negara yang yang paling sukses dalam memasarkan film lokalnya ke luar negeri, terutama Indonesia.  Negara ini memang secara konsisten memproduksi film dari berbagai genre (namun yang paling populer adalah genre horor) yang secara kualitas memang bagus.  Tahun ini, ada satu film Thailand yang sukses luar biasa di negaranya sendiri, memuncaki box office Thailand. I admit I'm not a fan of Thailand movie, and I don't have guts to watch Thailand horror movies. I watched this because my friend recommend this movie. Bahkan teman saya bisa-bisanya menonton 3x film ini tanpa bosan dan tetap tertawa. Film itu adalah Pee Mak, yang mencampur genre komedi dengan horor besutan sutradara terkenal Thailand yang pernah membuat Shutter, Alone, dua segmen di 4bia dan Phobia 2, serta Hello Stranger, Bajong Pisanthanakun. 

Mak (Mario Maurer) adalah seorang pemuda yang tengah berjuang di medan perang, meninggalkan istrinya Nak (Davika Hoorne) yang tengah hamil tua di rumah. Di medan perang, ia berhasil menyelamatkan empat temannya, Ter (Nattapong Chartpong), Puak (Pongsatorn Jonwilak), Shin (Wiwat Kongrasri) dan Aey (Kantapat Permpoonpatcharasuk). Setelah selamat dari medan perang, mereka berempat menemani Mak pulang ke rumahnya di Phra Khanong untuk bertemu istri yang dicintainya. Setibanya di rumah, Mak memperkenalkan teman-temannya kepada Nak, istri Mak yang ternyata sudah melahirkan anaknya, Dang. Namun keanehan terjadi. Orang-orang di pasar lari ketakutan melihat Mak dan rumor berhembus bahwa Nak telah meninggal saat melahirkan Dang dan kini menjadi hantu. Keempat temannya berusaha memperingatkan Mak, namun mereka juga ketakutan karena Nak bisa membunuh mereka berempat.


Pee Mak, yang ternyata mengangkat urban legend yang sudah terkenal di Thailand dengan sedikit modifikasi, mengombinasikan horror, comedy dan romance dalam satu film. Bajong Pisanthanakun yang memang sudah paham benar seluk beluk horor sukses meramu ketiga genre tersebut menjadi satu film. Penonton dibuat tertawa setengah mati ketika adegan lucu keempat sekawan, ketakutan ketika suasana mencekam dan terharu ketika adegan Mak dan Nak menumpahkan perasaannya. Meskipun dari ketiga genre yang dicampur aduk itu, tetap komedi yang dominan. Mulai dari awal film, kita sudah dibuat tertawa dengan dengan jokes dengan referensi segudang film dari 300, Rocky hingga The Last Samurai. Namun ketika adegan diubah sedikit lebih creepy, nuansa horor yang dihasilkan tetap membuat bergidik. Meskipun setting waktunya agak kabur (Thailand masih bernama Siam tapi segudang referensi judul film modern disebutkan), namun tim desain produksi berhasil menampilkan detil-detil yang cukup baik, mulai dari setting lokasi, kostum, make-up hingga detail-detail untuk mendukung cerita, sehingga bahkan penonton tidak peduli dengan time background yang tidak teratur. Toh itu memang jokes yang ditujukan untuk membuat penonton terlonjak karena keasyikan tertawa.

Marion Maurer yang dipasang sebagai pemeran utama tidak bisa dipungkiri merupakan magnet utama film ini, terutama untuk remaja penggemar film Thailand. Walaupun begitu, Mario mampu tampil bagus dan berani tampil jorok. Lawan mainnya, Davika yang berperan sebagai Nak di satu sisi terlihat cantik sekaligus menakutkan, terutama dari tatapan matanya yang tajam, cukup membuat saya merinding. Keduanya tampil baik, terutama ketika mereka disandingkan dalam sebuah adegan yang cukup menyentuh hati. Sedangkan karakter kuartet Ter, Puak, Shin dan Aey diperankan sangat baik terutama karakter Puak yang diperankan oleh Pongsatorn Jonwilak. Dari caranya menekuk wajah saja bisa membuat penonton tertawa. Chemistry mereka berempat terasa sangat nyaman (mungkin karena sudah terbiasa main film bareng). Semua rasanya pas. Kalaupun ada yang saya kurang suka mungkin cuma endingnya yang bagi saya pribadi kurang sreg di hati. Tapi kemudian saya ingat-ingat, ini adalah film yang murni tujuannya menghibur, maka rasanya sah-sah saja kalau mengambil ending seperti itu.

 
Bajong Pisanthanakun berhasil membuat Pee Mak menjedi sebuah cerita barubagi penonton. Produk Thailand macam Pee Mak inilah yang perlu ditiru dunia perfilman Indonesia, terutama produsen film horor. Mengangkat tema horor urban legend, dengan polesan sedikit plus humor dan romansa, menjadikan Pee Mak sebagai sebuah paket komplit, tetap menyeramkan, tetap terhibur, tetap membuat mata berkaca-kaca tanpa sedikitpun mengumbar fisik pemainnya, seperti yang sering ditampilkan film horor Indonesia yang semakin lama semakin tidak menakutkan.  Semoga saja suatu hari nanti ada film Indonesia yang bisa seperti ini, yang akhirnya dapat membuat film Indonesia benar-benar menjadi tuan rumah negaranya sendiri.

Rating: 8/ 10

No comments:

Post a Comment