Jul 13, 2012

The Amazing Spider-Man Review


"We all have secrets, the ones we keep.. and the ones that are kept from us"
Mungkin tokoh superhero berwujud manusia laba-laba ini merupakan salahsatu superhero yang paling dikenal. Bagaimana tidak? Kesuksesan trilogi pertamanya dengan Tobey Maguire sebagai Peter Parker dan ditukangi oleh Sam Raimi sebagai sutradara, film ini sanggup memberikan jenis film hiburan dengan genre superhero bahkan melampaui kesuksesan film X-Men sebagai pioner film superhero generasi baru. Rencana akan adanya Spider-Man 4 memang sudah mengemuka sejak lama dengan Lizard sebagai alter ego dari Dr. Curt Connors yang di trilogi pertamanya selalu muncul sebagai salah satu profesor sekaligus pengajar Peter Parker. Namun rupanya kesepakatan tidak tercapai antara Sony serta Sam Raimi serta Tobey Maguire yang dianggap sudah terlalu tua untuk memerankan karakter Peter Parker lagi. Maka demi meneruskan nyawa si Spidey, Sony lebih memilih me-reboot ulang karakter Peter Parker dalam penemuan jati dirinya sebagai Spider-Man serta memilih Andrew Garfield as the new Spider-Man. How far will it work?

Peter Parker (Andrew Garfield) hanya seorang pemuda SMA biasa yang cenderung geeky dan nerdy dengan hobi fotografi serta mengagumi salahsatu gadis di kelasnya, Gwen Stacy (Emma Stone). Ia berusaha menemukan kenyataan atas kematian ayah dan ibunya yang pergi meninggalkannya saat ia masih kecil. Ketika menemukan kenyataan bahwa ayahnya pernah bereksperimen dengan seorang ilmuwan Oscorp Inc. yaitu Dr. Curt Connors (Rhys Ifans), ia berusaha menggali informasi mengenai apa yang ayahnya dan Dr. Curt Connors lakukan di masa lalu. Keingintahuan membawa Peter Parker ke sebuah ruangan dimana ia menemukan ratusan laba-laba eksperimen. Tanpa sengaja, satu gigitan dari laba-laba eksperimen tersebut membuatnya memiliki kekuatan super. Identitas barunya sebagai Spider-Man mendapat pandangan pro dan kontra dari masyarakat, terutama dari ayah gadis favoritnya, Gwen Stacy, yang menentang tindak tanduk Spider-Man. Di sisi lain, Peter Parker telah memberikan formulasi kepada Dr. Curt Connors yang dapat memungkinkan penggabungan antara DNA manusia dan binatang untuk regenerasi sel. Pengujian terhadap serum tersebut dilakukan ke manusia, yakni Curt Connors sendiri. Namun akhirnya malah mengubahnya menjadi sesosok monster reptil yang mendapat julukan Lizard. Merasa memiliki tanggungjawab, maka Peter Parker berubah menjadi sosok Spider-Man untuk menghentikan aksi Lizard yang berusaha mengubah seluruh kota menjadi makhluk seperti dirinya.

Mungkin bagi sebagian orang, film ini lebih cenderung ke drama dibandingkan action. Kita sama-sama tau bahwa sutradara The Amazing Spider-Man adalah Marc Webb, sutradara yang bertanggungjawab atas suksesnya 500 Days of Summer. Melihat kenyataan tersebut, tentunya kita tau bahwa Marc Webb memang punya kemampuan lebih untuk menggarap drama. Dan yah, drama kehidupan Peter Parker sangat terasa. Di awal ia kehilangan orangtuanya, lalu kehilangan Uncle Ben kemudian ia jatuh cinta dengan Gwen Stacy. Marc Webb memberikan gambaran yang luar biasa baik atas kehidupan pribadi Peter Parker. Andrew Garfield, yang memegang tanggung jawab besar sebagai the new Spider-Man mampu memberikan gambaran atas Peter Parker yang jenius sekaligus humoris serta banyak bicara ketika berubah menjadi Spider-Man. Sekedar informasi, begitulah memang karakter Spider-Man di komik, cenderung banyak bicara ketika berhadapan dengan musuh. Jujur awalnya saya setuju sekaligus ragu dengan pemilihan Andrew Garfield sebagai Peter Parker. Memang mudah membayangkan Andrew Garfield sebagai Peter Parker yang geeky, mengingat peran Garfield sebelumnya di The Social Network sebagai Eduardo Saverin sama jeniusnya. Emma Stone juga tampil mencuri perhatian. Perannya sebagai Gwen Stacy yang cantik sekaligus cerdas tentu bukan hanya menawan hati Peter Parker, tapi juga penonton. Chemistry yang ditampilkan keduanya juga sungguh memikat dan jauh dari kesan awkward, sehingga walaupun drama antara Peter-Gwen yang ditampilkan memiliki porsi yang cukup besar, namun tetap nyaman untuk ditonton. Begitu pula dengan karakter lain yang sanggup diperankan dengan baik oleh aktor lainnya, seperti Rhys Ifans yang memerankan Dr. Curt Connors a.k.a The Lizard, Martin Sheen sebagai Uncle Ben, Sally Field sebagai Aunt May dan Dennis Leary sebagai Captain Stacy. Kesemua aktor dan aktris tersebut memberikan penampilan yang jauh dari kesan membosankan.


Karna film ini merupakan reboot, maka cerita yang ditampilkan masih sama seperti versi Sam Raimi, dimana perubahan kehidupan Peter Parker menjadi seorang Spider-Man. Seperti yang sudah saya sebutkan, drama kehidupan Peter Parker memang luar biasa karna ia mengalami banyak kehilangan orang-orang yang dia sayangi di sekitarnya. Sekitar seperempat akhir film baru kita benar-benar diberikan suguhan action yang memukau, terutama jika disaksikan dengan format 3D. Adegan dimana Spider-Man bergelantungan dari gedung satu ke gedung lain juga terlihat sangat bagus. Namun seperti yang sudah saya katakan lagi, suguhan dramanya lebih intens dibanding action, tapi karna suguhan dramanya digarap dengan baik, maka tidak nampak membosankan bagi saya pribadi. Marc Webb mampu menampilkan sosok Spider-Man yang lebih manusiawi, bahwa Spider-Man juga bisa terluka dan tetap butuh support dari orang-orang terdekatnya serta warga kota, karena walaupun Spider-Man adalah seorang 'manusia' super, ia tetaplah manusia.

Sebagai penutup, ekspektasi saya terhadap film ini terpenuhi. Saya memang tidak terlalu berharap banyak dengan film ini, karna ini adalah reboot dimana Spider-Man versi Sam Raimi masih segar di ingatan saya. Namun, setelah menyaksikan film ini, ternyata Marc Webb sanggup membawa film ini ke level yang baik dan tidak membawa Spidey jatuh ke kubangan kritikan. Tampilan Spider-Man sebagai alter-ego dari Peter Parker  yang awkward, cerewet dan dramatis dengan Andrew Garfield sebagai pemerannya mampu membuat image Spider-Man yang baru sesuai dengan komiknya. Namun tetap, Spider-Man versi Sam Raimi dan Tobey Maguire tidak akan terlupakan begitu saja.

Rating: 8/10    

No comments:

Post a Comment