Nov 24, 2015

Terminator: Genisys Review



"One thing is certain: The future is not set"

Sejatinya ini sudah bukan film yang paling up-to-date lagi karna film ini sudah dirilis sejak Juli 2015, dan bukan salahsatu film unggulan saya di tahun 2015 ini. Kenyataan dimana saya nekad nonton film ini adalah tidak lain dan tidak bukan karna saya sudah ngikutin franchise sejak awal, dan bahkan sampai sekarang pun masih terpesona sendiri setiap nonton ulang Terminator 2: Judgement Day, padahal film ini sudah dibuat lebih dari 20 tahun yang lalu. Bahkan ketika franchise ini pada titik terendahnya, yakni Terminator Salvation, saya toh juga tetep nekad nonton, walaupun pada akhirnya Salvation gak dianggap (bahkan Rise of the Machines juga gak dianggap) ketika Genisys ini rilis. Dan yang lebih bikin hype lagi, Arnold Schwarzenegger kembali berperan sebagai sang Terminator, setelah sebelumnya absen di Salvation. Kalau ditilik, yang gak kenal franchise ini dari awal mungkin memang gak bakal minat, dan sepertinya film ini memang berusaha keras supaya bisa mengenalkan karakter-karakternya ke generasi sekarang, terbukti lewat soft reboot ini.


Melanjutkan kisahnya di Judgement Day, sekeras apapun usaha The Connors mencegah terjadinya Judgement Day, it still happens. Skynet berhasil mengalahkan manusia, meskipun akhirnya muncul kaum Resistance yang dipimpin oleh John Connor (Jason Clarke). Sementara Skynet yang tahu bahwa ia berada di pihak yang kalah, berusaha curang dengan mengirim Terminator ke tahun 1984 dalam usaha membunuh Sarah Connor (Emilia Clarke), karna tentu saja tanpa eksistensi Sarah, John tidak akan pernah dilahirkan. John yang sudah tahu hal tersebut, mengutus Kyle Reese (Jai Courtney) yang mengajukan diri sebagai volunteer untuk melindungi Sarah Connor. Semua nampak normal, sama seperti kisah Terminator yang kita semua tahu, sampai akhirnya diketahui Skynet belum sepenuhnya kalah, menyerang John. Sementara Kyle yang tiba di tahun 1984, menemukan Sarah Connor tak seperti yang diceritakan John. Bahkan kehadirannya malah disambut oleh Terminator dan Sarah sendiri.


Setengah jam pertama, film ini nyaris nampak seperti sebuah reboot, dan beberapa adegan sepertinya sengaja dibuat sebagai homage terhadap film pertamanya, sampai akhirnya muncul beberapa hal yang rupanya sebuah butterfly effect dari dan mengakibatkan beberapa perubahan dalam timeline yang sudah kita kenal. Sebuah upaya agar, sekali lagi, bisa me-refresh kisahnya atau menghidupkan kembali karakter yang sudah melegenda ke generasi sekarang. Sebenarnya saya pun juga gak masalah kalau akhirnya muncul alternate timeline akibat perbuatan Skynet, semuanya saya masih bisa terima sampai akhirnya sampai di satu titik kita dipertemukan dengan John Connor versi alternate timeline. Sayangnya, kebanyakan pecinta film originalnya mencak-mencak karna malah membuat perubahan yang begitu signifikan dalam kisahnya. Saya gak keberatan soal karakter Sarah dan Kyle yang mesti time travel kesana kemari dalam usaha mengalahkan Skynet. Tapi yang membuat saya kesal sampai sekarang adalah karakter John Connor yang begitu mudahnya dipelintir sampai jadi segitunya. No, I won't spoil it, but once you knew, you'll get mad, too. Kalau kaum awam sih fine-fine aja nontonnya, karna mereka gak bener-bener tau masing-masing karakter ini seperti apa. Tapi bagi saya yang sudah kenal Terminator sejak kecil, bagian John Connor itu agak ngeselin dan tak termaafkan.

Oke terlepas dari kisahnya yang bisa bikin Terminator fans kesal, saya berusaha melihat sisi baiknya. Well, setidaknya sejak awal kita disuguhi action yang bisa bikin eyegasm (meskipun mesti menelan kenyataan kalau kisah Terminator original sudah gak valid lagi disini). Ada T-1000, yang tidak lagi diperankan Robert Patrick, tapi diperankan oleh Lee Byung Hun, yang mampu memegang tongkat estafet dengan sangat baik. Perannya sebagai T-1000 mampu memukau meskipun durasi kemunculannya tidak lama. Action-nya dengan tensi tinggi pun dihadirkan dari awal hingga akhir, dan Arnold Schwarzenegger membuktikan bahwa, sama seperti Terminator, he's old but not obsolete. Sementara Emilia Clarke dan Jai Courtney, syukurlah, mereka mampu memberikan chemistry yang pas untuk karakter Sarah Connor dan Kyle Reese. Dan untuk Jason Clarke, aktingnya pun berhasil sebagai John Connor yang turnover karakternya begitu mengesalkan. Ini bukan salahnya, ia hanya berakting sesuai permintaan skenario.


Sebenarnya Terminator Genisys punya formula yang mumpuni untuk jadi salahsatu blockbuster tahun ini. Alan Taylor berhasil membuat film action yang memuaskan. Sayangnya, ide untuk me-refresh film ini malah jadi bumerang dan membuat fans berat Terminator mencak-mencak. Seandainya ini film lepas dan bukan bagian dari seri Terminator, mungkin hasilnya akan berbeda, dan publik akan menerima film ini dengan respon yang berbeda. Rencana untuk trilogi baru? Entahlah. Wacana itu pernah ada, tapi tentu saja harus melihat hasil dari Genisys ini. Melihat reception publik, rasanya project berikutnya akan masuk development hell.

Rating: 6,8/ 10

No comments:

Post a Comment