May 28, 2016

Captain America: Civil War Review


"Compromise where you can. Where you can't, don't. Even if everyone is telling you that something wrong is something right"

Marvel tak pelak sudah membangun kerajaan besar lewat trend superhero yang dibangkitkan sejak hampir sepuluh tahun lalu. Semenjak kehadiran Iron Man di layar perak tahun 2007, Marvel pelan-pelan membangun pondasinya menuju Avengers yang puncaknya direncanakan rilis tahun 2019. Tak bisa dipungkiri, Marvel memiliki perencanaan yang matang sejak awal. Lihat saja secara rutin Marvel menyelipkan post credit scene hampir di setiap filmnya sebagai petunjuk yang secara tidak langsung terkoneksi pada Avengers. Bukan hanya itu, bahkan Marvel mampu membuat karakter superhero yang mulanya tidak dikenal macam Guardian of the Galaxy menjadi satu sensasi baru. Tahun ini, Marvel sudah mengisi jadwalnya dengan Captain America: Civil War yang merupakan film stand-alone ketiga dari sang Captain sekaligus jembatan menuju film pamungkas Avengers nantinya. 


Pasca Ultron, dan terakhir adalah pengejaran besar-besaran tim Avengers terhadap Rumlow di Lagos, Nigeria, pemerintah terus mengawasi gerak-gerik Avengers. Pasalnya setiap Avengers beraksi, banyak warga sipil yang menjadi korban jiwa dari kemasifan pertarungan mereka. Demi menekan jumlah korban yang terus berjatuhan setiap pertarungan Avengers, pemerintah menyusun Sokovia Accords, dimana Avengers tidak lagi bisa bertindak sesuka mereka dan setiap pergerakan mereka harus dengan persetujuan pemerintah. Tony Stark/ Iron Man (Robert Downey Jr.) yang merasa bahwa tidak boleh ada lagi korban jiwa dari warga sipil dalam setiap pertarungan mereka, setuju untuk menandatangani perjanjian tersebut. Sementara Steve Rogers/ Captain America (Chris Evans) yang merasa bahwa pengawasan ini terlalu berlebihan dan membuat Avengers tidak leluasa beraksi dalam melindungi Bumi, menolak menandatangani perjanjian ini. Perseteruan keduanya semakin meruncing ketika sang Captain lebih memilih melindungi dan mempercayai sahabat lamanya, Bucky Barnes/ Winter Soldier (Sebastian Stan) yang dituduh sebagai tersangka utama pemboman di Vienna. Konflik ini memecah belah Avengers menjadi dua kubu yang mendukung sang Captain dan Iron Man. Sementara ada satu sosok misterius bernama Helmut Zemo (Daniel Bruhl) yang  memiliki agenda misterius tersendiri yang melibatkan Winter Soldier.



Sebagai pembuka dari Marvel Cinematic Universe Phase 3, lagi-lagi Anthony dan Joe Russo kembali mengulang kesuksesannya di Winter Soldier dengan penuturan yang solid.  Dibuka dengan aksi keras sekaligus kejar-kejaran, tensi ketegangan sudah dinaikkan ke level maksimum sejak awal. Toh adegan kejar-kejaran ini bukan sekedar pamer CGI saja, Russo Brothers menanamkan koneksi dengan konflik utamanya nanti. Berbekal subjudul Civil War, rasanya mustahil kalau tidak berharap ending filmnya bakal sepedih komiknya. Tapi perlu diingat kembali, Marvel ada di tangan Disney, jadi kalau dibuat ending kelam seperti komiknya juga pasti kemungkinannya kecil. Benar saja, Russo Brother memilih jalan yang berbeda dengan komiknya dalam menuturkan kisahnya, tidak 100% sama, tapi konflik yang melatarbelakangi perseteruan keduanya nyaris serupa, yakni pertentangan pendapat atas kebijakan pemerintah. Meski tak seidentik komiknya, toh sama sekali tidak mengganggu pembangunan konfliknya yang harus diakui sangat mantap. Perseteruan antara sang Captain dengan Iron Man bisa dipahami, apalagi dua karakter ini sejak pertemuan pertamanya di The Avengers juga sering sekali berbeda pendapat. 

Layaknya Winter Soldier, Russo Brother masih menyajikan adegan aksi yang keras sekaligus fantastis. Kejar-kejaran hingga perseteruan para superhero di satu bandar udara skalanya masih masif, meskipun tidak seimpresif adegan kejar-kejaran antara Nick Fury dengan antek-antek Hydra dalam Winter Soldier. Selain itu, penuturan kisah superhero yang masih bisa dibilang Avengers 2.5 ini meskipun menyajikan banyak superhero, tapi semua superhero tersebut tidak menutupi konflik utamanya sendiri, dimana klimaks film ini tetap mempertemukan Captain America dan Iron Man dalam satu adegan baku hantam yang cukup dramatis. Pengenalan Black Panther maupun Spider-Man yang notabene belum memiliki film sendiri, juga mampu menarik perhatian meskipun tak sampai membuat dua karakter utamanya lepas dari perhatian. Memang beberapa superhero semacam Spider-Man, Ant-Man dan Hawkeye tidak memiliki korelasi yang tinggi dengan konflik utama, dimana karakter mereka senadainya tidak dihadirkan pun sebenarnya tidak masalah, tapi porsi penyajian masing-masing karakter superhero yang tampil harus diakui seimbang dan sangat menghibur. Pertarungan di bandara mungkin menjadi salahsatu pertarungan yang seru sekaligus menghibur, sementara pertarungan di akhir film menjadi sangat emosional mengingat motif dari kedua karakter mempertahankan pendiriannya.



Parade superhero ini tidak dapat dipungkiri terasa sangat megah. Sayangnya, dalang di balik semua perseteruan ini malah terkesan lemah. Ya, Helmut Zemo yang diperankan Daniel Bruhl seolah tenggelam di balik hingar bingar ramainya karakter dalam film ini. Ia adalah master of crime yang sayangnya kurang mendapat jatah tampil plus, motifnya dalam penyusunan skenario yang dibuatnya tergolong kurang kuat. Akibatnya malah banyak penonton yang kurang peduli akan kehadirannya dan Helmut Zemo menjadi salahsatu karakter yang menjadi kelemahan film ini. Satu-satunya yang bisa diingat dari Helmut Zemo mungkin adalah ia berhasil membongkar masa lalu Tony Stark dan Winter Soldier sekaligus menjadi salahsatu twist terbaik dalam MCU yang berhasil membuat perseteruan Iron Man dan Captain America berubah menjadi dendam pribadi, yang jujur saja malah membuat penonton (seperti saya) sulit memilih pihak yang mana. Dan tentu saja, hampir semua karakter yang memiliki keterlibatan dengan konflik utama berhasil memberikan penampilan terbaiknya, terutama Chris Evans yang penampilan benar-benar jauh lebih baik dan Robert Downey Jr. yang masih akan sangat sulit sekali tergantikan posisinya sebagai Tony Stark.

Dengan Civil War, harus diakui bahwa Captain America menjadi salahsatu karakter superhero dalam MCU yang memiliki tingkat kompleksitas cerita yang tinggi. Meskipun bagi saya pribadi Civil War masih di bawah Winter Soldier serta terkesan main aman dalam penceritaan sekaligus ending, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa film ini jauh lebih baik ketimbang film Avengers: Age of Ultron kemarin. Sebuah pembuka untuk MCU phase 3 yang sangat baik, dan tentu saja, Russo Brothers once again did a really great work

Rating: 8,5/ 10
Based on: Consistency in storytelling, entertaining without sacrificing the main character's major plot line and wrapped in some good action

No comments:

Post a Comment