Feb 6, 2016

Room Review

"There are so many things out here. And sometimes it's scary. But that's ok. Because it's still just you and me..."
Ruang? Kamar? Kalau saya lebih menafsirkan ke arah ruang ketimbang kamar setelah menyaksikan filmnya. Kisah film ini diangkat dari novel berjudul sama karya Emma Donoghue yang sekaligus ditugaskan sebagai penulis skenario film ini. Sutradaranya adalah Lenny Abrahamson yang di tahun 2014 juga meyutradarai Frank. Bukan nama-nama yang familiar memang, karna memang film ini tergolong film indie, bahkan didistribusikan oleh A24 di US, yang memang langganan memproduksi film-film low budget. Secara mengejutkan film ini memperoleh 4 nominasi di ajang Oscar tahun ini, yakni Best Picture, Best Director, Best Actress untuk Brie Larson dan Best Adapted Screenplay. Khusus Brie Larson yang beberapa tahun terakhir mulai mencuri perhatian, namanya menjadi salahsatu alasan saya menyaksikan film ini. 

Novelnya sendiri terinspirasi dari kisah nyata penculikan Natascha Kampusch di Austria. Berfokus pada kehidupan Ma (Brie Larson) dan putranya Jack (Jacob Trembley) yang berusia 5 tahun tinggal di dalam suatu tempat yang mereka sebut dengan "Room". Dalam ruangan inilah Jack dan Ma menghabiskan hari-hari mereka. Bagi Jack, satu-satunya dunia yang ia kenal adalah "Room" ini sementara Ma menyembunyikan kenyataan kalau mereka adalah tawanan dari Old Nick (Sean Bridgers). Old Nick mengurung dan memperkosa Ma hingga berulang kali sampai akhirnya Jack lahir. Jack hanya mengetahui kalau Old Nick adalah menyokong hidup mereka karna Old Nick secara rutin menyediakan kebutuhan mereka. Ma juga mengajarkan Jack bahwa semua hal yang ia lihat di televisi bukanlah hal yang nyata. Terisolasi dari dunia luar jelas bukan hal baik bagi sisi psikologis Jack, sementara Ma terus berpikir untuk mengeluarkan mereka dari sempitnya "Room" tersebut ketika mengetahui kalau Old Nick mulai mengeluh soal sulitnya membiayai kehidupan mereka.


Mengajak Emma Donoghue adalah keputusan yang tepat, karna keotentikan dari novelnya akan dibawa juga ke dalam filmnya. Jika terpikir kalau ini bakal jadi  film thriller ala Gone Girl dengan kisah penculikan yang dark, lupakanlah. Film ini mengambil sudut pandang dari si bocah umur 5 tahun, Jack, yang membuat film ini terasa amat sangat sederhana. Hubungannya dengan Ma juga ditekankan dalam film ini. Fokusnya tidak hanya di dalam Room, tapi juga kehidupan setelah Ma dan Jack berhasil keluar dari "Room". Saya suka gaya penceritaannya, lewat polosnya Jack yang memandang dunia lewat narasi-narasi plus pengambilan gambar yang bisa membuat hati kita tergerak melihat si kecil Jack yang polos. Setiap hari ia hanya menegur Ma dan semua benda yang ada di dalam Room. Jack juga menjelaskan semua koneksinya dengan benda-benda dalam Room, bagaimana kagumnya ia saat pertama kali melihat tikus dan emosinya dia ketika melihat satu-satunya benda hidup yang nyata harus diusir oleh Ma. Sulit rasanya untuk tidak terhubung dengan karakter Jack, pengetahuannya soal dunia dan sisi psikologisnya.

Ujung tombak Room tidak hanya pada sederhananya gaya penceritaan, tapi juga penampilan dua karakter utama, Ma dan Jack. Brie Larson yang memang sebelumnya sudah dipuja-puja berkat penampilannya di Short Term 12, kali ini berhasil memerankan Ma dengan sangat sangat baik. Tekanan yang ia rasakan, keinginan untuk melindungi satu-satunya orang yang ia sayangi serta kenyataan yang ia hadapi setelah berhasil keluar dari "Room" terasa sangat real dan penuh emosi. Depresi yang ia rasakan baik di dalam dan di luar "Room" tersampaikan dengan luar biasa. Pun begitu dengan Jacob Tremblay yang memerankan Jack dengan segala tingkah polosnya dan ketakutannya ketika berinteraksi dengan orang selain Ma, mampu membawa kita merasa iba akan nasib bocah tersebut. Chemistry antara dua orang ini terasa begitu dekat dan nyata, yang mungkin bakal membuatmu percaya bahwa Larson dan Trembley memiliki ikatan darah yang kuat, dan kita sedang menyaksikan Ma dan Jack, bukan Larson dan Trembley. Ikatan mereka baik didalam maupun di luar "Room" tetap terasa sama kuatnya. Tidak heran kalau Brie Larson diganjar nominasi Oscar untuk kategori Best Actress.


Di balik segala kesederhanaannya, baik itu dari setting dan segala tetek bengeknya, Room tampil sebagai drama menyentuh hati dengan kekuatan akting yang amat sangat memikat dari kedua aktor utamanya, Larson dan Trembley. See? Room hanya punya cerita sederhana, setting sempit, budget rendah, tapi mampu tampil garang sekaligus melembutkan hati setiap penontonnya cukup lewat akting yang memikat. I love Brie Larson here, she deserves an Oscar this year.

Rating: 8,6/ 10

No comments:

Post a Comment