Feb 6, 2016

The Revenant Review

"Revenge is in God's hand, not mine"
The Revenant, kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah seseorang yang bangkit dari kematian. Judulnya sebenarnya sudah menyimpulkan isi ceritanya. Bukan, ini bukan film horor atau film zombie, tapi lebih ke survival. Film ini punya dua keuntungan, yaitu dari nama sutradara dan pemeran utamanya. Sutradaranya adalah Alejandro González Iñárritu, yang tahun lalu menang besar di ajang Oscar lewat Birdman, sementara aktor utamanya adalah Leonardo DiCaprio yang meskipun hampir selalu tampil bagus, sialnya dia belum pernah sekalipun menggenggam piala Oscar. Jadi sebenarnya film ini merupakan pengharapan bagi setiap umat penganut aliran fans DiCaprio, dan setiap doa yang dipanjatkan adalah semoga Leo bisa menang Oscar tahun ini. Nope, saya bukan hater-nya Leo, saya juga nge-fans dengan beliau sejak penampilannya sebagai Arnie Grape di What's Eating Gilbert Grape?, tapi semua pasti akan tiba pada waktunya kok. Martin Scorsese juga selalu bikin film bagus sejak Taxi Driver di tahun 1976, bolak balik dinominasikan Oscar kategori Best Director delapan kali hingga saat ini, tapi baru sekali menang di tahun 2006 lewat The Departed. See

Kembali ke The Revenant, sejatinya film ini diangkat dari novel berjudul sama karya Michael Punke diramu dengan kisah fiksi dari Iñárritu dan Mark L. Smith tentang seorang pemburu bulu binatang bernama Hugh Glass (Leonardo DiCaprio) dan kelompoknya dipimpin oleh Captain Andrew Andrew Henry (Domhnall Gleeson) yang dikejar penduduk native America suku Arikara ketika melakukan ekspedisi menyusuri Sungai Missouri. Berdasarkan saran Glass yang memang lebih pro soal pemahaman area tersebut, mereka memilih untuk menyusuri hutan keetimbang menyusuri sungai. Dalam perjalanan inilah, Glass mengalami serangan beruang Grizzly yang menyebabkan dirinya terluka parah dan nyaris tewas. Kawanannya pun menganggap Glass tidak akan bertahan lama sehingga memilih untuk meninggalkan Glass bersama John Fitzgerald (Tom Hardy), Jim Bridger (Will Poulter) dan anak Glass yang keturunan native America, Hawk (Forrest Goodluck). Disinilah perseteruan terjadi, ketika Fitzgerald menganggap lebih baik membunuh Glass ketimbang harus menunggu ajal Glass.


Film semi autobiografi (ya, semi autobiografi. Betul-betul ada seorang Hugh Glass yang diserang beruang Grizzly hingga nyaris tewas di tahun 1823) sejak dimulai sudah terlihat menonjol dari sisi sinematografinya. Jangan heran kalau openingnya agak mengingatkan dengan The Tree of Life karna memang kedua film ini dipresentasikan oleh Director of Photography yang sama, yakni Emmanuel Lubezki. Shot pertama begitu puitis diiringi narasi dari Glass yang bisa membuat bulu kuduk berdiri saking menggetarkannya. Kemudian dilanjutkan dengan pemandangan yang luar biasa di-capture dengan baik oleh kamera Lubezki plus masih ada rangkaian shoot panjang nan cantik. Sejalan dengan sinematografinya, Iñárritu mampu menyatukan elemen pemandangan tersebut dengan penceritaan yang mampu membuat setiap penontonnya terasa ada bersama Hugh Glass. Kamu akan merasakan nyerinya Glass ketika diserang Grizzly, ketidakberdayaan Glass dalam goresan luka yang harus ditinggal kawanannya dalam dinginnya alam liar, hingga kemarahan Glass mengetahui bahwa satu-satunya yang ia sayangi direnggut dari hidupnya. Ya, ini bukan hanya perjalanan soal bertahan hidup, tapi juga balas dendam, dan Iñárritu mampu menyampaikan detail-detail tersebut ke penonton dengan sangat baik.

Ketika Iñárritu dan Lubezki sudah menuntaskan pekerjaannya, lantas disinilah peran sang pemeran utama harus maksimal, karna tanpa akting yang bagus, kolaborasi mereka akan sia-sia. Hadirlah Leonardo DiCaprio melengkapi paket super komplit The Revenant. Setiap ekspresi yang ditampilkan Leo nampak nyata. Takut, ngeri, ngilu, dingin dan semua kesakitan yang dirasakan Glass ketika harus sendirian di alam liar itu terasa begitu nyata. Adegan diserang beruang Grizzly itu mungkin adegan paling menakutkan sepanjang film, belum lagi ketika melihat Glass merangkak demi bertahan hidup, segala mimik wajah Leo menunjukkan betapa sengsaranya Glass. Rasanya memang kejam kalau lewat film ini Leo masih tidak menang Oscar tahun ini, padahal ia tidak pernah tampil buruk, dan performanya dalam film ini juga luar biasa. Tapi tidak hanya Leo yang tampil maksimal dari departemen akting, Tom Hardy juga menampilkan kemampuan terbaiknya lewat karakter Fitzgerald yang egois sekaligus brengsek. Kalau kamu akan simpati dengan karakter Glass, kamu akan jengkel luar biasa dengan karakter Fitzgerald dengan segala kebusukan sifatnya.


The Revenant menjadi salahsatu drama survival terbaik tahun ini. Tidak perlu banyak menginterpretasikan kisahnya, kita hanya perlu mengikuti alur kisah perjalanan hidup Glass tanpa perlu memeras otak. Memang agak panjang dari segi durasi, tapi toh semua itu terbayarkan lewat top notch performance dari Leonardo DiCaprio. Pada akhirnya ini semua mata berfokus ke sang aktor utama yang belum pernah menang Oscar. Iñárritu sudah menang tahun lalu, Lubezki juga sudah dua tahun berturut-turut menang Oscar, jadi wajar saja kalau banyak yang berharap keberuntungan ada di pihak Leo tahun ini.

Rating: 8,5/ 10

No comments:

Post a Comment