May 11, 2012

Lovely Man Review

"..mereka ngeliat dengan mata, bukan dengan hati.."
Mendengar judul Lovely Man mungkin akan kurang familiar bagi sebagian dari kita. Film mana nih? I'll tell you, ini film Indonesia. Dan kalau masih belum tau juga, lihat poster filmnya, maka akan ditemukan sederet penghargaan terutama dari festival luar negeri. Ketika animo masyarakat sebagian besar tertuju pada film The Raid, diam-diam Donny Damara memenangkan Best Actor dalam Asian Film Award melalui film ini, mengalahkan seseorang yang telah memiliki nama di kancah Asia, Andy Lau. Bahkan film ini juga mendapat nominasi untuk kategori Best Director untuk ajang yang sama. Surprise? Totally! Excited to see? Of course! Dan saya berusaha membuktikan seberapa bagus film Lovely Man ini.

Cahaya (Raihaanun) adalah seorang anak pesantren yang telah putus kontak dengan Saiful (Donny Damara), ayah kandungnya, selama 15 tahun. Bermodal nekad dan secarik kertas berisi alamat rumah ayahnya, Cahaya berangkat ke Jakarta seorang diri walaupun tidak mendapat restu dari ibunya. Sesampainya di Jakarta, Cahaya bertemu dengan ayahnya dan terkejut karna sosok ayah yang dibayangkannya selama ini, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kenyataan yang ada di hadapannya. Saiful telah berubah menjadi seorang transgender dan bergaul dengan kehidupan malam Jakarta. Pertemuan pertama mereka setelah 15 tahun tidak bertemu membuka pembicaraan antara ayah dan anak yang telah lama terputus.

Film dengan genre drama memang tidak terletak pada seberapa besar efek yang ada, melainkan seberapa jauh penonton dibawa masuk ke dalam cerita melalui akting, dialog dan jalan cerita itu sendiri. Dari ketiga hal tersebut, nampaknya Lovely Man berhasil menyentuh hati penonton, termasuk saya. Hubungan ayah-anak yang  tidak pernah terhubung satu sama lain tergambar dengan baik oleh kedua pemeran utama, Donny Damara dan Raihaanun. Kredit khusus memang perlu diberikan kepada Donny Damara, yang berakting sangat baik sebagai seorang ayah sekaligus transgender. Kepedihan hidup Saiful alias Ipuy tergambar jelas dan tersampaikan ke penonton. Raihaanun juga berakting dengan baik sebagai seorang anak yang kehilangan sosok ayah. Keduanya berbaur dalam adegan-adegan menyentuh.


Hal lain yang menarik perhatian saya adalah dialognya. Dialog antara ayah-anak ini simple but close to reality and simply touching. Donny Damara memberikan aksen unik ala transgender dalam dialognya, membuat penonton tersenyum kecil setiap mendengar tokoh Ipuy berbicara dipadu dengan gerak-geriknya yang gemulai. Selain itu, gambar-gambar yang ditampilkan oleh Teddy Soeriaatmaja begitu manis, mengambil gambaran sisi kehidupan malam kota Jakata melalui gambar-gambar yang cantik, dengan kehidupan Ipuy di dalamnya. Selain itu, score music-nya sangat indah, menggambarkan scene-scene yang ditampilkan, membuat kita yang menontonnya, yah termasuk saya, dengan mudah menitikkan air mata

Kalau ada yang kurang nyaman di hati saya, mungkin terletak pada endingnya. Ya, menurut saya endingnya kurang begitu 'nendang'. Entah ingin bermain aman atau bagaimana, yang jelas saya mengharapkan sesuatu yang lebih dari ending yang sudah ditampilkan. Tapi.. yasudahlah. Toh film ini berhasil membuat saya menitikkan air mata sepanjang menonton. Hubungan orang tua dan anak memang salahsatu taktik jitu ala film yang selalu berhasil membuat saya terharu.

Film Indonesia nampaknya sedang dalam masa keemasannya. Tahun ini saya sudah menonton 3 film Indonesia di bioskop dan ketiganya tidak membuat saya merasa rugi dengan membuang-buang uang saya dengan menonton di bioskop. Kenyataan bahwa film Indonesia mulai menunjukkan eksistensi di festival luar negeri memang patut diacungi jempol. Melihat film Indonesia tidak lagi didominasi dengan drama cinta-cintaan ataupun komedi horor dengan bumbu seksualitas, membuat saya tertarik lagi menonton film Indonesia di bioskop. Bagaimanapun, saya orang Indonesia dan saya harus menghargai karya anak bangsa, apabila karya tersebut memang layak untuk dihargai. Dan film Lovely Man memang merupakan salahsatu karya dari perfilman Indonesia yang layak dihargai. 

Rating: 8/10

No comments:

Post a Comment