May 13, 2012

Titanic 3D Review


"You learn to take life as it comes at you, to make each day count"

Well, sebenarnya film ini sudah saya tonton lama sekali, sekitar sebulan yang lalu. Namun saya baru sempat menulis mempublish review-nya sekarang. Ketika itu teman saya janji akan mentraktir saya nonton film. Saat itu sebenarnya saya ingin nonton Wrath of the Titans, tapi ketika kami mengecek jadwal di bioskop, Titanic 3D sudah rilis di bioskop kota kami. Teman saya kebetulan adalah maniak Titanic dan tentu saja dia tidak akan melewatkan film ini. Berhubung dia adalah penyokong dana, jadilah saya dan teman saya lainnya setuju untuk nonton Titanic. Padahal dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya berpikir "kenapa saya mau nonton Titanic, film yang berkali-kali sudah saya tonton di TV swasta? Bahkan saya sudah hapal jalinan ceritanya!" Saat itu saya juga sudah terlanjur penasaran dengan Wrath of the Titans, apakah ada peningkatan kualitas dari Clash of the Titans? Rupanya saya harus menyimpan pertanyaan tersebut lebih lama dari yang saya duga karena sampai saat ini saya belum nonton Wrath of the Titans.

Kembali ke Titanic, saya rasa saya tidak perlu menceritakan detailnya karna semua orang pasti sudah sangat familiar dengan kisahnya. Oh baiklah.. saya harus bercerita mengenai kisahnya walaupun sedikit. Jack (Leonardo DiCaprio) dan Rose (Kate Winslet) adalah dua orang yang berbeda kasta yang bertemu di kapal pesiar super megah yang diklaim sebagai 'unsinkable ship'. Kisah ini diceritakan secara flashback oleh seorang wanita tua bernama Rose Calvert (Gloria Stuart), yang tak lain adalah salahsatu survivor dari tragedi tenggelamnya kapal Titanic. Sayang kisah cinta mereka harus kandas karna perbedaan kasta dan kapal pesiar super megah tersebut ternyata tidak sekuat klaim pembuatnya karna kapal pesiar ini juga kandas menabrak gunung es. 

Kisah kasih tak sampai ini sudah menorehkan berbagai record, baik dari segi pendapatan dan penghargaan. 11 Oscar berhasil diraih pada tahun 1998 sudah cukup fantastis, ditambah dengan record penjualan tiket yang berhasil menjadi film terlaris sepanjang masa (sebelum record tersebut dipatahkan oleh James Cameron sendiri dengan Avatar dan mungkin record Avatar bisa dipatahkan oleh The Avengers yang masih tayang) dan tayang di bioskop selama kurang lebih 10 bulan di bioskop! Belum ada film yang bisa bertahan selama itu sampai sekarang! Dan dalam memperingati 100 tahun tenggelamnya Titanic, film ini dirilis ulang dalam format 3D.


Saya masih ingat bagaimana perasaan saya ketika menonton film ini di televisi. Tidak begitu spesial, walaupun beberapa adegan jelas begitu memorable, terutama kisah romansanya. Anehnya, saya merasa berbeda ketika menonton film ini lagi di bioskop. Sebuah pengalaman unik menikmati film legendaris ini di bioskop. Megahnya kapal Titanic di layar bioskop, didukung dengan tata suara di bioskop yang memang dahsyat, membuat saya paham kenapa film ini bisa bertahan di bioskop berbulan-bulan. Kalau di televisi saya hanya fokus dengan kisah drama percintaan Jack-Rose yang sesungguhnya klise namun memikat, maka di bioskop saya hanya peduli betapa megahnya Titanic, desain interior di dalamnya yang begitu detail, serta betapa mudahnya kapal pesiar semegah itu patah hanya karna sebongkah gunung es. Semua adegan mewah dan megah seketika luluh lantak seiring kapal tersebut tenggelam, saya merasa seperti benar-benar seorang survivor dari Titanic ketika menyaksikan adegan demi adegan. Tidak heran film ini mendapat kredit luar biasa dari segi special effect. Tapi bagaimanapun efek seheboh apapun akan terasa standar jika tidak didukung cerita yang mumpuni. Beruntung naskah Titanic tergolong bagus dan didukung aktor dan aktris yang tepat (yang selanjutnya menjadi Hollywood's next big thing) sehingga Titanic sukses menjadi film iconic sepanjang masa.

Epic adalah kata yang tepat ketika saya menonton film ini lagi di bioskop. Lupakan soal 3D karna jelas 3D di film ini merupakan 3D konversi , dan kebanyakan 3D konversi hasilnya mengecewakan. Tapi, hei, bahkan saya menikmati 3Dnya. Mungkin efek pop-out tidak terasa, tapi gambar yang ditampilkan benar-benar dalam 3 dimensi. Mungkin itulah salahsatu alasan kenapa saya berani menonton film ini. Walaupun film ini hasil konversi, tapi yang mengkonversi film ini adalah James Cameron, orang juga menggarap Avatar dengan 3D yang beyond amazing dan membuat teknologi 3D menjadi mainan favorit baru di di industri film  Hollywood.

Singkat kata, it's an enjoyable ride watching Titanic in theatre. Terlepas dari seberapa hapalnya saya dengan jalan ceritanya (bahkan saya hapal beberapa dialog!), saya tetap merasa film ini perlu ditonton lagi di bioskop. Sayangnya sekarang saya sudah tidak bisa lagi menyarankan untuk nonton film ini di bioskop karna film ini sudah turun layar. Layaknya tagline yang diusung oleh Titanic 3D "Experience it like never before", surprisingly YES I experience it  like never before.

Rating: 8/10

No comments:

Post a Comment