Apr 18, 2013

Beasts of the Southern Wild Review


"When it all goes quiet behind my eyes, I see everything that made me flying around in invisible pieces"

Tidak banyak orang yang familiar begitu mendengar film berjudul Beast of the Southern Wild, apalagi jika mendengar nama pemainnya. Ya, ini memang bukan film semegah Les Miserables atau Life of Pi, saingan sesama nominasi Best Picture Oscar tahun ini. Padahal film ini sudah mengantongi dua penghargaan di Sundance Film Festival pada tahun 2012, yakni Cinematographic Award Dramatic dan Grand Jury Prize Dramatic. Film ini memang tergolong film indie yang dibesut oleh Benh Zeitlin, sutradara yang namanya masih asing di khalayak ramai.  Well, perkenalan di atas memang cenderung klise. Dilanjutkan pun belum tentu banyak yang tertarik dengan film ini. Tapi film ini menjadi menarik ketika aktris utamanya, Quvenzhane Wallis mendapat nominasi Oscar untuk kategori Best Actress sekaligus menjadi aktris termuda yang pernah masuk dalam nominasi tersebut, yakni usia 9 tahun. Seketika film ini mengundang rasa penasaran banyak orang. 

Ceritanya sendiri sederhana. Hushpuppy (Quvenzhane Wallis) adalah seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang hidup bersama ayahnya, Wink (Dwight Henry). Hushpuppy sendiri masih dibayang-bayangi ibunya yang pergi. Mereka berdua bertahan hidup di tengah kondisi ekonomi yang bisa dibilang sulit. Belum lagi datangnya banjir bandang yang disebabkan oleh pasangnya air laut membuat mereka berdua harus bertahan hidup. Dari ayahnya, Hushpuppy belajar banyak mengenai kerasnya kehidupan dan belajar bagaimana untuk menghadapinya. Semuanya semakin sulit ketika Wink diketahui menderita suatu penyakit yang cukup parah dan Hushpuppy belajar untuk tidak kehilangan harapan.


 
Ceritanya sangat sederhana, bagaimana bertahan di tengah kerasnya kehidupan.  Yang membuatnya istimewa adalah bagaimana Benh Zeitlin berhasil menggambarkan kemiskinan yang dihadapi oleh Hushpuppy dan ayahnya. A little bit remind me to Winter’s Bone, hanya saja Beast of Southern Wild punya cerita yang lebih sederhana yang digarap dengan baik. Okelah, alur film ini berjalan lambat, ditambah narasi Hushpuppy yang puitis beresiko memancing kebosanan. Tapi bersyukurlah atas sinematografi film ini. Meskipun menggambarkan sesuatu yang sederhana, sinematografer Ben Richardson berhasil menambah daya tarik film sederhana ini. Keindahan gambar-gambar yang hadir dalam adegan-adegan berhasil membuat walaupun settingnya sendiri tidak luar biasa. Ditambah narasi Hushpuppy tentang Beast itu sendiri (yang sedikit mirip bison atau banteng raksasa in my opinion) yang telah punah dan bangkit kembali, seakan menjadi metafora kehidupan Hushpuppy sendiri. Justru tanpa efek yang luar biasa, Benh Zeitlin mampu membawa penonton merasakan bagaimana perjuangan Hushpuppy, sehingga kehidupannya sendiri terasa lebih nyata.

And in case you wonder why Quvenzhane Wallis got an Oscar nomination for Best Actress, you should see her acting here. Akting polos Wallis sebagai Hushpuppy yang menjadi senjata utama film ini. Wallis mampu memberikan ekspresi ketakutan, bahagia bahkan kesedihan dengan sangat meyakinkan, membuat sosok Hushpuppy terlihat tangguh di usia muda. Kadang kita dibuat tertawa karena kepolosannya, kadang kita dibuat terharu dengan kehidupannya. Sebagai seorang aktris pendatang baru, Quvenzhane Wallis bisa dibilang sangat berhasil menjadi pusat perhatian. Sedangkan Dwight Henry yang memerankan Wink juga mampu memberikan performa yang baik sebagai seorang ayah yang keras dalam mendidik anak. Chemistry keduanya sebagai ayah dan anak terlihat baik terutama ketika Wink mengajarkan Hushpuppy berbagai keahlian bertahan hidup.


Beast of the Southern Wild memang bukan film berbujet besar yang akan langsung disukai oleh penikmat film-film mainstream. Tidak semua orang bisa menikmatinya. Tapi, film ini layak diberi kesempatan. Saya pun mungkin tidak akan menyaksikannya kalau film ini tidak masuk nominasi Best Picture. Akting Quvenzhane Wallis memang menjadi daya tarik utama film ini. And the most important, film ini memberikan pelajaran bahwa even in the worst situation, just don’t lose hope.

Rating: 7.5/10

No comments:

Post a Comment