Apr 10, 2013

Stoker Review


 "...sometimes you need to do something bad to stop you from doing something worse" 

Pernah nonton Oldboy? Kalau sudah pernah nonton, pasti tau seberapa gilanya Oldboy. Kalau belum, segerakan menonton, sebelum Hollywood merusak versi Koreanya dengan proyek remake-nya.  Adalah Park Chan-Wook yang bertanggung jawab dibalik layar Oldboy yang sukses membuat pecinta film thriller menganga. Ya, kesuksesan trilogi Vengeance mengangkat namanya menjadi salahsatu sutradara asal negeri gingseng yang layak memperoleh pertimbangan di kancah perfilman internasional. Kali ini ia diberi kesempatan menyutradarai film Hollywood pertamanya yang berjudul Stoker. Sedikit mengingatkan dengan Bram Stoker Dracula? Yap, penulis naskahnya, Wentworth Miller yang dulu sempat dikenal sebagai aktor dalam serial Prison Break, memang mengatakan bahwa ada sedikit influence dari  kisah drakula tersebut (walaupun film ini tanpa drakula sama sekali) dan Shadow of A Doubt karya Hitchcock. Maka lengkaplah sudah segala macam unsur di atas semakin mempertinggi ekspektasi penonton, included me.

Film ini bercerita tentang keluarga Stoker dengan segala misterinya. India (Mia Wasikowska) adalah seorang gadis remaja misterius yang harus kehilangan ayahnya, Richard (Dermot Mulroney) di hari ulang tahunnya yang ke-18 tahun. Padahal India dan ayahnya sangat dekat. Ibunya, Evelyn (Nicole Kidman) yang cenderung labil, tiba-tiba memperkenalkan Charlie (Matthew Goode) yang disebut-sebut sebagai pamannya. Padahal, India tidak pernah mendengar sama sekali mengenai pamannya ini sampai upacara pemakaman ayahnya. India yang mulanya menghindari kedekatannya dengan Charlie yang misterius, lama kelamaan mulai dekat dengan sang paman sambil terus menyelami masa lalu dan sisi gelap Charlie.  



Sebagai permulaan, let’s talk about the good side of Stoker. Sejak awal film ini dimulai, kita sudah dibuat ternganga dengan pemandangan-pemandangan yang luar biasa indah sekaligus unik. Membawa Chung-Chung-Hoon sebagai Director of Photography adalah keputusan yang tepat. Keindahan visual, kombinasi warna-warni yang berpadu, sekaligus sudut pengambilan gambar Chan-Wook yang unik sangat memanjakan mata. Detail desain produksinya juga apik, baik dari kostum maupun setting-nya, melebur menjadi satu dalam scene-scene luar biasa menarik. Editing-nya pun terlihat unik dan rapi, perpindahan adegan yang tidak membusankan, menjadikan Stoker sebuah pengalaman visual yang menyenangkan. Plus, Chan-Wook dengan suksesnya menyisipkan hidden climax tanpa adanya explisit sexual content. Dan oh, adegan permainan piano duet antara Charlie dan India dengan musik garapan Phillip Glass benar-benar berhasil memberikan nuansa tekanan yang intens. Now it’s time to talk about the disappointing side. Sayangnya untuk film dengan level visual yang luar biasa cantik, ceritanya tergolong serba tanggung. Tidak ada sesuatu yang mengejutkan muncul. Memang rasanya terlalu naïf jika berharap film ini akan semenonjok Oldboy. But hey, everybody can dream about what they want, right? I admit I expect a lot, terutama dari Chan Wook. Yah, saya harus kecewa dengan skrip buatan Wentworth Miller. Bukan karena skripnya jelek dan dipenuhi dialog murahan, namun skripnya lemah dan pendalaman karakternya yang tanggung sehingga menyisakan beberapa plot hole

Well, enough about that. Walaupun skripnya kurang kuat, tapi beruntung Stoker punya deretan pemain yang luar biasa. Akting Mia Wasikowska semakin matang disini. Sejak awal kemunculannya dalam Alice in Wonderland, Mia memang banyak bermain dalam film-film berkualitas. Hadir sebagai India, Mia berhasil menggambarkan gadis misterius dengan segala keluguan sekaligus rasa ingin tahu yang tinggi. Apalagi cara Mia memandang, ada rasa penasaran sekaligus misterius yang menarik. Nicole Kidman masih sama berbakatnya seperti dulu. Ia berhasil menggambarkan Evelyn sebagai sosok ibu yang labil dan tampak kekanak-kanakan. Yang mengejutkan adalah Matthew Goode. Setelah sebelumnya selalu hadir sebagai charming guy lewat film komedi romantis semacam Chasing Liberty dan Leap Year, kali ini ia tampil sangat baik sebagai Charlie. Ia berhasil memberikan kesan kemisteriusannya dalam sosok Charlie dibalik parasnya yang tampan sekaligus senyumnya yang menawan, yang kemudian malah menghadirkan kesan menakutkan dari sosok Charlie. Mia, Nicole dan Matthew memberikan chemistry yang luar biasa misterius sebagai sebuah keluarga disfungsional.
 

Well, dibalik semua kekurangan yang ada, tidak bisa dipungkiri Chan-Wook berhasil mempertahankan kekhasannya lewat Stoker. Menyisipkan unsur Hitchcock dalam beberapa scene-nya, membuat film ini masih layak untuk disimak. Meskipun Stoker bukanlah sebuah drama thriller dengan cerita yang kuat, tapi visualnya yang cantik berhasil meninggalkan bekas di ingatan penonton. Kalau Anda berharap ini akan seperti Oldboy, lupakanlah sebelum Anda kecewa. Stoker is an unsual coming-of-age drama. For me, watching Stoker is like having a visual orgasm, it’s undeniably beautiful

Rating: 7.5/ 10

No comments:

Post a Comment