Apr 13, 2013

Oblivion Review

"I want mankind to survive. This is the only way"
Tom Cruise masih punya pesona luar biasa tampil sebagai leading role walaupun usianya sudah mencapai setengah abad. You may get bored with his face cover all of his movie posters, but I think Tom Cruise is never really aging. Ya, hampir semua film yang Tom Cruise bintangi berani memasang hanya wajahnya tanpa karakter lain sebagai ajang promosi. Berani taruhan, orang tidak banyak begitu peduli dengan siapa atau apa yang ada dibalik film terbaru Tom Cruise ini, orang cukup melihat Tom Cruise di posternya, dan itu sudah menarik minat orang awam. Setelah awal tahun tampil sebagai Jack Reacher, yang tidak sepenuhnya jelek tapi tidak luar biasa bagus juga, kali ini Tom Cruise bekerja sama dengan Joseph Kosinski, yang pada tahun 2010 menyutradarai Tron Legacy, dalam film science fiction berjudul Oblivion. 

Dikisahkan pada tahun 2077, Bumi sudah mengalami kehancuran akibat peperangan dengan makhluk asing 60 tahun silam. Sebagian besar manusia sudah tinggal di Titan, satelit milik salahsatu planet terbesar tata surya, Saturnus. Jack Harper (Tom Cruise) adalah seorang engineer yang bertugas melakukan maintenance terhadap drone yang mengawasi sebuah mesin yang mengebor air laut sebagai sumber energi fusion di Titan. Sedangkan istri Jack, Victoria (Andrea Risenborough) adalah operator yang menghubungkan antara Jack saat bertugas di lapangan dengan pusat komando Tet yang dikepalai oleh seorang wanita bernama Sally (Melissa Leo). Setiap malam Jack selalu dihantui dengan mimpi tentang seorang wanita ketika Bumi masih utuh. Hingga suatu ketika, Jack menemukan sebuah kapsul yang jatuh dari angkasa dan berisikan wanita yang sering muncul di mimpinya tersebut. Anehnya, wanita yang bernama Julia Rusikova (Olga Kurylenko) itu mengenal Jack. Belum lagi kemudian ia bertemu dengan Beech (Morgan Freeman), yang mulai membeberkan fakta yang bertentangan dengan apa yang selama ini Jack percaya.


In the first half movie, you may guess the story is predictable. Yap, premis awal film ini memang terlihat biasa. Template ceritanya pun sudah sering kita temukan di film-film sci-fi sejenis. Namun, semakin ke belakang, when you start to get bored, you'll get a lot of surprises. Film ini satu per satu membuka kejutan-kejutan yang disimpan sejak film dimulai. Kisahnya akan sedikit mengingatkan dengan Wall-E. Wall-E lebih simpel namun filmnya lebih memiliki 'perasaan' dibanding film ini. Film yang diangkat dari komik grafis karya Joseph Kosinski sendiri ini memang memiliki kisah yang biasa pada mulanya, namun lama-kelamaan menjadi semakin complicated. Bukan karena pengembangan karakter, tapi film ini berhasil membuat tebakan-tebakan Anda hancur lebur seketika. Oke, akan sulit bicara panjang lebar soal cerita film ini tanpa membongkar isi ceritanya, which means I would spoil everything if I do that.  So, I should end it here. Yang jelas, ada banyak sekali twist-twist kecil yang membuat Anda kembali berpikir.

Now look at the other side of this movie. Visual yang ditampilkan Joseph Kosinski masih mampu membuat mata penonton berkilau. Dengan tone yang hampir mirip dengan TRON: Legacy, Kosinski menghadirkan gambaran Bumi yang luluh lantak melalui tampilan beberapa bangunan ikonik dalam kondisi mengenaskan. Bayangkan, ada Empire State Building yang tinggal puing-puing, bahkan Pentagon pun hancur tak berbentuk. Uh, jangan heran, karena ada Claudio Miranda di bagian cinematography, orang yang sukses menggarap Life of Pi hingga menerima Oscar. Kosinski memaksimalkan visual effect layaknya sebuah film science fiction pada umumnya, sehingga tidak bisa dipungkiri Kosinski masih menjual efek dibandingkan cerita, walaupun cerita film ini tidak bisa langsung di-judge buruk. Musik garapan Anthony Gonzalez dan M.8.3 juga berhasil mengiringi visual effect dengan baik dan menambah ‘rasa’ film ini. 


Soal akting, rasanya terlalu naïf apabila menharapkan akting yang luar biasa untuk film se’renyah’ ini. Tom Cruise tampil baik namun tidak luar biasa. Aktingnya masih dalam level normal alias masih watchable. Begitu pula dengan Olga Kurylenko (yang tampil natural disini) masih bisa menyegarkan mata di tengah hadirnya Tom Cruise dimana-mana. Dan ada Morgan Freeman, yang meski penampilannya hanya sepintas, tapi berhasil mengguratkan kenangan di kepala penonton. 

Secara keseluruhan, film ini berhasil memberikan hiburan yang melebihi ekspektasi. Even for me who don’t expect much. Baik segi efek maupun cerita, Kosinski mampu memberikan hiburan kepada penonton meskipun harus sedikit memutar otak. Sebuah film bertema science fiction yang sukses memberikan tampilan visual yang luar biasa. Sedikit catatan, put your eyes on the screen, so you won’t miss anything to solve the whole story. Well, I’ll give you a hint, the title and also Tom Cruise is everything. Sisanya, film ini cukup bagus sebagai pemanasan sebelum gempuran film-film musim panas.

Rating: 7.5/10 

No comments:

Post a Comment