Jun 30, 2013

White House Down Review

"I can’t think of a more important job than protecting the President"
Rolland Emmerich. Kita mengenalnya sebagai sutradara spesialis disaster movie. Mulai dari serangan alien lewat Independence Day, serangan kadal raksasa dalam Godzilla, membuat setengah Amerika membeku lewat The Day After Tomorrow, membawa kita ke zaman prasejarah dalam 10.000 BC, hingga menghancurkan separuh dunia lewat ramalan bangsa Maya dalam 2012. Dan semua melibatkan special effect yang bombastis, karena Emmerich hampir selalu menghancurkan beberapa landmark terkenal, seperti sebut saja White House dan Patung Liberty. Kali ini, Emmerich kembali mencoba menghancurkan Gedung Putih dalam White House Down, dengan Channing Tatum dan Jamie Foxx sebagai bintang utamanya. Uniknya, beberapa bulan lalu, tepatnya bulan Maret 2013, ada film bertema serupa yang menceritakan serangan ke Gedung Putih yang dianggap sebagai The World's Safest Place dalam film berjudul Olympus Has Fallen. Hollywood's running out of idea? or is it copycat case? I don't know. Oke, lupakan dulu soal itu, atau bahkan soal Olympus Has Fallen dan mari berfokus pada White House Down. Soal Olympus Has Fallen, it will be reviewed on another post.

Jun 25, 2013

Monster University Review

 
 
 “Just reach deep down and let the scary out!” 

Sejak Toy Story dirilis tahun 1995, Pixar sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa dalam film animasi. Kekuatan Pixar bukan hanya terletak di visual yang memang bagus, tapi juga cerita yang memiliki kekuatan untuk membuat orang dewasa terhanyut. Bahkan Cars yang dibilang orang merupakan produk gagal Pixar, bagi saya masih cukup menyentuh. Yah walaupun Cars 2 semakin memperparah reputasi tersebut. Tapi kita masih bisa mengesampingkan dwilogi Cars, karena karya Pixar yang lain seperti trilogi Toy Story, Finding Nemo, Wall-E, dan Up, semuanya memiliki kekuatan yang sama, yakni cerita. Namun entah kenapa akhir-akhir ini Pixar seperti kehilangan ide original, karena Pixar lebih memilih membuat sekuel maupun prekuel ketimbang menyusun cerita dengan karakter baru. Tahun 2015, akan ada kelanjutan kisah Nemo dalam film yang diberi judul Finding Dory. Sedangkan tahun ini yang mendapat jatah prekuel adalah Monster Inc., yang di tahun 2001 mampu membuat anak-anak maupun orang dewasa jatuh cinta dengan kisah monster di Monstropolis yang ketakutan dengan anak kecil, dalam film berjudul Monster University.

Jun 24, 2013

World War Z Review

"Every human being we save is one less we have to fight"
Zombie invasion. Ya, hampir seperti 'saudara'nya, vampire, keberadaan makhluk pemakan daging ini selalu menjadi objek yang tidak ada habisnya dieksploitasi oleh Hollywood. Di layar lebar, ada franchise Resident Evil yang sudah mencapai seri kelima. Bahkan awal tahun kemarin, kita disuguhi drama remaja ala Romeo-Juliet dengan tokoh utama zombie dalam Warm Bodies. Di dunia televisi, masih ada The Walking Dead kreasi Frank Darabont yang masih disukai publik hingga season 3. Then here comes World War Z, yang lagi-lagi soal penduduk Bumi yang terjangkit virus dan berubah menjadi zombie. Film yang diangkat dari novel karangan Max Brooks ini sempat mejadi rebutan antara rumah produksi Appian Way milik Leonardo DiCaprio dan Plan B Entertainment milik Brad Pitt, yang akhirnya dimenangkan oleh Brad Pitt. Syutingnya pun begitu panjang hingga mengalami penundaan rilis. Dengan sutradara Marc Foster yang pernah menyutradarai Finding Neverland dan memasang Brad Pitt sebagai pemeran utama, rasanya tidak begitu sulit untuk menjaring peminat mengingat Brad Pitt, sama seperti Tom Cruise, punya pesona yang cukup besar untuk menarik perhatian publik.

Jun 16, 2013

Man Of Steel Review

"You have to decide what kind of man you want to grow up to be. Whoever that man is, good character or bad, it's going to change the world"
 The long wait is finally over! Setelah teaser trailer Man of Steel rilis nyaris setahun yang lalu, saya termasuk orang yang terhipnotis. Terakhir kali kita melihat manusia super paling legendaris ini tujuh tahun lalu, dengan Brandon Routh (yang kini pelan-pelan terlupakan) sebagai Kal-El dalam Superman Return yang sayangnya tidak begitu disukai publik. Bagi saya pribadi, sebenarnya Superman Return sebenarnya tidak buruk, hanya saja terlalu membosankan dan pengambilan cerita yang terlalu berani (bahkan Bryan Singer kebingungan untuk melanjutkan cerita). Akhirnya dipilih sebuah jalan pintas untuk tetap meneruskan kiprah Kryptonian ini agar tetap hidup di layar lebar. Reboot. Memperkenalkan kembali dari awal superhero jagoan DC Comics ini. Dengan Zack Snyder yang terkenal sangat ciamik dalam memoles visual effect di bangku sutradara, plus David S. Goyer sebagai penulis naskah, plus aktor Inggris yang dikenal lewat serial The Tudors, Henry Cavill sebagai Clark Kent. But guess who's the man behind the story and also the producer. It's Nolan! Nolan yang, percayalah, merupakan kunci kesuksesan dibalik Batman Trilogy, turut menyumbangkan ide dalam film ini merangkap produser.  Tidak terelakkan, orang yang memuja-muja Batman Trilogy akan memusatkan perhatian penuh ke Man Of Steel. Apalagi, fans Superman di dunia sangat berlimpah.

Jun 8, 2013

Now You See Me Review

"First rule of magic: always be the smartest person in the room"
Di balik hingar bingar summer blockbuster yang berkutat di seputar genre action, superhero ataupun science fiction, terselip satu film dengan genre yang cukup berbeda, yakni magic. Now tell me, siapa sih yang tidak tertarik dengan magic? Berbagai generasi, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, pasti suka dengan yang namanya sulap. Bahkan orang dewasa bisa terlihat layaknya anak-anak ketika menyaksikan pertunjukan sulap. Setelah kesuksesan The Prestige dan The Illusionist di tahun 2006 yang mengungkap kehidupan sekaligus trik pesulap, tahun ini ada sebuah film dengan tema magic yang berjudul Now You See Me. Menggabungkan konsep magic dan heist layaknya Ocean's trilogy, film yang ditukangi oleh Louis Leterrier, same guy who brought you The Incredible Hulk dan Clash of the Titans, dan iming-iming ensemble cast dengan nama-nama besar seperti Jesse Eisenberg, Isla Fisher, Woody Harrelson, Dave Franco, Mark Ruffalo, Morgan Freeman, hingga Michael Caine, boleh dibilang film ini cukup menarik minat penonton. Tanpa banyak gembar-gembor promo, film ini layaknya penyegar di tengah kejenuhan film-film bergenre action, superhero maupun sci fi. And for me, magic is always fun to watch.

After Earth Review


"Fear is not real. It is a product of thoughts you create. Do not misunderstand me. Danger is very real. But fear is a choice"

Beberapa tahun terakhir, karya-karya M. Night Shyamalan lebih banyak dicaci dibanding dipuji. Padahal dulu, M. Night Shayamalan banyak mendapat pujian, terutama dari The Sixth Sense, yang hingga saat ini masih diakui sebagai film dengan plot twist yang cerdas. The Unbreakable yang walaupun tidak sampai melampaui The Sixth Sense, namun tidak sampai terjerembab karena masih terbilang standar. Begitu pula The Sign dan The Village, terutama The Village yang twist-nya cukup membuat saya tertawa karena merasa dibodohi in a good way. Namun setelah itu, semenjak Lady in the Water, The Happening hingga The Last Airbender, kualitasnya jauh menurun dibanding karya-karya Shyamalan sebelumnya. Meskipun begitu, Shyamalan tidak patah semangat. Ia terus berkarya dan membuat film. Tahun ini ada satu film Shyamalan yang cukup menarik perhatian, karna berhasil membawa duet ayah-anak Will Smith dan Jaden Smith, yang berjudul After Earth. Promo yang bisa dibilang cukup besar, ditambah animo masyarakat yang ingin melihat kembali duet Will-Jaden Smith setelah berhasil mengharu biru di The Pursuit of Happyness, menjadikan film ini mendapat cukup banyak sorotan. Ditambah lagi sutradaranya adalah M. Night Shyamalan, publik ingin membuktikan apakah Shyamalan berhasil kembali ke masa-masa kejayaannya dahulu melalui film ini.

Jun 3, 2013

The Hangover Part III Review

"I told myself, I would never come back"
Jaman sekarang, kalau ada sebuah film yang sukses dari segi kritik dan finansial, rasanya mustahil kalau Hollywood mengabaikan pembuatan sekuel. Tidak peduli kalau terjadi pengulangan dan malah membuat kritikus muak. Semakin banyak uang yang dihasilkan, semakin banyak pula sekuel yang dimunculkan. Hal inilah yang terjadi dengan The Hangover. Ketika pertama kali dirilis tahun 2009, film komedi karya Todd Phillips ini sukses baik secara kritik dan box office. Tentu saja, premisnya yang terbilang baru untuk sebuah film komedi menjadi film ini terasa fresh. Melihat kesuksesan tersebut, Warner Bros kembali memproduksi sekuelnya, The Hangover Part II, di tahun 2011. Sayangnya, meskipun sudah memindah setting-nya dari gemerlap Las Vegas ke Bangkok yang eksotis, tidak mampu membuat kritikus terkesan. Apalagi cerita yang diusung tergolong pengulangan dari apa yang terjadi di film pertamanya. I mean, who did the same stupid thing twice, huh? Meskipun begitu filmnya memang benar-benar menghibur karena mampu mengocok perut dan akhirnya memperoleh box office yang cukup besar. Maka hasilnya dapat ditebak, film ini dibuat trilogy. And here comes the wolfpack, back to Vegas.