Jun 16, 2013

Man Of Steel Review

"You have to decide what kind of man you want to grow up to be. Whoever that man is, good character or bad, it's going to change the world"
 The long wait is finally over! Setelah teaser trailer Man of Steel rilis nyaris setahun yang lalu, saya termasuk orang yang terhipnotis. Terakhir kali kita melihat manusia super paling legendaris ini tujuh tahun lalu, dengan Brandon Routh (yang kini pelan-pelan terlupakan) sebagai Kal-El dalam Superman Return yang sayangnya tidak begitu disukai publik. Bagi saya pribadi, sebenarnya Superman Return sebenarnya tidak buruk, hanya saja terlalu membosankan dan pengambilan cerita yang terlalu berani (bahkan Bryan Singer kebingungan untuk melanjutkan cerita). Akhirnya dipilih sebuah jalan pintas untuk tetap meneruskan kiprah Kryptonian ini agar tetap hidup di layar lebar. Reboot. Memperkenalkan kembali dari awal superhero jagoan DC Comics ini. Dengan Zack Snyder yang terkenal sangat ciamik dalam memoles visual effect di bangku sutradara, plus David S. Goyer sebagai penulis naskah, plus aktor Inggris yang dikenal lewat serial The Tudors, Henry Cavill sebagai Clark Kent. But guess who's the man behind the story and also the producer. It's Nolan! Nolan yang, percayalah, merupakan kunci kesuksesan dibalik Batman Trilogy, turut menyumbangkan ide dalam film ini merangkap produser.  Tidak terelakkan, orang yang memuja-muja Batman Trilogy akan memusatkan perhatian penuh ke Man Of Steel. Apalagi, fans Superman di dunia sangat berlimpah.

Dibuka dengan adegan di planet Krypton, dimana Jor-El (Russel Crowe) tengah membantu Lara (Ayelet Zurer) istrinya yang tengah melahirkan. Di tengah kondisi planet Krypton yang sekarat, General Zod (Michael Shannon) beserta kaki tangannya melakukan pemberontakan agar dapat terus mempertahankan Krypton. Jor-El yang sudah memprediksi kehancuran Krypton sejak lama, memutuskan untuk mengirimkan anaknya, Kal-El yang masih bayi beserta codex Kryptonian ke Bumi. General Zod yang juga menginginkan codex tersebut, berusaha menghalangi pengiriman Kal-El ke Bumi. Perselisihan yang berujung dengan kematian Jor-El membawa General Zod beserta antek-anteknya dihukum pembekuan sel somatik dan dilemparkan ke Black Hole. Sedangkan nasib Kal-El, kita semua tahu dia terdampar di Kansas dan ditemukan sepasang suami istri petani, Jonathan Kent (Kevin Costner) dan Martha Kent (Diane Lane), yang oleh mereka diberi nama Clark. Dalam perjalanannya untuk menemukan jati diri, Clark dewasa (Henry Cavill) bertemu dengan wartawan cantik Daily Planet, Lois Lane (Amy Adams) dan harus berhadapan kembali dengan General Zod yang berusaha merebut kembali codex yang diinginkan sejak lama untuk mengembalikan planet Krypton dengan konsekuensi besar yang melibatkan penduduk Bumi.


Dengan durasi yang cukup panjang, yakni 143 menit, Zack Snyder berhasil mengupas tuntas seluk beluk Superman dalam balutan visual yang, seperti biasa, cantik. Mulai dari bagaimana Clark Kent berusaha membaur dengan makhluk Bumi, pergolakan batin antara situasi yang dialaminya dan kenyataan yang mengharuskannya untuk tetap menyembunyikan jati dirinya, bahkan hal-hal mendasar seperti arti simbol 'S' pada kostumnya atau kenapa ia bisa lemah menghadapi elemen-elemen Krypton, semuanya dibahas. Alur bolak-balik (yang entah kenapa sangat terasa Nolan) memang beresiko membuat penonton awam bingung, tapi toh sebenarnya Snyder sudah membawa Man of Steel ke dalam alur yang paling mudah dipahami.  Dalam beberapa scene yang cukup emosional, penonton dibawa untuk memahami kenapa Clark bisa 'segalau' ini dalam menghadapi hidup. Dialognya memang minim jokes, sehingga menganggap film ini terlalu serius. Padahal ada beberapa jokes, yang meskipun tidak intens, berhasil memancing senyum penonton. 

Pemilihan storyline-nya pun cukup beresiko, mengingat ini cukup keluar dari jalur yang sejauh ini kita kenal, terutama hubungan awal Clark-Lois, sedikit banyak cukup mengganggu. Tapi emosi yang berusaha ditanamkan David S. Goyer dan Nolan lewat sentuhan Snyder setidaknya sedikit berhasil mengobati hal tersebut. Meskipun di awal film kita dijejali dengan drama yang cukup panjang, toh semua terbalas dengan scene-scene action yang dibalut dengan visual effect yang luar biasa memanjakan mata. Ya, Snyder yang memang tidak pernah gagal menghadirkan adegan dengan visual effect yang canggih. Dan hasilnya adalah pertarungan besar-besaran antara General Zod dan antek-anteknya dalam kecepatan yang luar biasa tinggi, sehingga meskipun durasi drama dan actionnya sedikit tidak imbang, rasanya tetap mampu mengobati beberapa kekecewaan yang ada. Apalagi ketika Superman berhadapan head-to-head dengan General Zod yang sangat dramatis dan menegangkan. Satu lagi kelebihan yang lain, yaitu score music garapan Hans Zimmer yang seperti biasa, bekerja luar biasa untuk sebagai backsound, megah dan menambah efek dramatis tiap adegan.


Di departemen akting, ada Henry Cavill yang memegang tongkat estafet sebagai superhero, yang kali ini, tanpa celana dalam merah. Pesona Henry Cavill yang seolah mampu menawan hati wanita manapun, berhasil mempersonifikasikan Clark Kent maupun Superman dalam sosok superhero yang kehilangan jati diri. Pun begitu dengan Amy Adams yang berhasil menggambarkan Lois Lane sebagai sosok jurnalis wanita independen, meskipun di beberapa adegan terlihat sekali perbedaan usia antara Amy yang memang lebih tua dibanding Henry Cavill. Meskipun begitu, chemistry antara keduanya belum sepenuhnya tergali, terlihat di beberapa adegan kalau keduanya masih terlihat kaku. Michael Shannon-lah yang membawakan peran paling sesuai kapasitas sebagai General Zod. Berbagai ekspresi seorang karakter antagonis, semua digambarkan dengan luar biasa baik. Selain itu, Russel Crowe dan Kevin Costner sebagai ayah kandung dan ayah angkat dari Kal-El/ Clark Kent meskipun tampil sekilas, namun tetap memberikan emosi tersendiri bagi penonton, terutama Kevin Costner yang karakternya sangat berpengaruh dalam pendewasaan Clark Kent. Namun kalau ada satu karakter yang tidak diperhitungkan tapi mencuri perhatian, itu adalah karakter Fajora-Ul yang diperankan oleh Antje Traue, yang sangat pas tampil sebagai sidekick General Zod.

Sejauh ini, Man of Steel memang tidak sepenuhnya mencapai ekspektasi yang saya harapkan. Tapi sungguh, sedikit lagi sentuhan dan film ini akan melampaui ekspektasi saya. Bermain-main dengan plot utama lah yang kali ini sedikit melukai hati saya. Namun visual yang dibawa Snyder kali ini jelas bukan sebuah kegagalan. Mempresentasikan sosok manusia baja dalam tampilan yang paling manusiawi jelas bukan sebuah kegagalan. Lewat Man of Steel, DC Comics seolah ingin membuktikan bahwa ia juga tidak mau kalah dengan superhero Marvel Comics yang sudah sangat jauh melangkah lewat The Avengers. Tapi kemungkinan besar proyek Justice League akan terus berjalan meskipun Green Lantern dibilang gagal, mengingat ada beberapa hint yang disebarkan di Man of Steel. Bahkan sepertinya pihak produser menebarkan logo Lexcorp di film ini, yang memungkinkan kembalinya musuh bebuyutan Superman, Lex Luthor, in the next installment. Satu hal yang pasti, I want to see Kevin Spacey reprising his role as Lex Luthor. 

Rating: 8/ 10

No comments:

Post a Comment