Jun 25, 2013

Monster University Review

 
 
 “Just reach deep down and let the scary out!” 

Sejak Toy Story dirilis tahun 1995, Pixar sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa dalam film animasi. Kekuatan Pixar bukan hanya terletak di visual yang memang bagus, tapi juga cerita yang memiliki kekuatan untuk membuat orang dewasa terhanyut. Bahkan Cars yang dibilang orang merupakan produk gagal Pixar, bagi saya masih cukup menyentuh. Yah walaupun Cars 2 semakin memperparah reputasi tersebut. Tapi kita masih bisa mengesampingkan dwilogi Cars, karena karya Pixar yang lain seperti trilogi Toy Story, Finding Nemo, Wall-E, dan Up, semuanya memiliki kekuatan yang sama, yakni cerita. Namun entah kenapa akhir-akhir ini Pixar seperti kehilangan ide original, karena Pixar lebih memilih membuat sekuel maupun prekuel ketimbang menyusun cerita dengan karakter baru. Tahun 2015, akan ada kelanjutan kisah Nemo dalam film yang diberi judul Finding Dory. Sedangkan tahun ini yang mendapat jatah prekuel adalah Monster Inc., yang di tahun 2001 mampu membuat anak-anak maupun orang dewasa jatuh cinta dengan kisah monster di Monstropolis yang ketakutan dengan anak kecil, dalam film berjudul Monster University.

Michael 'Mike' Wazowski (Billy Crystal) sejak kecil sudah bercita-cita ingin menjadi scarer (monster yang bekerja menakut-nakuti anak manusia agar bisa memperoleh energi dari teriakan ketakutan anak-anak) semenjak ia berdarmawisata ke Monster Inc. Sejak saat itu juga, ia berambisi untuk masuk Monster University, khususnya Scaring Program. Namun, mencapai cita-citanya tidak semudah yang ia harapkan, karena ia bertemu dengan James P. 'Sulley' Sullivan (John Goodman), yang merupakan tipe monster yang menakutkan, sehingga secara fisik, sangat mudah menakuti anak-anak. Sayangnya Sulley sombong akan kemampuannya dan sering meremehkan Mike, yang tidak memiliki tampang yang menyeramkan. Mereka berdua bersaing untuk membuktikan siapa scarer terbaik. Sayangnya, dekan Scaring Program, Hardscrabble (Helen Mirren) tidak suka dengan keduanya, dan memutuskan mereka berdua tidak cocok menjadi scarer. Untuk membuktikan bahwa dirinya memiliki kesempatan yang sama dengan monster lainnya, Mike memutuskan untuk mengikuti Scare Games. Karena syarat mengikuti lomba tersebut adalah harus menjadi anggota fraternity, maka Mike bergabung dengan fraternity yang paling tidak populer, Oozma Kappa bersama Don Carlton (Joel Murray), Scott 'Squishy' Squibbles (Peter Sohn), Art (Charlie Day), Terri (Sean Hayes) & Terry (Dave Foley). Karena Oozma Kappa kekurangan anggota untuk mengikuti lomba, bergabunglah Sulley yang juga ingin membuktikan bahwa ia pantas menjadi Scarer. Maka dimulailah perjuangan Oozma Kappa berkompetisi melawan fraternity paling populer, Roarr Omega Roarr, sekaligus perjuangan Mike dan Sully untuk membuktikan diri kepada seluruh kampus.


From zero to hero, itulah konsep yang ditawarkan oleh Monster University. Bukan sebuah hal yang luar biasa, apalagi banyak sekali film animasi bertema serupa. Namun hal ini menjadi menarik ketika Pixar berada dibaliknya. Apalagi karakternya adalah karakter yang sudah melekat di hati kita. Bagaimana masa lalu Mike dan Sulley sebelum bekerja di Monster Inc. beserta perjuangan mereka berdua atau bagaimana Randall 'Randy' Boggs bisa begitu membenci Sulley, semua dikemas Dan Scanlon selaku sutradara dalam sebuah visual animasi warna-warni yang menarik. Jangan ragukan soal visual, Pixar sudah sangat mahir menggarapa visual setiap animasi buatannya. Dan Scanlon, Daniel Gerson dan Robert L. Baird selaku penulis naskah memenuhi script-nya dengan banyak lelucon yang cukup membuat orang dewasa tertawa. Sayangnya, Monster University tidak sebanding dengan dengan Monster Inc. yang lucu, menyentuh dan mengharukan pada saat yang bersamaan bagi orang dewasa. Mungkin bagi anak-anak film ini bisa jadi sangat menghibur. Tapi untuk ukuran orang dewasa yang tahu standar Pixar, tunggu dulu. Kalau mau dibandingkan dengan Toy Story 3 yang sangat bagus dari berbagai aspek, Monster University kalah jauh. Tapi setidaknya film ini tidak sampai terpuruk seperti Cars 2. Monster University masih lucu, hanya saja a little less heart dibanding film pendahulunya.

Sebagian pengisi suara kembali menyuarakan karakter mereka dari Monster Inc. Billy Crystal masih mengisi suara Mike yang kadang suaranya melengking dan mengganggu telinga. Berlawanan dengan John Goodman sebagai pengisi suara Sulley yang memiliki deep voice untuk menghidupkan karakter Sulley. Namun keduanya masih sukses memberi nyawa dalam karakter Mike dan Sulley. Meskipun keduanya digambarkan tidak akur pada awalnya, namun chemistry mereka masih dalam kategori acceptable. Steve Buscemi juga kembali menyuarakan karakter Randy, meskipun porsinya tidak banyak. Ada Helen Mirren sebagai Dekan Hardscrabble yang suaranya mampu menanamkan wibawa dalam karakternya. Karakter lain, terutama karakter anggota Oozma Kappa, juga mampu melengkapi cerita. Namun mungkin yang paling berkesan adalah karakter Squishy yang disuarakan oleh Peter Sohn. Karakter yang digambarkan anak mami ini punya daya tarik tersendiri untuk memancing tawa penonton. 


Sekali lagi, mungkin Monster University tidak sanggup melampaui Monster Inc. yang bahkan tanpa prekuel pun sudah sempurna. Namun sebagai pengenalan karakter Mike dan Sulley di bangku kuliah, film ini masih menghibur dengan pesan moral your weakness is also your strength to prove yourself that you deserve the chance like any other. Bagi yang memasang ekspektasi bahwa film ini akan setara dengan Monster Inc. mungkin akan kecewa. Tidak sekuat pendahulunya dari segi story, namun tidak sampai jatuh terlalu jauh seperti Cars 2. Dengan visual khas Pixar yang mempesona, kita diajak menyelami kehidupan kuliah para monster yang penuh persaingan. Menyenangkan, apalagi dibalut komedi yang tak henti-hentinya membuat penonton tertawa. And stay for an after-credit scene. Mungkin scene-nya tidak begitu penting dan tidak begitu berpengaruh dengan cerita, namun tetap saja menarik untuk disimak. Not much heart in it, but still undeniably fun.

Rating 7.5/ 10

No comments:

Post a Comment