Feb 25, 2013

Looper Review

"I don't want to talk about time travel because if we start talking about it then we're going to be here all day talking about it, making diagrams with straws." 
Nampaknya tahun ini adalah tahun besar Joseph Gordon-Levitt. Setelah tampil sebagai John Blake yang tanpa diduga merupakan peran yang memberi sedikit kejutan dari sekian banyak kejutan di film The Dark Knight Rises, kemudian tampil sebagai kurir sepeda yang kebut-kebutan di padatnya jalan raya New York dalam Premium Rush. Kali ini, ia kembali dipercaya menjadi pemeran utama dalam Looper, sebuah film bergenre science fiction yang mengusung masa lalu dan masa depan. Tema time travel memang selalu menarik untuk dibahas, apalagi IMO time travelling is always such a mystery

Film yang ditulis sekaligus disutradarai oleh Rian Johnson ini berkisah tentang Joe, seorang looper di tahun 2044. Looper adalah seseorang yang ditugaskan untuk membunuh seseorang yang dikirim dari masa depan melalui mesin waktu, biasanya dikirim oleh gangster atau mafia untuk menghabisi musuhnya. Namun apa jadinya jika yang dikirim dari masa depan adalah dirinya sendiri di masa depan? Itulah yang dialami Joe, yang mengumpulkan batangan emas dengan membunuh orang kiriman dari masa depan. Suatu hari, dia melanggar aturan dan membuka pembungkus kepala korbannya, dan melihat dirinya sendiri di masa tua (Bruce Willis) yang ternyata adalah orang yang harus dia bunuh. Joe yang tidak mampu membunuh dirinya sendiri akhirnya menjadi buronan karena membiarkan calon korbannya melarikan diri. Ketika Joe muda dan Joe tua memiliki ego masing-masing, mereka saling berpacu untuk mengubah masa depan melalui cara mereka masing-masing, yang membawa mereka bertemu dengan Sara (Emily Blunt) yang tanpa disangka memegang peranan penting dalam kehidupan Joe di masa depan.



Membingungkan. Mungkin saja. Bagi saya pribadi, menonton film sci-fi bertema time travel memang tidak mudah. Setting waktu yang berputar itu-itu saja. Satu kejadian yang ternyata bisa mengubah masa depan yang sudah terjadi. Semua terasa membingungkan. Maka kunci utama adalah konsentrasi dan tentunya sedikit berpikir untuk menikmatinya. Namun, secara ide, buah pikiran Rian Johnson ini sangat menarik dan kreatif. Penggambaran masa depan versi Rian Johnson pun begitu menarik. Lupakan masa depan yang serba instan seperti yang ditampilkan oleh Back to the Future II, masa depan yang digambarkan di film ini luar biasa suram karena seringnya terjadi konflik di masa depan.  Time Machine-nya juga lebih mirip Torture Machine, karena orang yang dimasukkan ke mesin itu adalah orang yang sedang menghadapi ajalnya. Belum lagi konflik ego masing-masing Joe, dimana yang satu memiliki alasan untuk bertahan yang berbeda dengan yang lainnya. Emosi mulai dikoyak di tengah film. Benarkah kita membunuh seseorang yang tidak tahu apa-apa di masa kini, padahal di masa depan dia adalah seseorang yang luar biasa kejam, hanya untuk kepentingan kita sendiri? Konflik dua Joe ini bagi saya adalah konflik yang menarik dibalik perjalanan antar waktu ini.

Yah, seperti biasa sang masa depan Hollywood Joseph Gordon-Levitt mampu tampil memukau melalui aktingnya sebagai Joe muda, walaupun melihat make up-nya di film ini agak sedikit menyiksa saya. Namun di balik itu, JGL mampu mempersonifikasikan Bruce Willis ke dirinya hampir sempurna, sesempurna Josh Broslin meniru Tommy Lee Jones yang begitu mirip di MIB III. Pun begitu dengan Bruce Willis, aktingnya cukup memuaskan, bahkan ada beberapa adegan yang benar-benar membuat saya takut dengan Joe di masa tua. Dan tentunya si cantik Emily Blunt tidak pernah mengecewakan. Aktingnya sebagai Sara yang kuat dan rentan di saat yang bersamaan sebagai seorang ibu muda sangat menyentuh. Kombinasi akting dari ketiganya sudah sangat memberi nyawa pada film ini.


Jangan terlalu banyak berpikir ketika membaca tulisan ini. Dan jangan juga terlalu banyak berpikir untuk menyaksikan film ini. Nama JGL adalah sebuah jaminan film bermutu. Berpikirlah ketika sudah menyaksikan film ini. Dan minimkanlah mencari tahu tentang film ini, karena itu dapat merusak kesenangan di ending film. Ya, ending film ini akan terasa flat jika sudah terlalu banyak spoiler yang dibaca. Oleh karena itu, saya harus menutup tulisan ini sebelum saya memuntahkan kata-kata yang mengandung spoiler. Dan saya menutup tulisan ini dengan kalimat “Looper is the best sci-fi movie in 2012. It might be a cult someday. Well, who knows?”

Rating: 8.5/10

No comments:

Post a Comment