Feb 21, 2013

The Cabin In the Woods Review

"Forgive us and let us get it over with"
Rasanya sudah cukup lama saya tidak menulis di blog ini, padahal banyak sekali film yang saya tonton di bioskop. Untuk saat-saat ini saya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menulis di blog. Bahkan waktu untuk menonton film pun rasanya sedikit sekali. Yah apa boleh buat, ada kegiatan lain yang lebih mendesak yang harus dikerjakan. Tapi saya juga tidak mau meninggalkan blog ini begitu saja. Jadi walaupun terlambat (karena ini film 6 bulan yang lalu dan cuma Titanic yang bisa bertahan selama itu di bioskop) maka dengan penuh tekad saya tetap menulis di blog ini, tak peduli sudah sejauh apa saya ketinggalan.

Sesuai dengan judul tulisan ini, maka saya mulai dengan review film The Cabin in the Woods. Mungkin dari judulnya saja tidak akan menarik bagi siapapun. Mungkin judulnya sudah menggambarkan isi ceritanya. Mungkin ketika melihat trailer-nya pun juga akan mudah ditebak, sekelompok anak muda yang melakukan vacation ke tengah hutan kemudian terjebak oleh terror yang entah apa itu kemudian satu per satu dari mereka akan mati. Sebuah premis yang sangat klise, walaupun bagi saya trailer-nya cukup menyeramkan. Lalu apa yang membuat saya tertarik menonton film ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah reaksi para kritikus setelah menonton film ini. Ada banyak sekali reaksi positif dari para kritikus, betapa luar biasa sebuah film horror remaja bisa mendapat pujian dari kritikus karena sebagian besar film horror remaja tidak pernah memakai otak untuk menontonnya.

 

Ceritanya sangat simple. Lima anak muda yaitu Curt (Chris Hemsworth), Jules (Anna Hutchinson), Dana (Kristen Connolly), Holden (Jesse Williams) serta Marty (Fran Kranz) berencana berlibur di sebuah kabin milik saudara sepupu Curt di tengah hutan (cliché, huh?). Masing-masing dari mereka pun memiliki sifat yang sangat stereotype, Curt adalah olahragawan yang tampan (The Athlete), Jules adalah pacar Curt yang cantik dan seksi (The Whore), Dana yang polos serta lugu (The Virgin) , Holden yang smart dan juga rupawan, yang dalam rencana Curt akan dijodohkan dengan Dana (The Scholar) serta Marty yang terlihat bodoh karna hampir selalu berada di bawah pengaruh alkohol maupun ganja (The Fool). Tanpa mereka sadari liburan yang mereka lakukan untuk bersenang-senang malah berubah jadi bencana ketika masing-masing dari mereka harus berusaha bertahan hidup.
 
Lantas apa yang membuat film ini begitu spesial? Dari awal film saja kita sudah dibuat bingung dengan dialog antara Richard Jenkins dan Bradley Whitford yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelima pemuda tersebut. Dugaan awal sudah mulai kabur dengan dialog di adegan awal film. Lalu apa dugaan selanjutnya? Pelan-pelan penonton akan dibawa ke potongan-potongan adegan dari dua setting berbeda yang akan terlihat membingungkan hingga akhirnya semua adegan itu menuju ke sebuah konklusi berlapis. Mengapa berlapis? Karena dari kenyataan awal, muncul kenyataan lain di baliknya. 


Tenang saja, bagi mereka yang belum menonton film ini, saya tidak akan membongkar isi ceritanya, tidak akan ada spoiler dalam tulisan ini. Saya hanya ingin membagi pengalaman saya ketika menonton film ini. Kenyataan bahwa film ini menjungkirbalikkan dugaan awal saya terbukti telah membuat film ini telah mendapat tempat di hati saya. Keluar dari bioskop saya tak henti-hentinya membahas bagaimana arah cerita dalam film ini begitu tak terduga. Joss Whedon dan Drew Goddard terbukti cukup gila ketika menulis skenario film ini dengan menembus batas khayalan tertinggi mereka. Mungkin rasanya agak berlebihan ketika saya menulis tulisan ini, tetapi filmnya sendiri sudah cukup gila, lalu bagaimana dengan penulis ceritanya? Pasti lebih gila. Belum lagi sumpalan komedi yang jelas menambah kesegaran film ini. Di sela-sela ketika penonton berpikir, penonton dibawa tertawa sejenak melalui beberapa dialog maupun adegan. Walaupun ada beberapa plot hole yang saya rasakan di beberapa bagian, atau mungkin plot hole itu muncul karena saya kurang cermat ketika menyaksikan filmnya, entahlah. Tapi film ini jelas jauh lebih baik dari film horror remaja lainnya. Percayalah, sepintas pasti ketika di beberapa adegan awal, film ini terlihat sekali seperti horror remaja murahan, namun adegan berikutnya, silahkan pelan-pelan biasakan otak anda untuk berpikir.

Kita akhiri saja tulisan ini dengan sebuah kesimpulan, film horror ini mungkin film horror terbaik sepanjang tahun 2012 bagi saya (mengingat ketika film ini dirilis saya belum ada menonton film horror lain yang rilis tahun ini), bahkan melampaui harapan saya sebelum menyaksikan film ini. Bagi anda yang belum menonton film ini, saya sangat menyarankan untuk menonton film ini, bagaimanapun caranya untuk merasakan pengalaman yang berbeda dan jauh lebih baik ketika menonton film horror remaja sebelumnya.

Rating: 8.5/ 10

1 comment:

  1. review filmnya bagus :) yang mau baca review film terbaru, bisa langsung ke http://www.gostrim.com selamat membaca :)

    ReplyDelete