Mar 28, 2013

Warm Bodies Review

'

"What's wrong with me? I just want to connect. Why can't I connect with people? Oh, right, it's because I'm dead"
Lima tahun kita sudah disuguhi kisah cinta terlarang antara vampir dan manusia, dan ketika franchise film tersebut berakhir, Summit berusaha mencari pengganti sumber uang mereka. Maka tahun ini Summit merilis film yang diangkat dari novel karya Isaac Marion yang berjudul Warm Bodies. Kalau Twilight berkisah antara cinta manusia dan vampire, Warm Bodies mengangkat kisah zombie-manusia. Huh? Seriously? Zombie? Yep, it is. Banyak orang mencibir lebih dulu, karena berbeda dengan vampire yang memang sering ditampilkan sebagai sosok yang memiliki sex appeal tinggi (seperti yang ditampilkan Bram Stoker’s Dracula, From Dusk Till Dawn hingga True Blood Series), zombie justru tampil sebaliknya. Lusuh, bau busuk, bahkan tidak bisa berpikir dan hanya bisa menggeram, karena dasarnya memang mayat hidup. Lalu apa sih yang coba ditampilkan oleh Jonathan Levine yang sebelumnya pernah membesut All The Boys Love Mandy Lane dan 50/50 ini? 

Dengan setting post-apocalypse dimana kondisi setengah penduduk dunia terserang virus, R (Nicholas Hoult) adalah salah satu dari sekian banyak zombie yang berkeliaran di bandara. Ia tidak ingat siapa namanya, berapa umurnya, apa pekerjaannya, bahkan bagaimana ia bisa mati. Ia berusaha kembali menemukan sisi humanisnya, walaupun jelas tidak bisa karena insting berburu makannya lebih keras. Belum lagi adanya Bonies, semacam zombie tingkat lanjut yang tidak hanya memakan otak mangsanya, melainkan juga jantungnya yang berebut makanan dengan zombie. Ketika mencari ‘makan’ bersama sahabatnya M (Rob Corddory), saat itulah ia bertemu dengan Julie (Teresa Palmer), yang bersama kelompoknya sedang mencari persediaan obat, membuat R merasakan sesuatu yang berdenyut di dadanya. Sebuah insiden tak bisa terhindarkan ketika R harus menyerang tunangan Julie, Perry (Dave Franco) dan ia berusaha menyelamatkan Julie dari serangan kawan-kawan zombie-nya dengan membawanya ke kediamannya. Setelah bertemu Julie, R pelan-pelan berubah dan menemukan kembali sisi humanisnya. Namun bagaimanapun mereka adalah dua hal yang bertentangan yang sulit bersatu. Belum lagi kenyataan bahwa ayah Julie, General Grigio (John Malkovich) adalah pemimpin kelompok manusia yang akan melakukan apa saja untuk memberantas kaum zombie. Maka R dan Julie berusaha meyakinkan ayahnya sekaligus kabur dari kejaran Bonies yang mulai sadar akan perubahan R.


Sebuah cara yang unik dipilih oleh Jonathan Levine. Alih-alih bercerita dengan tokoh utama wanita (which is too mainstream), Levine memilih untuk menceritakan semuanya dari sudut pandang R, si zombie itu sendiri. Kita dibawa untuk menyelami isi pikiran seorang zombie, yang bahkan tidak pernah kita tahu apa yang dipikirkan oleh zombie sebelumnya. Hal ini menjadikan penjabaran kisah ini bertambah unik. Bukan mengedepankan interaksi keduanya sebagai pasangan, melainkan pendekatan dua pribadi yang bertentangan. Zombie-zombie juga digambarkan layaknya binatang buas yang tidak mengenal motif untuk menyerang mangsanya. Bahkan komunikasi keduanya tidak dipaksakan harus romantis, namun apa adanya layaknya korban dan pemangsa, sayangnya intensitasnya makin menurun dan berubah menjadi klise menjelang akhir. Humor-humor yang disajikan cukup menghibur dan tidak membosankan. Dan satu lagi, sepanjang film kita disuguhi lagu-lagu asyik yang beberapa tahun lalu sangat akrab di telinga kita, terutama generasi 90-an akan melonjak kegirangan lagu-lagu rock favorit mereka diputar. Meskipun begitu, saya yakin generasi sekarang juga akan menikmati lagu-lagu tersebut.

Di jajaran casting, Nicholas Hoult yang memerankan R berhasil menampilkan sosok zombie yang kaku sekaligus menyeramkan, walau bagaimanapun akan susah menyingkirkan imej adorable dari Hoult yang konon kabarnya kesulitan ketika memerankan R yang sama sekali tidak berkedip. Lawannya, Teresa Palmer, yang dalam beberapa adegan terlihat mirip Kristen Stewart, tidak memberikan penampilan spesial sebagai Julie. Walaupun begitu karakter Julie jauh terlihat lebih tangguh dibandingkan Bella. Sayangnya Hoult dan Palmer kurang mengeksplor chemistry mereka sebagai pasangan. Beberapa penampilan mereka memang lucu, namun hubungan keduanya nampak kurang kuat. Penampilan yang mencuri perhatian justru hadir dari Rob Corddory dan Analeigh Tipton yang lucu dan mengundang tawa, baik dari mimik wajah maupun dialog mereka. Sedangkan bintang besar John Malkovich sayangnya kurang mendapat porsi, sehingga penampilannya kurang tereksplor.


Secara keseluruhan, sulit untuk tidak membandingkan film ini dengan Twilight. Meskipun begitu, Warm Bodies tampil sebagai sebuah suguhan yang unik. Meski tidak sebesar Twilight, namun film yang merupakan adaptasi bebas dari kisah Shakespeare’s Romeo and Juliet ini tetap menarik karena memiliki porsi romance yang tidak berlebihan. This movie will make your body (and your heart) warm.

Rating: 7.5/ 10

No comments:

Post a Comment