Mar 22, 2013

A Good Day to Die Hard Review


"The things we do for our kids. Yippie-kai-yay, motherf*cker!"

How far did you know John McClaine? If you ask me that question, I would say ‘not much’. Saya tahu itu adalah karakter film yang sangat terkenal yang diperankan oleh Bruce Willis dalam empat film Die Hard. Tapi jujur saja, saya tidak pernah menyaksikan satu pun film Die Hard. Maka ketika orang-orang penasaran dengan seri kelima Die Hard ini, mau tidak mau saya ikut larut dalam euphoria ini. Bruce Willis yang sudah semakin uzur pun rupanya masih percaya diri untuk memerankan kembali karakter John McClaine yang memang banyak dikatakan orang ‘susah mati’. Kali ini, giliran John Moore yang duduk di kursi sutradara. Dan nampaknya, penonton pun masih suka dengan kelanjutan kisah Die Hard ini.

Tidak bertemu putranya selama bertahun-tahun membuat John McClaine (Bruce Willis) berusaha mencari informasi tentang anaknya Jack (Jai Courtney). Ketika mengetahui bahwa anaknya tengah ditahan karena terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan dan akan segera menjalani sidang, John segera berangkat ke Moscow untuk menebus dan membebaskan putranya tersebut. Setibanya di Moscow, John yang memang selalu berada di tempat yang salah di waktu yang salah, malah terlibat kejar-kejaran mobil bersama seorang narapidana, Komorov (Sebastian Koch). Sadar kalau dia tidak tahu apa-apa, Jack yang awalnya bersikap bermusuhan dengan ayahnya, akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya, karena bagaimanapun ayahnya sudah terlanjur terlibat dalam kasus ini.


Berada di tempat yang salah di waktu yang salah memang merupakan  salahsatu elemen dalam film Die Hard. Hal tersebut terjadi kembali dalam film ini. Seperti biasa, unsur action memang menjadi menu utama film ini. Mulai dari mobil hingga helikopter diledakkan di film ini. Bahkan kawasan Chernobyl pun dijadikan salahsatu latar setting. Semua adegan aksi harus diakui memang cukup memacu adrenalin. Namun pada akhirnya memang ceritalah yang menjadi unsur utama. Lalu apa masalah Die Hard? Ceritanya terlalu biasa. Bahkan sedikit twist yang diberikan oleh Skip Woods selaku penulis naskah, seakan menguap begitu saja tanpa arti. Karakter-karakternya pun seolah diciptakan forgettable, mulai dari protagonis maupun antagonis. Film ini nyaris terjerembab ke jenis brainless action movie. John Moore hanya mengedepankan aksi dan menyampingkan unsur cerita, padahal cerita adalah nyawa sebuah film. Seandainya ini bukan sekuel Die Hard dan pemerannya bukan Bruce Willis, entah apa penonton masih tertarik menyaksikannya.

Bruce Willis masih tampil sebagai John McClaine yang susah mati di usianya yang sudah uzur. Karakter John McClaine memang sudah melekat padanya, sehingga susah untuk membayangkan aktor lain memerankannya. Sedangkan Jai Courtney rupanya masih belum bisa menandingi pesona Bruce Willis. Chemistry yang ditampilkan keduanya sebagai ayah dan anak pun terasa lemah. Yah, memang keduanya memiliki hubungan yang kurang harmonis, chemistry yang terasa seperti bukan ayah dan anak, malah cenderung seperti buddy. Sebastian Koch yang tampil sangat lemah, baik fisik maupun aktingnya,  sedangkan Yuliya Snigir tampil sebagai penyegar adegan (bagi pria, sama seperti Jai Courtney bagi wanita). Selebihnya tidak ada yang spesial dari segi castingnya.


Sebagai non fans Die Hard, saya hanya menikmati action-nya yang luar biasa (dan wajah Jai Courtney). Selebihnya tidak. Sayang sekali, padahal film ini merupakan salahsatu bagian dari franchise film populer. Banyak yang bilang kalau seri kelima ini sebagai seri terlemah dalam deretan film Die Hard. Sayangnya saya belum bisa membuktikannya karena belum menonton keempat film pendahulunya. Last words, well, no need to think too much, just sit back, relax and enjoy the action. And please, don't expect too much.

Rating: 6.5/ 10

No comments:

Post a Comment