Mar 17, 2013

Hansel & Gretel: Witch Hunters Review

"One thing this job has taught me over the years: don't eat the f*cking candy!"
Berapa banyak kisah dongeng yang mengalami modifikasi maupun retelling oleh Hollywood? Banyak sekali. Ketika Hollywood mulai kehabisan ide, maka sasarannya adalah mengangkat dongeng anak-anak populer dengan sedikit unsur dewasa. Mulai dari Beastly yang merupakan adaptasi bebas dari Beauty and The Beast, Red Riding Hood yang dimodifikasi dengan unsur Twilight, Mirror Mirror dan Snow White and The Huntsman yang diadaptasi dari Snow White hingga kombinasi antara Jack the Beanstalk dan Jack the Giant Killer yang menjadi Jack and the Giant Slayer dan masih banyak lagi kisah dongeng yang rencananya akan diangkat ke layar lebar seperti Cinderella ataupun Maleficent yang merupakan adaptasi dari Sleeping Beauty. Begitu pula dengan Hansel and Gretel: Witch Hunter ini yang mengangkat kisah kakak beradik karangan Brothers Grimm.

Bersetting puluhan tahun setelah Hansel dan Gretel lolos dari jebakan rumah permen milik penyihir jahat seperti dongeng yang kita kenal, Hansel (Jeremy Renner) dan Gretel (Gemma Artenton) kini telah dewasa dan menjadi pemburu penyihir jahat bayaran. Seiring berjalannya waktu, Hansel dan Gretel semakin banyak membunuh penyihir jahat yang berdampak pada reputasi mereka sebagai pemburu penyihir yang paling hebat. Walaupun mereka bertarung dengan puluhan bahkan ratusan penyihir, mereka secara misterius tak pernah terkalahkan. Hingga suatu saat mereka berdua disewa oleh walikota Augsburg untuk membereskan masalah di kota, dimana terjadi penculikan atas anak-anak yang ternyata dilakukan oleh penyihir hitam Muriel (Famke Jansen). Rupanya Muriel berniat untuk mengorbankan anak-anak yang telah diculiknya di malam Blood Moon, sehingga para penyihir tidak mempan lagi dibakar. Dalam penyelidikan ini, Hansel dan Gretel harus bersaing dengan Sheriff Berringer (Peter Stormare) yang sama sekali tidak percaya dengan Hansel dan Gretel.



Sekilas mengenai sutradaranya, adalah Tom Wirkola, sutradara asal Norwegia yang sebelumnya telah membesut film Dead Snow, sebuah film zombie yang kabarnya penuh dengan kesadisan. Begitu pula dengan film ini, penuh dengan adegan kekerasan tingkat tinggi. Dirilis dengan rating R, yang berarti film ini khusus dewasa, film ini memang menampilkan violence and nudity yang tanpa disangka lulus sensor. Sebagai film dengan genre action fantasy, film ini cukup berhasil menunaikan tugasnya. Film ini hadir dengan adegan aksi yang sarat dengan kekerasan. Beragam adegan pertarungan, mulai dari senjata api hingga senjata tradisional, bahkan dengan tangan kosong, tampil dengan memukau dan berhasil memacu adrenalin. Pemanfaatan teknologi 3D yang walaupun secara keseluruhan tidak begitu terasa, namun dalam beberapa adegan berhasil menampilkan adegan pop-out yang cukup menghibur. Yang tak kalah mengerikan adalah berbagai kekerasan yang hadir di film ini, mulai dari hidung yang remuk hingga organ tubuh yang berceceran, membuat film ini seperti lepas dalam penceritaan gaya Wirkola. Nampak sekali bahwa Wirkola bersenang-senang ketika menggarap film ini. Setting waktu di film ini yang nampaknya sengaja dikaburkan mungkin membuat sebagian penonton bingung. Gaya sekaligus pemandangan yang ada terlihat klasik, namun senjata yang digunakan sangat modern (adanya penggunaan senjata api). Walaupun tidak terlalu mengganggu keseluruhan cerita, tapi sedikit banyak ini mempengaruhi pikiran penonton.

Dari segi casting, Jeremy Renner tidak menunjukkan suatu hal yang istimewa sebagai Hansel. Beruntung ia bisa menghadirkan sedikit chemistry dengan Gemma Artenton sebagai Gretel. Berbanding terbalik dengan Renner, Artenton disini tampil memukau, terutama dalam beberapa adegan aksinya. Entah memang Gretel memang mendapat porsi lebih dibanding Hansel atau Gemma Artenton yang berhasil mencuri perhatian, yang jelas Gretel lebih menonjol ketimbang Hansel. Famke Jansen pun tampil sedikit di atas rata-rata. Perannya sebagai Muriel terasa begitu menakutkan di beberapa scene awal film, walaupun semakin lama intensitasnya semakin berkurang. Selebihnya untuk aktor pendukung, tidak ada yang begitu sanggup mencuri perhatian.


Hansel and Gretel: Witch Hunter memang sebuah film hiburan, tidak lebih. Tom Wirkola berani keluar jalur dan bersenang-senang dalam film ini. Hasilnya adalah film yang tidak tanggung, terlebih dari segi violence-nya. As an entertainment, this movie successfully finishes its job, to entertain. Kalau mencari sebuah tontonan yang serius, lupakan film ini. But if you wanna have fun and watch movie without really thinking, you should try this movie. I think it’s still worth it. And you better not watch it with kids, because it contains violence and nudity. Yeah, nudity. Well you shouldn't think, just enjoy it.

Rating: 6.5/ 10

No comments:

Post a Comment