Mar 22, 2013

Silver Linings Playbook Review

"There's always gonna be a part of me that's slutty and dirty but I like that with all the other parts of myself"
Cinta adalah suatu hal yang tak kasat mata yang selalu menarik untuk dibahas. Mulai dari cinta monyet hingga cinta kakek-nenek, selalu menarik untuk dibahas. Namun bagaimana jika dua karakter yang mengalami ketertarikan antara satu dan lainnya ini adalah dua orang yang rapuh secara psikologis? Kisah inilah yang coba diangkat ke layar lebar. Karya teranyar dari David O. Russel yang pada tahun 2010 sukses dengan The Fighter yang mengantarkan Christian Bale ke Piala Oscar, juga mengangkat kisah cinta. Film ini juga bisa dibilang unggul karena telah memenangkan penghargaan Audience Award di Toronto International Film Festival. Curious? I am. Apalagi bisa dibilang saya adalah fans berat Jennifer Lawrence.

Pat Solatano Jr. (Bradley Cooper) adalah pria yang didiagnosa menderita bipolar disorder setelah melihat perselingkuhan istrinya dengan rekan kerjanya dan nyaris membunuh ‘teman selingkuh’ istrinya. Setelah delapan bulan menjalani ‘treatment’ di sebuah rumah sakit jiwa, ia dibebaskan dengan jaminan oleh ibunya dan mendapat pengawasan. Keluarga Pat sendiri juga bukan keluarga yang sempurna karna ayahnya, Pat Solatano Sr. (Robert De Niro) menderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Mengaku masih memiliki rasa terhadap Nikki istrinya, Pat berusaha sebaik mungkin untuk sembuh, mulai dari jogging dan membaca buku-buku kesukaan Nikki. Ia percaya bahwa akan menemukan 'silver linings' dan bisa mengembalikan Nikki ke sisinya. Ketika diundang oleh kawan lamanya, Ronnie (John Ortiz) dan istrinya Veronica (Julia Stiles), untuk makan malam, Pat bertemu dengan Tiffany (Jennifer Lawrence) seorang janda yang juga mengalami psychological damage setelah ditinggal mati suaminya. Mereka berdua membuat kesepakatan, yakni Tiffany akan membantu memberikan surat-surat Pat kepada Nikki, asal Pat berjanji untuk menjadi partner dansanya dan mengikuti kompetisi dansa local. Sama-sama rapuh karena masa lalu, dua pribadi ini menjalani hubungan yang unik ketika mereka juga dihadapkan oleh sebuah taruhan besar yang melibatkan seluruh harta keluarga Solatano.



Film ini sebenarnya bisa dibilang sebuah cerita biasa, andai karakter-karakternya tidak memiliki kerumitan di setiap pribadinya. Bagaimana dua orang yang sama-sama rapuh, yang juga dikelilingi oleh pribadi yang unik, maka akan menjadi sebuah cerita yang menarik. Hal itulah yang membuat cerita film ini istimewa. Diangkat dari novel berjudul sama karya Matthew Quick, David O. Russel yang memegang posisi director and scriptwriter mampu menggali emosi dari masing-masing karakter untuk ditampilkan dalam adegan-adegan yang lucu sekaligus lugas. Tidak perlu efek yang luar biasa, cukup interaksi antar karakter yang memang unik diiringi dialog-dialog yang cerdas, membuat film ini menjadi sajian yang manis tanpa ada sedikitpun rasa bosan ketika menikmatinya.

Karakter yang unik tentunya bukan apa-apa tanpa pemeran yang memiliki kualitas. Beruntung film ini dibanjiri dengan performer yang luar biasa. Ada Bradley Cooper, yang keluar dari jalur aktingnya yang biasa, tampil sangat luar biasa sebagai Pat yang mentally vulnerable namun meledak-ledak. I never thought that Bradley Cooper could give such a brilliant performance . Di sisi lainnya, Jennifer Lawrence tampil sangat-sangat memukau sebagai Tiffany, janda yang bitchy dan hobi berbicara apa adanya. Aktris yang sudah mengantongi satu nominasi Oscar ini bermain dengan sangat luwes, apalagi ketika adegan adu argumentasi, baik dengan Bradley Cooper maupun Robert De Niro. Jennifer Lawrence menunjukkan kemampuan terbaiknya. Di usianya yang masih tergolong muda, ia mampu memerankan karakter yang usianya jauh lebih tua. Di jajaran supporting cast, ada Robert De Niro masih memiliki kekuatan akting yang mempesona sebagai ayah Pat. Sedangkan Jacki Weaver juga bermain apik sebagai ibu Pat, Dolores yang harus banyak bersabar menghadapi keluarganya. Bahkan tanpa diduga, Chris Tucker yang cenderung annoying di trilogi Rush Hour, bahkan bermain bagus sebagai teman Pat, Danny yang sama-sama ‘menginap’ di rumah sakit jiwa.


Silver Linings Playbook adalah sebuah film drama romantis yang unusual, bahwa setiap orang layak mendapat kesempatan kedua untuk mencintai, betapapun untuk pribadi yang kondisi jiwanya unstable. Jangan heran jika film ini jadi kandidat kuat Oscar, karena memang film ini layak mendapat penghargaan. Film ini punya cerita bagus, karakter yang unik, dialog yang lugas dan akting yang luar biasa kuat. So what else do you need? This brilliant movie will simply make your heart warm.

Rating: 9/ 10

No comments:

Post a Comment