Mar 16, 2013

Gangster Squad Review


"There are two things you can't take back on this job: bullets out of your gun and words out of your mouth"
Puluhan tahun lalu, The Godfather dirilis dan masih memukau hingga saat ini. Film yang berkisah tentang keluarga mafia ini masih tetap menjadi favorit banyak orang. Setelah kesuksesan The Godfather, banyak bermunculan film-film sejenis, mulai dari Once Upon a Time in America, Goodfellas, Untouchables,  hingga L.A Confidential. Era 80-an dan 90-an merupakan era kejayaan film dengan tema mafia. Sebagian besar film tersebut memiliki tingkat kualitas yang sudah diakui. Rupanya Ruben Fleischer ingin mengembalikan kejayaan film gangster sehingga menghadirkan film yang bertaburan bintang-bintang ternama ini. Penundaan rilis karena adanya adegan penembakan di bioskop yang sedikit banyak mengingatkan pada insiden Aurora, sehingga membuat Warner Bros mengundur jadwal rilis dari September 2012 ke Januari 2013 untuk menghapus adegan tersebut membuat penonton kembali harus menunggu untuk menyaksikan film ini. Tidak bisa dipungkiri, banyak yang menaruh harapan pada film ini.

Dikisahkan pada tahun1949, Mickey Cohen (Sean Penn), seorang bos mafia sekaligus mantan petinju yang menguasai kota Brooklyn. Usaha kotor yang dijalani dari perjudian, penjualan narkoba hingga prostitusi membuatnya memperoleh keuntungan yang besar dan ditakuti oleh sebagian besar penduduk. Bahkan  para penegak hukum pun mampu disuap oleh Cohen sehingga tidak ada yang berani memenjarakannya. Ketika Chief Parker (Nick Nolte) sudah muak dengan segala tingkah laku Mickey Cohen, ia memerintahkan John O’Mara (Josh Broslin), seorang polisi yang jujur dalam memberantas kejahatan, untuk membentuk sebuah tim yang bertujuan untuk menjatuhkan kekuasaan Cohen secara gerilya. Maka O’Mara pun meminta Jerry Wooters (Ryan Gosling), Conway Keller (Giovanni Ribisi), Max Kennard (Robert Patrick), Coleman Harris (Anthony Mackie) dan Navidad Ramirez (Michael Pena) untuk bergabung dengannya dan membentuk Gangster Squad untuk pelan-pelan menghancurkan berbagai macam bisnis Cohen. Masalah bertambah ketika Wooters jatuh hati kepada Grace Faraday (Emma Stone) which is Cohen's girl.


Melihat jajaran cast yang mentereng di posternya, ditambah lagi trailernya yang menjanjikan, mau tidak mau sedikit banyak akan mengingatkan kita ke masa-masa kejayaan film mafia dimana sebagian besar film-film dengan intrik serupa biasanya punya kualitas yang bagus, mengingat film bertema gangster sudah sangat jarang diproduksi akhir-akhir ini. Apalagi ada Ryan Gosling  yang tahun lalu bermain gemilang di The Ides of March dan juga Drive, maka rasanya sulit untuk tidak memasang ekspektasi yang tinggi. Namun sayangnya film ini jauh memiliki kualitas yang jauh di bawah pendahulunya. Mungkin harusnya saya mempertimbangkan Ruben Fleischer yang sebelumnya menghasilkan film Zombieland yang sarat akan unsur komedi. Begitu pulalah yang terjadi di Gangster Squad. Film ini dihujani jokes yang entah kenapa terasa berlebihan. Padahal setengah jam awal film terlihat menjanjikan dengan kekejaman-kekejaman khas mafia yang tak kenal rasa kasihan. Namun makin lama film ini terasa semakin lama-semakin mengendur dan dapat ditebak. Script-nya sendiri  memang tidak luar biasa. Alur ceritanya  ringan dan tidak bertele-tele. Good versus evil. Tapi jokes non sense-lah yang malah membuat film ini seperti kehilangan ketajamannya. Tensi ketegangan baru terasa kental ketika gunfight head-to-head antara John O’Mara dan Mickey Cohen dalam adegan puncaknya. Beruntung, sinematografi film ini cukup mengobati luka karena kombinasi antara humor dan violence yang ridiculous. Dion Beebe, an Oscar winner in Best Cinematography, memberikan penampilan visual yang sangat eye-catching, walaupun tidak begitu impresif.   

Jajaran cast yang luar biasa pun rasanya tersia-siakan begitu saja. Padahal Sean Penn telah menampilkan kemampuannya sebagai Mickey Cohen yang kejam, walaupun ekspresinya seringkali terlihat aneh dibanding mengerikan. Josh Broslin mampu tampil baik dengan ekspresinya yang kesannya tidak kenal rasa humor. Yang mengecewakan malah Ryan Gosling yang sepertinya membuang-buang waktunya di film ini. Sebanyak apapun humor yang dimuntahkan Ryan Gosling dari bibir menawannya itu, sedikitpun tidak ada yang mampu membuat saya tertawa, yang ada malah membuat saya tersenyum sinis. Emosinya juga seolah tertahan sehingga aktingnya terasa hambar. Begitu pula dengan Emma Stone yang sama flat-nya. Chemistry apik yang sebelumnya pernah mereka tampilkan dalam Crazy, Stupid, Love malah terasa kurang kuat di film ini. Pesona keduanya which usually amaze me, malah tidak berefek apa-apa. Kalaupun ada karakter yang unik, mungkin itu adalah karakter penembak jitu yang diperankan oleh Robert Patrick. Sisanya tidak begitu istimewa.

 
Gangster Squad hadir sebagai sebuah sajian baru dalam film bertema gangster di tengah gencarnya remake, reboot dan sekuel yang dihadirkan Hollywood. Sebuah usaha yang patut diapresiasi, walaupun sayangnya film ini kurang maksimal sehingga hasilnya cukup mengecewakan dan sangat jauh dibandingkan film-film gangster yang sudah melegenda. Gangster Squad menjadi sebuah sajian ringan dan lagi-lagi harus sekedar melintas di ingatan penonton.  

Rating: 6,8/10

No comments:

Post a Comment