Mar 16, 2013

Les Miserables Review


"I had dream my life would be so different from this hell I'm living"
Setelah tahun 2011 berhasil membawa sebuah piala Oscar kategori Best Director untuk film The King’s Speech, kali ini Tom Hooper mencoba sesuatu yang baru, film musikal. Kali ini giliran Les Miserables yang kisahnya sudah dikenal dunia melalui panggung Broadway. Kisah yang diangkat dari novel Victor Hugo ini dari judulnya saja sudah terbaca, yakni tentang orang-orang yang menderita. Selain kisahnya yang sudah mendunia, dukungan kasting yang luar biasa mentereng membuat film ini jelas rasanya sayang untuk untuk dilewatkan. Dengan Tom Hooper sebagai sutradara dan jajaran cast-nya, sudah pasti film musikal kaliber Oscar  ini akan menarik minat penonton.

Jean Valjean (Hugh Jackman) adalah seorang narapidana yang menerima hukuman 20 tahun penjara karena mencuri sebongkah roti untuk keponakannya yang kelaparan. Inspektur Javert (Russel Crowe) tidak pernah percaya pada Valjean, sehingga berjanji akan terus mengawasi Valjean. Valjean sendiri lelah sehingga ia memutuskan untuk memulai hidup baru sebagai seorang walikota. Saat itulah ia bertemu Fantine (Anne Hathaway), seorang buruh pabrik yang dipojokkan oleh rekan kerjanya karena memiliki anak. Dipecat, Fantine memilih menjual rambutnya bahkan dirinya untuk bisa terus menghidupi anaknya. Dalam penderitaan inilah, Valjean berjanji kepada Fantine yang sekarat untuk menjemput anaknya dan mengurusnya. Memenuhi janjinya, Valjean menjemput Cosette, putri Fantine dari Monsieur and Madame Thenadier (Sacha Baron-Cohen dan Helena Bonham Carter), sepasang suami istri licik yang selama ini mengurus Cosette. Bertahun-tahun berlalu, Cosette (Amanda Seyfried) tumbuh menjadi gadis cantik yang akhirnya memikat hati Marius (Eddie Redmayne), seorang pemuda pemberontak yang menuntut kebebasan. Padahal diam-diam Eponine (Samantha Barks), putri dari Monsieur and Madame Thenadier  menyimpan perasaan yang mendalam pada Marius sejak lama. Ketika Valjean menyadari bahwa Marius jatuh cinta pada Cosette, ia berusaha menyelamatkan pemuda tersebut dari perang demi kebahagiaan putrinya. 


Film ini bukan film akan mudah dinikmati setiap orang. Bukan karena ceritanya yang sulit dicerna, namun karena ini adalah film musikal yang punya durasi sangat panjang yang sangat-sangat minim dialog. Maka jika Anda bukan penikmat film musikal, back off! This movie is definitely not for you. Tapi jika Anda adalah musical die-hard fans, you better prepare a box of tissue, because this movie might make you shed tears. Film ini adalah film musikal yang penuh emosi dengan lagu-lagunya yang telah lebih dulu melegenda. Tanpa menyisakan sedikit pun ruang untuk dialog, film ini menyampaikan kisahnya melalui lagu, baik lagu orisinilnya maupun lagu aransemen baru. Meskipun terkesan lambat, namun film ini mampu membuat penonton bertahan di kursinya. Walupun sempat terasa sedikit mengendur ketika mendekati akhir film, namun lagu Epilogue yang dinyanyikan oleh seluruh cast menutup film ini berhasil mengembalikan tensinya ke semula. Metode baru yang digunakan Tom Hooper juga rupanya sangat berhasil. Biasanya lagu-lagu direkam sebelumnya kemudian para pemain berakting sekaligus lipsync, maka pada saat syuting film ini, para pemain diminta untuk bernyanyi secara live ketika pengambilan gambar, sehingga ekspresi yang diinginkan benar-benar diperoleh.

Yang menjadi ujung tombak film ini adalah jajaran cast-nya yang memukau. Hugh Jackman tampil sangat-sangat baik dengan performanya yang luar biasa. Sebagai ujung tombak cerita, Pemenang Tony Awards yang juga pernah unjuk suara ketika menjadi host Oscar ini mampu tampil prima dari awal hingga akhir film. Di sisi lain, mungkin Russel Crowe kurang kuat untuk mengimbangi Hugh Jackman, namun bagi saya performanya cukup baik di luar kemampuan menyanyinya yang menurut pendapat orang ‘kurang bagus’. Bagi saya Russel Crowe tampil tidak buruk, suaranya juga baik-baik saja sebenarnya, namun bintang-bintang lain nampaknya lebih bersinar ketimbang dirinya. Begitu pula dengan Eddie Redmayne, aktor muda bermasa depan cerah karena pandai memilih peran yang turut menyumbangkan suaranya. Turut serta Amanda Seyfried yang hadir dengan suara tingginya yang melantun disertai paras cantiknya melengkapi film ini. Sedangkan pendatang baru Samanth Barks yang memang sebelumnya juga berperan sebagai Eponine dalam Les Miserables Concert: The 25th Anniversary walaupun kehadirannya tidak lama, namun sanggup memberi kesan. Belum lagi pasangan Sacha Baron Cohen dan Helena Bonham Carter yang pandai memainkan ekspresi mereka, satu-satunya yang berhasil mengundang tawa di sepanjang film. Belum lagi jajaran supporting cast yang mampu dimainkan sangat baik. Namun, penampilan yang paling mengkilap adalah none other than Miss Hathaway herself. Nyanyiannya dalam lagu ‘I Dreamed a Dream’ yang melegenda is really a breath-taking moment. Her voice was cracking while singing it. Ekspresinya luar biasa menyayat hati, sehingga walaupun tampil sangat singkat, itu adalah penampilan yang luar biasa mempesona. Maka yang dapat saya katakan adalah, rangkaian casting dalam film ini (beserta lagu yang mereka nyanyikan) mampu menutupi kekurangan film ini


Les Miserables memang merupakan sebuah film yang berkesan bagi penggemar film musikal. Bagai memindah panggung Broadway ke dalam potongan-potongan adegan di layar, Tom Hooper bisa dibilang sukses menampilkan legenda dan menciptakan legenda lainnya. An outstanding musical that will stay forever in mind.

Rating: 9/ 10

No comments:

Post a Comment