Mar 30, 2013

Oz the Great and Powerful Review

"I don't want to be a good man, I want to be a great one"
If you hear a word ‘Oz’, what would be crossed in your mind? The Wizard of Oz, film Judy Garland yang dirilis tahun 1939 yang masih disukai orang hingga sekarang? That makes sense, mengingat betapa legendarisnya film tersebut. Lalu ketika prekuel untuk film ini dibuat, orang-orang memasang ekspektasi tinggi. Lihat saja, ada nama James Franco, Rachel Weisz, Michelle Williams dan Mila Kunis, tampil dalam satu film! Belum lagi nama yang luar biasa terkenal di balik suksesnya Trilogi Spider-Man, Sam Raimi. Maka wajar rasanya kalau orang menaruh ekspektasi yang besar. Sedangkan saya yang, yeah it’s a shame, belum pernah nonton The Wizard of Oz yang klasik itu, hanya ingin mencari hiburan sekaligus menyaksikan jajaran bintang film kelas A yang menjejali film ini. Bayangkan, berapa banyak sih film yang bisa mengumpulkan Weisz, Williams dan Kunis dalam satu film? plus bonus James Franco? dan sutradara Sam Raimi? 

Oscar ‘Oz’ Diggs (James Franco) adalah seorang penipu yang menyamar sebagai tukang sulap dalam sebuah rombongan sirkus. Oscar mengecoh dan memperalat gadis-gadis untuk menjadi asistennya. Akhirnya Oscar memperoleh masalah dari tingkah lakunya dan melarikan diri dengan balon udara. Sialnya, balon udara yang dinaiki Oscar tersapu badai tornado dan membawanya ke Negeri Oz yang luar biasa unik. Disinilah Oscar bertemu dengan Theodora (Mila Kunis) yang percaya bahwa Oscar adalah seorang penyihir yang dapat melawan evil witch dan mengembalikan kedamaian di Negeri Oz sesuai ramalan. Oscar dibawa ke Emerald City dan bertemu dengan Evanora (Rachel Weisz), kakak Theodora. Evanora mengiming-imingi Oscar dengan harta dan tahta di Negeri Oz apabila ia mampu membunuh evil witch. Oscar yang pada dasarnya memang seorang con man tertarik sekaligus khawatir karena dia jelas bukan seorang penyihir, melainkan hanya seorang tukang sulap. Maka bersama Finley, monyet terbang yang menjadi asistennya (disuarakan oleh Zach Braff) dan China Girl yang kehilangan keluarganya (disuarakan oleh Joey King), Oscar melakukan perjalanan mencari evil witch. Alih-alih bertemu dengan evil witch, mereka bertemu dengan Glinda (Michelle Williams), the good witch from south yang malah menuduh Evanora sebagai evil witch. Lalu manakah yang harus dipercayai Oscar?

 

Dalam durasi 130 menit, Oz the Great and Powerful memang merupakan sebuah perjalanan visual yang luar biasa. Di kurang lebih 20 menit awal film, Sam Raimi menggunakan format hitam putih untuk menambah kesan klasik sekaligus penghormatan kepada film-film klasik. Memasuki dunia Oz, kita akan disuguhi warna-warni dunianya. Ya, Oz memang seperti dunia Wonderland-nya Alice. Disisipi berbagai karakter klasik dari dongeng Oz seperti Munchkin, atau jalanan legendaris Yellow Brick, membuat penonton tidak melupakan awal mula bagaimana film ini dibuat, yakni dongeng klasik karya L. Frank Baum. Visual effect yang digunakan Raimi terbukti sangat efektif menghasilkan gambar-gambar indah. Pemanfaatan teknologi 3D-nya juga maksimal. Bahkan opening credit film ini saja sudah membuat kagum. Diiringi music scoring dari Danny Elfman yang kental dengan aroma fantasi, entah kenapa rasanya seperti menonton film-film Burton (is it just me or people else feel the same?). Sayangnya keindahan visual ini tidak sebanding dengan ceritanya yang bisa dibilang standar. Yah, ini memang film keluarga. Tidak ada twist yang luar biasa dan tidak ada kejutan (meskipun identitas evil witch pada mulanya dibuat kabur). Semuanya mudah ditebak. Beruntung naskah yang ditulis oleh Mitchell Kapner dan David Lindsay-Abaire masih layak dan humor-humor yang disajikan (sepintas humornya terasa seperti Spider-Man 3) tidak garing dan tetap mengundang tawa.

Nama-nama besar yang menghiasi posternya yang menjadi daya tarik untungnya bermain baik, tapi tidak luar biasa. James Franco berhasil tampil klasik sebagai Oscar Diggs yang manipulatif. Penampilannya disini sedikit banyak mengingatkan ketika ia menjadi Harry Osborn yang lupa ingatan dengan senyum goofy-nya. Michelle Williams yang biasanya tampil dengan akting luar biasa, kali ini mengurangi intensitas aktingnya menjadi Glinda. Pun begitu dengan Mila Kunis sebagai Theodora yang wajah cantiknya sebesar layar bioskop mungkin bisa membuat para pria gelisah, juga tidak memberikan akting standar. Kalau ada yang tampil sedikit di atas rata-rata, mungkin itu adalah Rachel Weisz yang memberikan kualitas akting setingkat di atas teman-temannya dalam sosok Evanora yang bahkan dari cara menatapnya kita sudah tahu siapa dia. Karakter Finley dan China Girl yang disuarakan oleh Zach Braff dan Joey King beruntung cukup menarik perhatian dan amat sangat menghibur. Kombinasi antara karakter yang menghibur ditambah visualnya yang menarik (serta bonus paras aktrisnya) sedikit banyak menambah poin film ini. 

 
Singkat cerita, Oz the Great and Powerful berhasil menghadirkan sebuah prekuel apik dari sebuah dongeng klasik The Wizard of Oz. Dengan visual yang luar biasa memanjakan mata (apalagi 3D), film ini berhasil menghibur. Namun selebihnya film ini tidak menjanjikan apa-apa, murni hanya sebuah kisah petualangan yang menghibur yang cocok ditonton bersama keluarga.  So for those who needs some fresh visual that will give fresh air to your eyes, be sure not to miss this one. Don’t think to much, just enjoy the journey between good vs. evil.

Rating: 7.5/ 10

No comments:

Post a Comment