Mar 30, 2013

Oz the Great and Powerful Review

"I don't want to be a good man, I want to be a great one"
If you hear a word ‘Oz’, what would be crossed in your mind? The Wizard of Oz, film Judy Garland yang dirilis tahun 1939 yang masih disukai orang hingga sekarang? That makes sense, mengingat betapa legendarisnya film tersebut. Lalu ketika prekuel untuk film ini dibuat, orang-orang memasang ekspektasi tinggi. Lihat saja, ada nama James Franco, Rachel Weisz, Michelle Williams dan Mila Kunis, tampil dalam satu film! Belum lagi nama yang luar biasa terkenal di balik suksesnya Trilogi Spider-Man, Sam Raimi. Maka wajar rasanya kalau orang menaruh ekspektasi yang besar. Sedangkan saya yang, yeah it’s a shame, belum pernah nonton The Wizard of Oz yang klasik itu, hanya ingin mencari hiburan sekaligus menyaksikan jajaran bintang film kelas A yang menjejali film ini. Bayangkan, berapa banyak sih film yang bisa mengumpulkan Weisz, Williams dan Kunis dalam satu film? plus bonus James Franco? dan sutradara Sam Raimi? 

Belenggu Review


 

"Mimpi itu datang lagi..."

Perfilman Indonesia bisa dibilang sedang produktif-produktifnya. Dalam setahun, ada ratusan film yang dirilis. Sayangnya tidak semuanya berkualitas. Kebanyakan film memiliki kualitas ecek-ecek kalau tidak mau dibilang jelek. Apalagi genre komedi horor yang makin lama kualitasnya makin rendah. Selain itu, genre populer film Indonesia yang sering menghiasi bioskop adalah drama, romance dan komedi. Jarang ada film Indonesia dengan genre di luar itu. Maka ketika teaser poster Belenggu dirilis dengan tulisan 'A Thriller From Upi', maka rasanya ada secercah harapan, karena film Indonesia bergenre thriller sangat sedikit yang berkualitas. Dan jika melihat dari filmography Upi, rasanya tidak adil jika men-judge film ini lebih awal tanpa menontonnya.

I know what you did in movie theater


Bioskop memang tempat umum untuk menonton. Tapi tempat umum bukan berarti kita sebebas-bebasnya bertingkah semau kita. Justru kita harus bisa bersikap supaya menghargai orang lain yang sama-sama nonton. Ada banyak sekali penonton-penonton di Indonesia yang tidak tahu kode etik menonton yang baik dan benar. Kadang kita gak sadar kalau kita sudah jadi penonton yang buruk. Saya punya banyak sekali pengalaman soal nonton film. Mulai dari nonton bareng tapi ada yang gak disiplin waktu, penonton yang tukang komentar ataupun penonton yang lebay. Tipe-tipe penonton yang annoying seperti ini yang sangat mengganggu kita-kita yang cuma pengen duduk anteng di bioskop dan nikmatin film. Berikut saya bagikan tipe penonton yang super duper annoying buat saya:

Mar 28, 2013

Warm Bodies Review

'

"What's wrong with me? I just want to connect. Why can't I connect with people? Oh, right, it's because I'm dead"
Lima tahun kita sudah disuguhi kisah cinta terlarang antara vampir dan manusia, dan ketika franchise film tersebut berakhir, Summit berusaha mencari pengganti sumber uang mereka. Maka tahun ini Summit merilis film yang diangkat dari novel karya Isaac Marion yang berjudul Warm Bodies. Kalau Twilight berkisah antara cinta manusia dan vampire, Warm Bodies mengangkat kisah zombie-manusia. Huh? Seriously? Zombie? Yep, it is. Banyak orang mencibir lebih dulu, karena berbeda dengan vampire yang memang sering ditampilkan sebagai sosok yang memiliki sex appeal tinggi (seperti yang ditampilkan Bram Stoker’s Dracula, From Dusk Till Dawn hingga True Blood Series), zombie justru tampil sebaliknya. Lusuh, bau busuk, bahkan tidak bisa berpikir dan hanya bisa menggeram, karena dasarnya memang mayat hidup. Lalu apa sih yang coba ditampilkan oleh Jonathan Levine yang sebelumnya pernah membesut All The Boys Love Mandy Lane dan 50/50 ini? 

Mar 23, 2013

Django Unchained Review


"Gentlemen, you had my curiosity. But now you have my attention"
Quentin Tarantino menjadi semacam salahsatu nama sutradara yang punya penggemar tersendiri. Semenjak Reservoir Dogs kemudian dilanjutkan dengan Pulp Fiction yang menjadi cult, publik mengenal nama Tarantino sebagai seorang sutradara dengan karya-karya yang unik dan berbeda dengan kebanyakan film. Sebagian besar film yang disutradarainya adalah film yang ide ceritanya datang dari buah pikirannya yang ia tuangkan ke dalam sebuah naskah. Salahsatu ciri khasnya adalah ia tidak pernah segan menumpahkan kekerasan dalam filmnya. Lihat saja mulai dari Reservoir Dogs, Pulp Fiction, Kill Bill Vol. 1 & 2, Grindhouse (kerja sama dengan sahabatnya Robert Rodriguez) hingga Inglorious Basterds, semuanya  memiliki tingkat violence yang tidak biasa. Namun setiap karyanya yang unik tersebut tetap mampu menarik minat penonton maupun kritikus. Begitu pula dengan karya teranyar Tarantino, Django Unchained, yang mulai dari proses pra produksinya sudah mendapat banyak sorotan.

Mar 22, 2013

Argo Review



"Sir, exfils are like abortions. You don't wanna need one. But when you do, you don't do it yourself"

Bertahun-tahun lalu orang mengenal Ben Affleck sebagai seorang aktor. Berpuluh-puluh film sudah ia bintangi, seperti Armageddon, Pearl Harbor, Paycheck hingga Daredevil. Bahkan ia pernah terjerembab dalam film buruk semacam Gigli. Nominasi Razzie untuk worst actor of the decade ia raih, padahal ia pernah memenangkan Oscar kategori Best Original Screenplay untuk naskah film Good Will Hunting yang ia tulis dan bintangi bersama sahabatnya, Matt Damon. Namun segala kritik negatif rupanya malah membuat Ben Affleck semakin kuat. Tahun 2007 ia duduk sebagai sutradara film Gone Baby Gone, dilanjutkan dengan The Town pada tahun 2010. Kedua film tersebut mendapat sambutan yang positif baik dari kritikus maupun penonton. Bahkan kredit khusus ditujukan kepada Ben Affleck selaku sutradara. Maka dunia pun mulai mengakui Ben Affleck sebagai sutradara handal. Tahun 2012 ia kembali menyutradarai fim berjudul Argo, yang sudah menghantarkan banyak penghargaan sutradara terbaik untuknya dalam ajang Golden Globe dan BAFTA. Sayangnya ia tidak memperoleh nominasi untuk kategori sutradara terbaik di Oscar. Banyak yang tidak setuju dengan keputusan AMPAS yang meng-snub Ben Affleck.

Silver Linings Playbook Review

"There's always gonna be a part of me that's slutty and dirty but I like that with all the other parts of myself"
Cinta adalah suatu hal yang tak kasat mata yang selalu menarik untuk dibahas. Mulai dari cinta monyet hingga cinta kakek-nenek, selalu menarik untuk dibahas. Namun bagaimana jika dua karakter yang mengalami ketertarikan antara satu dan lainnya ini adalah dua orang yang rapuh secara psikologis? Kisah inilah yang coba diangkat ke layar lebar. Karya teranyar dari David O. Russel yang pada tahun 2010 sukses dengan The Fighter yang mengantarkan Christian Bale ke Piala Oscar, juga mengangkat kisah cinta. Film ini juga bisa dibilang unggul karena telah memenangkan penghargaan Audience Award di Toronto International Film Festival. Curious? I am. Apalagi bisa dibilang saya adalah fans berat Jennifer Lawrence.

A Good Day to Die Hard Review


"The things we do for our kids. Yippie-kai-yay, motherf*cker!"

How far did you know John McClaine? If you ask me that question, I would say ‘not much’. Saya tahu itu adalah karakter film yang sangat terkenal yang diperankan oleh Bruce Willis dalam empat film Die Hard. Tapi jujur saja, saya tidak pernah menyaksikan satu pun film Die Hard. Maka ketika orang-orang penasaran dengan seri kelima Die Hard ini, mau tidak mau saya ikut larut dalam euphoria ini. Bruce Willis yang sudah semakin uzur pun rupanya masih percaya diri untuk memerankan kembali karakter John McClaine yang memang banyak dikatakan orang ‘susah mati’. Kali ini, giliran John Moore yang duduk di kursi sutradara. Dan nampaknya, penonton pun masih suka dengan kelanjutan kisah Die Hard ini.

Mar 17, 2013

Hansel & Gretel: Witch Hunters Review

"One thing this job has taught me over the years: don't eat the f*cking candy!"
Berapa banyak kisah dongeng yang mengalami modifikasi maupun retelling oleh Hollywood? Banyak sekali. Ketika Hollywood mulai kehabisan ide, maka sasarannya adalah mengangkat dongeng anak-anak populer dengan sedikit unsur dewasa. Mulai dari Beastly yang merupakan adaptasi bebas dari Beauty and The Beast, Red Riding Hood yang dimodifikasi dengan unsur Twilight, Mirror Mirror dan Snow White and The Huntsman yang diadaptasi dari Snow White hingga kombinasi antara Jack the Beanstalk dan Jack the Giant Killer yang menjadi Jack and the Giant Slayer dan masih banyak lagi kisah dongeng yang rencananya akan diangkat ke layar lebar seperti Cinderella ataupun Maleficent yang merupakan adaptasi dari Sleeping Beauty. Begitu pula dengan Hansel and Gretel: Witch Hunter ini yang mengangkat kisah kakak beradik karangan Brothers Grimm.

Mar 16, 2013

Les Miserables Review


"I had dream my life would be so different from this hell I'm living"
Setelah tahun 2011 berhasil membawa sebuah piala Oscar kategori Best Director untuk film The King’s Speech, kali ini Tom Hooper mencoba sesuatu yang baru, film musikal. Kali ini giliran Les Miserables yang kisahnya sudah dikenal dunia melalui panggung Broadway. Kisah yang diangkat dari novel Victor Hugo ini dari judulnya saja sudah terbaca, yakni tentang orang-orang yang menderita. Selain kisahnya yang sudah mendunia, dukungan kasting yang luar biasa mentereng membuat film ini jelas rasanya sayang untuk untuk dilewatkan. Dengan Tom Hooper sebagai sutradara dan jajaran cast-nya, sudah pasti film musikal kaliber Oscar  ini akan menarik minat penonton.

Gangster Squad Review


"There are two things you can't take back on this job: bullets out of your gun and words out of your mouth"
Puluhan tahun lalu, The Godfather dirilis dan masih memukau hingga saat ini. Film yang berkisah tentang keluarga mafia ini masih tetap menjadi favorit banyak orang. Setelah kesuksesan The Godfather, banyak bermunculan film-film sejenis, mulai dari Once Upon a Time in America, Goodfellas, Untouchables,  hingga L.A Confidential. Era 80-an dan 90-an merupakan era kejayaan film dengan tema mafia. Sebagian besar film tersebut memiliki tingkat kualitas yang sudah diakui. Rupanya Ruben Fleischer ingin mengembalikan kejayaan film gangster sehingga menghadirkan film yang bertaburan bintang-bintang ternama ini. Penundaan rilis karena adanya adegan penembakan di bioskop yang sedikit banyak mengingatkan pada insiden Aurora, sehingga membuat Warner Bros mengundur jadwal rilis dari September 2012 ke Januari 2013 untuk menghapus adegan tersebut membuat penonton kembali harus menunggu untuk menyaksikan film ini. Tidak bisa dipungkiri, banyak yang menaruh harapan pada film ini.

Mar 15, 2013

The Impossible Review


"Close your eyes, think of something nice"
Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 di Asia Tenggara merupakan salahsatu bencana terbesar yang pernah terjadi di muka bumi. Bencana yang menelan ratusan ribu korban jiwa ini tentunya meninggalkan luka mendalam bagi sebagian besar penduduk dunia yang kehilangan, termasuk Indonesia. Tsunami yang menyapu beberapa negara di Asia ini memiliki banyak kisah dibaliknya, salahsatunya adalah yang diusung The Impossible. Mengusung cerita dengan embel-embel ‘based on a true story’ , The Impossible adalah buah karya sutradara muda asal Spanyol, J.A Bayona, mengenai bencana tersebut yang mengisahkan tentang salahsatu keluarga yang menjadi korban dalam hantaman tsunami tersebut.

Jack Reacher Review


"I mean to beat you to death, and drink your blood from a boot"

Jika mendengar nama Jack Reacher, tentunya nama tersebut kurang familiar, terutama di Indonesia. Namun di Amerika, Jack Reacher adalah karakter fiktif dalam rangkaian novel seri karangan Lee Child yang cukup terkenal disana. Uniknya, dalam waktu yang berdekatan, dua film yang diangkat dari novel yang nyaris serupa dirilis, yaitu Alex Cross dan Jack Reacher. Dua film ini memilliki kesamaan yaitu sama-sama mengusung tokoh utama sebagai judul, mengisahkan tentang penyelidikan kasus kriminal oleh tokoh utama, dan sama-sama diangkat dari novel seri laris di Amerika. Namun bedanya, Jack Reacher punya Tom Cruise sebagai leading role yang tentunya punya daya tarik tersendiri dibandingkan Alex Cross yang hanya punya Tyler Perry, yang bahkan mungkin tidak dikenal oleh sebagian besar penonton di Indonesia. Jadi bisa dibilang Jack Reacher lebih beruntung karena memiliki Tom Cruise yang jelas seluruh dunia mengenalnya. Maka sejauh apa Jack Reacher mampu menghibur penonton.

The Hobbit: An Unexpected Journey Review

"...true courage is about knowing not when to take a life, but when to spare one"
Kesuksesan Trilogi Lord of the Ring merupakan suatu hal yang tidak terbantahkan lagi. Deretan penghargaan sudah membuktikan bahwa dunia Middle Earth rekaan J.R.R Tolkien ini merupakan mahakarya dari seorang Peter Jackson. Kesuksesan ini rupanya masih memancing rasa penasaran Hollywood untuk memfilmkan The Hobbit, novel rekaan Tolkien yang masih memiliki setting di Middle Earth sekaligus prekuel dari LOTR. Kenyataan bahwa film ini telah lama menarik minat Peter Jackson, bahkan sebelum dirinya memfilmkan LOTR, sayangnya tersendat masalah hak cipta dan segala macam urusan yang rumit terkait dengan pembeli hak The Hobbit untuk difilmkan, sehingga proyek The Hobbit harus menunggu. Bahkan awalnya Peter Jackson tidak tertarik untuk menyutradarainya dan menyerahkan kursi sutradara ke Guillermo Del Toro. Namun berbagai macam kendala, termasuk bangkrutnya MGM membuat film ini tertunda hingga Del Toro memilih mengundurkan diri dan membuat Peter Jackson kembali ke Middle Earth.